19.✧ Ruang Temu

62 16 8
                                    

                  Kembali atau tidak, sakitnya memang masih
                   namun berlayar bertujuan menghampiri
                                  itu bukan solusi.

                                     ~Not Me

Sudah satu minggu berlalu setelah hari di mana Aksa meninggal dan selama empat hari terakhir kedekatan antara Reza dan Aqraina semakin terlihat jelas meskipun tanpa sebuah hubungan yang pasti. Tak henti-hentinya hinaan dan beberapa ucapan tidak pantas slalu Aqraina terima dari pengagum Reza yang merasa bahwa Reza pantas mendapatkan yang lebih dari Aqraina.

''Makan yang banyak Rain, biar Aksa seneng liat lo, '' Reza tersenyum, jadi sedikit teringat tentang pertemanan nya yang cukup dikatakan baru.

Pandangan Aqraina ia bawa untuk Reza yang sedang asyik memakan ketoprak sebelum masuk ke sekolah, tidak, ini bukan ketoprak Gesya tapi mereka mendatangi sebuah tempat yang dimana sering kali Aqraina datangi bersama Aksa. Seperti yang dirinya tahu kalau sudah masuk komplek tidak akan pernah ada sebuah ketoprak.

''Gue kangen Aksa,'' Aqraina tidak bisa bohong bahwa bayang-bayang Aksa masih slalu ada dibenaknya.

Gadis itu sedikit menjauhi piring ketopraknya yang terlihat masih banyak, tiba-tiba saja selera makannya hilang.''

''Ayo kita ke sekolah,'' Reza bangkit dari duduknya dan membayar.

Aqraina sudah lebih dulu naik diatas motor dengan wajahnya yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Reza berusaha tersenyum tenang dan mencubit pelan pipi Aqraina. Selama kepergian Aksa hanya Reza lah yang slalu menguatkan gadis itu, memberi pengertian agar ikhlas slalu beriringan dalam kehidupan Aqraina.

''Senyum dulu baru gue jalanin motornya,'' ujar Reza.

Aqraina tersenyum walaupun rasanya berat, tidak setulus yang sering kali dirinya ungkap agar ke depannya mampu tersenyum untuk lebih ikhlas.

Mereka sekarang sudah berada di area sekolah di mana lapangan sudah dipenuhi anak-anak yang sedang bermain basket.

''WOI ZA, GABUNG,'' Rony berteriak, di sana juga ada Marcel.

Reza menoleh lalu beralih menatap Aqraina, ''Gue basket dulu, lo ke kelas oke,'' ujar Reza mengusap bahu Aqraina.

Aqraina mengangguk dan menuju kelasnya. Namun tak sempat sampai ke kelas tangannya ditarik seseorang menuju belakang sekolah yang luas dan sangat sepi, karena pusat perhatian ada dilapangan sekarang.

Plak!

''Sial udah berani lo deket deket Reza,'' itu Vita, dengan wajah murkanya.

Aqraina memegang pipinya yang terasa panas dan berniat ingin pergi tak memperdulikan namun Vita dengan sigap menarik rambut Aqraina.

''Gue belum selesai maki maki lo sialan!'' ujar Vita.

Kalyla dan Cerra hanya diam tak berniat ikut campur, menurutnya sahabatnya yang satu ini sudah gila karena harus menyukai seorang Reza yang baginya tidak seberapa.

''Ck, ayo balik ngapain sih lo ngerebutin cowok miskin kaya Reza,'' decak Kalyla akhirnya.

Cerra tersenyum dan mengambil langkah mendekati Vita, ''Sial, lo cantik Vita. Selera lo rendah banget suka sama cowok yang demen sama modelan Aqraina.''

Vita membalikkan tubuhnya menatap Kalyla dan Cerra yang tengah tersenyum remeh ke arahnya.

''Diem brengsek! Lo nggak akan tau gimana Reza, gue butuh cowok kaya Reza di hidup gue,'' balas Vita yang langsung dibalas pula dengan tawaan yang terkesan meledek.

Not MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang