Chapter 2 [Bab 1; Fox]

197 42 2
                                    

  Semenjak tadi malam hujan mengguyur deras, aku belum makan sejak saat itu. Lapar, perut tipis kotak-kotak ini kelaparan dan butuh segera diisi oleh daging-daging yang empuk dan lezat.

"Papa ... Tidak seharusnya kau seperti anjing kelaparan yang harus darah, benar-benar aneh. Tidak. Sedari dulu juga keluarga kita memang aneh."

"Aku lapar."

Lujei menghela nafas panjang, "Kau lapar  ingin makan atau lapar ingin membunuh orang?"

"Makan."

Diam tak bergeming, Lujei mengangkat alisnya hingga kelopak mata dengan pupil hijau itu terangkat. "Berburu karena lapar atau karena haus ingin membunuh?"

Apa-apaan manusia ini? tentu saja karena lapar! dia pikir aku rubah apa hingga memiliki haus membunuh?

Lujei melihatku dengan cemas saat aku menggeram kesal. "Papa, tenanglah," ucapnya, mencoba menenangkan. Dia menekan kotak besi itu lagi, dan dalam sekejap, dua manusia masuk, membawa piring penuh makanan.

Makanan itu terlihat aneh-sayuran, roti, dan semacam cairan. Aku mencium bau yang tidak sedap. "AKU MAU BERBURU! TIDAK SUKA SAYUR!!" teriakku, tidak peduli dengan tatapan mereka yang penuh keheranan.

"Daging? Apa maksudmu, papa?" tanya Lujei, bingung. "Ini makanan yang baik untukmu."

Aku meronta, menendang piring itu hingga terjatuh. "AKU LAPAR! Bawa daging!"

Suasana menjadi tegang. Lujei menatapku serius. "Kalau kamu terus seperti ini, mereka tidak akan mau membawakanmu apa pun."

Kepalaku berputar, mencoba memahami. Kenapa aku merasa seperti ini? Tidak bisa hanya makan sayuran. "Berburu!" ucapku lagi, menekankan kata itu.

"Baiklah, kita akan cari daging," katanya, lalu menatap salah satu manusia yang baru datang. "Siapkan sesuatu yang bisa dimakan, cepat!"

Kekacauan ini membuatku semakin tidak sabar. Sementara menunggu, aku mulai memikirkan bagaimana rasanya berburu. Ada rasa liar dalam diriku, dan aku ingin merasakannya kembali.

Ketika piring berisi steak disajikan, mataku langsung berbinar. Aroma daging yang lezat membuatku tak sabar. Tanpa berpikir panjang, aku hendak menerkamnya, tapi Lujei menghentikanku. "Tenang, papa. Mari kita makan dengan baik."

Dia mengambil steak, memotongnya kecil-kecil, dan menyuapkannya ke mulutku. Begitu suapan pertama masuk, rasanya luar biasa! Seolah-olah aku terbang ke langit, kebahagiaan meluap dalam diriku.

Mata ini membesar, senyumku tak tertahan. "Enak sekali!" teriakku, melupakan semua kesal dan rasa lapar sebelumnya. Setiap suapan seperti petualangan baru, rasa daging yang gurih menari di lidahku.

Lujei tersenyum melihat reaksiku, dan aku ingin lebih. "Aku mau lagi! Lagi!" seruku, berharap dia tidak berhenti. Ini lebih dari sekadar makanan; ini adalah keajaiban yang baru kutemukan!!

"Oke-oke ... Papaku ternyata sangat kelaparan," Lujei kembali memasukan potongan daging itu kedalam mulutku. Ahhh inilah hidup!

"Em-em-em-nyam-nyam ... syiafa diha?"

Aku menunjuk lukisan indah yang jernih itu, Lujei melihat arah yang kutunjuk lalu tersentak kecil. "Papa-Louise. Aku-Lujei. Kakak pertama, dan kakak kedua. Kenapa papa lupa?"

Aku Louise? nama baruku cantik! aku sukaaaa! "Panggil aku Loui!"

"Loui? tunggu ... Berapa usiamu sekarang?"

Aku diam sebentar, aku rubah tua berusia lima tahun jadi manusia di depanku harusnya lebih ramah, kan? "Loui 6 tahun! Loui sudah dewasa dan tua!"

"Gehk!" Lujei memegang dadanya, muehehehe dia pasti masih berumur 2 tahun. "Papa-Loui ... Kamu kehilangan sebagian besar ingatanmu. Pantas saja kau terlihat berbeda. Ah, aku lebih tua darimu, usiaku delapan belas tahun."

"Hah?"

"Usiaku delapan belas tahun, dan ... Aku kekasihmu, aku pasanganmu."

Aku membelalakkan mataku tak percaya, dia pasangan manusia tampan yang kini menjadi tubuhku ini??

"Bohong!"

Lujei tersenyum dan memegang daguku dengan lembut, "tidak. Loui adalah pasanganku, kamu kehilangan sebagian ingatanmu ... Karena kamu sedang hamil putra kecil kita aku memanggilmu 'papa' karena itu kamu harus memanggilku 'suami' oke?"

Hah? A-aku hamil!? T-t-t-tapii tadi aku melihat penis besar diantara selangkanganku! bukankah itu berarti aku manusia laki-laki??

"Aku laki-laki!"

Senyum jahat tercipta di bibir Lujei, "Loui memang laki-laki ... Tapi kita telah menjadi pasangan dan kamu hamil putra kita. Ingat, kamu pasanganku. Bukan yang lain, jauhi orang lain!"

"Hiik! b-baik ... Disini ada bayi?" aku menunjuk perut kotak-kotak yang tertutupi kain tebal.

Lujei tersenyum cerah sebelum mengangguk dengan cepat, dia mencium bibirku sekilas lalu masuk dengan cepat kedalam kain. Aku ingin marah karena dia masuk ke sarang milikku, tapi sarang ini untuk pasanganku. Karena dia pasanganku berarti dia diperbolehkan?

"Aku tidak tahu harus mengumpat atau bersyukur, tapi bajingan itu sangat hebat membuatmu yang tirani seperti ini." Lujei mengelus lembut perutku, "Akan aku pastikan disini ada bayi kita."

Aku mengerutkan keningku lalu berucap, "Bukannya sudah ada?"

"Ada. Aku jamin pasti akan ada."

Ucapannya sangat ambigu, tapi yasudahlah.

Be papa || Crt Ke 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang