Chapter 4 [bab 4; Promise Will never die]

46 5 1
                                    

     Louise berjingkrak senang melihat bebek kuning yang dimintanya pada Lujei kemarin malam, senang sekali hatinya.

     Jika diibaratkan, rasa senangnya itu seperti rollercoaster. Naik tinggi-tinggi sekali~ kiri kanan kulihat saja banyak bebek kuning yang lucu, Kweck, Kweck, Kweck!

      Si bebek bersuara, dan Louise segera berlari menerjang bebek-bebek yang terbalut handuk. "Satuu, duaa, tigaa, empat!

     Rambutnya yang agak panjang terloncat-loncat, matanya yang bulat berbinar gemas. Louise tersenyum lebar hingga matanya menyipit seperti bulan sabit sedangkan mulutnya membentuk huruf U tertutup, manis, manis sekali.

     Semburat kemerahan menghiasi wajah Lujei yang tadinya datar, matanya melebar dan mulutnya yang agak terbuka bergetar kecil. Leher tercekat dan jantung berdegup hebat, Lujei merasa fana.

🦊 BE PAPA 🦊

     Akhirnya bebek kecil itu menjadi hiasan di atas meja. "Papa, padahal tadi kamu senang sekali. Kenapa bebeknya begini?" Lujei berkata dengan suara parau.

     "Hng?" Louise bingung saat melihat Lujei berwajah sedih.

     "Bebeknya ... Kenapaa bebeknya jadi geprek?"

      Tawa polos Louise katakan, dia kemudian mencondongkan tubuh ke arah Lujei lalu meniup mata Lujei lembut hingga mata Lujei menutup, dan saat Lujei perlahan membuka matanya Louise memasukkan kaki anak bebek yang masih berdarah ke dalam mulut Lujei.

     Charles tidak bisa berkata-kata melihat apa yang Louise lakukan, Charles terkadang membunuh hewan karena rasanya menyenangkan. Tetapi dia tidak pernah sekalipun membiarkan orang lain memakan hewan yang dia bunuh, apalagi yang masih berdarah segar.

     Kejadian yang baru saja terjadi tentunya malah membuat charles semakin bertanya-tanya. Sebenarnya apa pekerjaan asli dari Louise yang bahkan dirinya sampai rela diam-diam keluar rumah di tengah malam dan baru akan kembali setelah pagi hampir datang?

     Brengsek, pria itu—Louise sampai rela mengorbankan jam tidurnya hampir setiap malam. Bahkan ketika ada sersan atau kolonel dengan jabatan tinggi Louise tidak sampai sebegitunya, tetapi karena gengsi yang tinggi charles memilih diam dan abai seolah-olah memang tidak ada yang terjadi.
   
     "Hei, jamet." Charles memandang datar Lujei yang tengah meratapi bebek kecil. "Apa dia benar-benar papa?"

     DEG!

     Akhirnya tiba juga pertanyaan ini. Pertanyaan dimana dia harus mengatakan apa yang terjadi dengan Louise, tentunya jawaban palsu telah dia siapkan.

     "Kepribadian ganda, kata psikolog sih begitu." Lujei membalas. "Namanya Lou, anak kecil 5 tahun ... Kurang pasti, katanya Lou ini setengah rubah?"

     "Hah?"

     Lujei mendelik mendapati jawaban yang Charles berikan, "Apanya yang 'hah?' dasar goblo—goblokumitulus! peri hewan air!" Lujei segera mengganti ucapan yang hendak dia lontarkan ketika pandangannya bertemu dengan pandangan Louise.

     "Apa?" Charles bertanya, melihat kearah mana Lujei memandang lalu mengangguk paham. "Goblok, babi, ngentot, setan, kontol."

     JEDER!!

     Lujei memandang Charles kesal dan marah hingga matanya memerah dan giginya terpelatuk, "Si tolol ini ...."

     Pandangan Charles menguar, menatap mata Lujei yang ternganga dihadapannya. Alis tebal milik Charles terangkat, wajah arogan dia perlihatkan. "Apa?"

     Lujei mengerutkan kening, rasa kesal yang sudah memuncak kini hampir meledak. "Heh?" Charles masih menantang, seolah-olah dia tak sadar bahwa situasi sudah semakin absurd. Louise, dengan tangan kecil yang tadi memaksa Lujei memakan kaki bebek yang berdarah, kini sibuk sendiri, matanya tampak bersinar seperti anak kecil yang menemukan mainan baru.

      "Apa? You say this? Relly?" Lujei mengulangi dengan nada mencemooh. Apa Louise benar-benar papa? Bagaimana mungkin Lujei bisa menjelaskan? Kepribadian ganda, setengah rubah? Semua terdengar gila, bahkan di telinganya sendiri.

     Louise, atau mungkin Lou, masih tersenyum polos, seakan dunia di sekitarnya hanyalah taman bermain. Dia mengambil bebek lain yang tadi disusun di meja dan mulai berputar-putar, tertawa kecil sambil menggumam, "Bebek-bebek terbang ... kweck kweck!" Lujei menatapnya sekilas, rasa sayang dan anehnya cemas mengalir bersamaan.

     Charles dengan sikap arogan yang anehnya tak berkurang sedikit pun menyandarkan tubuhnya ke dinding, tangannya bersilang di dada. “Kau serius, kepribadian ganda? Setengah rubah? Kau pikir aku ini anak kecil yang percaya dongeng? Tolol.”

     Lujei menahan napas sejenak, menatap wajah Charles dengan geram. Jika tangannya memegang senapan Lujei akan menembak tubuh Charles hingga terlihat seperti daun yang digigit ulat. "Itu bukan dongeng, itu realitas. Papa—Lou, mereka dua sisi dari koin yang sama. Aku sudah berkonsultasi dengan psikolog, dan ya, mungkin Lou ini ... bukan manusia sepenuhnya."

     Charles menghela napas panjang, wajahnya sedikit melembut meski sorot matanya tetap penuh kecurigaan. "Lalu apa hubungannya dengan bebek yang mati? Heh, tolol. Apa dia membunuh binatang juga bagian dari ... kepribadian ganda itu? Kau bilang dia terlihat seperti anak kecil ...."

     "Bukankah begitu," jawab Lujei, menundukkan kepala, menghindari tatapan tajam Charles. "Tapi Lou, dia tidak sadar. Dia seperti anak kecil yang hanya bermain. Bebek itu mungkin hanya mainan di matanya. Sama seperti mu, dasar sosiopat."

     Suasana berubah menjadi tegang. Lujei meremas jemarinya, gemetar memikirkan kemungkinan bahwa Lou bisa menjadi sesuatu yang jauh lebih gelap daripada sekadar anak kecil polos. Apalagi, Louise yang hilang ingatan mungkin membuat sesuatu yang lainnya muncul—tetaplah seorang pria dewasa yang tampak normal di hadapan banyak orang. Tapi Charles ... dia selalu curiga, dan Lujei tahu bahwa Charles takkan tinggal diam jika ada ancaman di depan mata.

     Tiba-tiba, Louise berhenti berlari dan berbalik menghadap Lujei dan Charles, tatapannya penuh intimidasi. Dia tersenyum, bibirnya terangkat tinggi hingga matanya menyipit, gigi-gigi yang entah sejak kapan memiliki taring terlihat seperti predator yang mempermainkan mangsanya. Dengan sebatas senyuman ini tubuh Charles bergetar takut, sedangkan Lunei terduduk di lantai dengan lutut gemetar. "Mau tahu apa lagi yang bisa Lou lakukan?" suaranya lembut, tapi ada nada yang membuat bulu kuduk Lujei merinding.

     Louise mendekat, dan kali ini, dia tidak tampak seperti anak kecil yang ceria. Langkahnya pelan namun pasti, wajahnya terselubung kegelapan yang tak bisa dijelaskan. Charles menegakkan tubuhnya, bersiap, tetapi tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.

     Gigitan kasar Louise layangkan pada Charles yang berdiri, seketika lutut Charles menjadi lemas bak jelly. Matanya yang tadi begitu tajam kini membelalak kaget, responnya yang lambat membuat bahu Charles terkoyak. Dia melihat dengan jelas dagingnya yang berada di mulut Louise, ah ... Papa tetaplah papa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be papa || Crt Ke 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang