16.✧Party Dan Empati

54 14 0
                                    

                  Sejak kapan dunia melihat rakyat jelata yang
                       hidupnya sangat memperihatinkan?
             Bahkan lisan mereka lebih tajam dari pisau yang diasah
                   dengan gaya yang tinggi melebihi Tuhan.

                                      ~Not Me

Seperti biasa Aksa yang hari ini mengantarkannya pulang namun di pertengahan jalan Aqraina jadi teringat ingin pergi ke mall untuk membeli sesuatu yang di perlu, Aksa yang tidak keberatan itu mengiyakannya siap untuk menemani Aqraina sampai kembali pulang ke rumah.

''Tumben banget lo belanja,'' ujar Aksa masih fokus menyetir, kali ini Aksa sengaja menggunakan mobil.

Lebih tepatnya sengaja karena mobil yang dibawa hari ini adalah hadiah dari kedua orangtuanya, mobil idaman Aksa yang sudah lama ia harap bisa membelinya kini dengan cuma-cuma orang tuanya membelikan tanpa ada perayaan apapun.

''Kalyla ultah nanti, gue mau beli kado,'' balas Aqraina menoleh ke arah Aksa yang tengah fokus menyetir di sampingnya.

''Bisa tambah umur juga tuh si nenek lampir,'' sewot Aksa.

''Rain, kenapa kalo gue liat tuh bocah bawaannya kesel mulu. Padahal dia gak ngapa-ngapain tapi tetep aja kaya ada dendam pribadi,'' oceh Aksa beralih menjadi sebuah pergibahan.

Meskipun benar yang diucapkan Aksa tapi ocehan sahabatnya itu mampu membuat Aqraina tersenyum nyaris ingin tertawa kencang namun tak jadi takut kena azab.

''Gak boleh gibah dosa,'' balas Aqraina jadi seadanya.

''Ini buat yang pertama dan terakhir Rain.''

''Kenapa? kenapa terakhir?'' tanya Aqraina sedangkan sang empu hanya mengidik tidak tahu.

Cukup lama berbincang tanpa di sadar Aksa sudah memikirkan mobilnya dan dengan Aqraina yang sudah lebih dulu keluar dari mobil dan disusul dengan Aksa.

Keduanya jalan memasuki mall menuju brand pakaian yang bisa dibilang terkenal dengan harga yang tidak biasa namun bukan suatu hal yang mengejutkan lagi untuk mereka.

''Gue ke toilet sebentar,'' pamit Aksa meninggalkan Aqraina yang masih fokus mencari hadiah.

Walaupun Kalyla tidak bisa dikatakan punya hubungan yang baik dengan dirinya tapi Aqraina hanya ingin menjadi tamu yang profesional dengan tidak mengungkit apa yang sudah terjadi dan dilakukan oleh gadis itu. Memberi hadiah yang terbaik dan sebagus mungkin tetap bentuk dari sikap yang menghargai.

''Udah?'' Aksa sudah selesai dengan perutnya yang sudah tidak lagi mules.

Aqraina mengangguk lalu tatapannya beralih pada es krim yang jaraknya tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Di depan sana ada penjual es krim dengan tempat yang cukup besar dan sepertinya bisa untuk bersantai sebentar.

Sembari menunggu pesanan datang Aksa berpikir sejenak tentang pembahasan apalagi yang sangat ingin dirinya bicarakan dengan Aqraina, kerena sepertinya slalu saja terasa kurang jika belum mengajak gadis itu gibah meskipun responnya sangat tidak asik seperti tidak begitu memperdulikan tapi tetap tidak membuat Aksa letih untuk terus mengoceh.

''Rain, kapan mau buka hati lagi?'' tanya Aksa sesuai yang ada dipikirannya.

Aqraina jadi menoleh ke arah Aksa saat tadi sedang asyik melihat sekitar.

''Kenapa? nggak penting juga 'kan pacaran,'' sungguh balasan yang sangat tidak Aksa inginkan.

Aksa menarik nafasnya dalam-dalam dan meraih tangan Aqraina yang menapak sempurna pada meja.

Not MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang