Hari ini begitu melelahkan bagi Joya. Setelah tiba di rumah, ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Rasanya begitu nyaman sekali. Menggeliat kesana kemari hanya untuk menghilangkan rasa pegal yang telah menyerang tubuhnya. Namun hanya beberapa saat saja, kemudian ia menyadari bahwa handphonenya bergetar tanda ada pesan masuk.
2 pesan baru dari Deandra
Joya memang sengaja tidak memblokir nomornya setelah mereka berpisah. Karena ia tau, memblokirnya hanya membuat dirinya semakin ingin mencari tahu dan selalu memantau. Jadi daripada membuatnya penasaran, Joya lebih memilih untuk menyimpannya saja.
Karena sayang sekali, Joya pun memang belum bisa melupakan Dean. Sulit rasanya melupakan seseorang yang sudah bertahun-tahun bersama. Merajut kasih, membersamai di segenap canda, tawa, haru, sedih dan bahagia. Melupakan Dean, sama halnya dengan membunuh dirinya secara perlahan.
Joya segera membuka aplikasi WhatsApp nya itu, dan membalas pesan dari Dean.
Tidak ada balasan lagi dari Joya. Ia tahu seperti apa sifat Dean. Egoisnya masih tetap sama. Tidak ada yang berubah. Selalu datang dan pergi sesuka hatinya. Dan konyolnya, Joya selalu welcome. Persis seperti keset yang di letakkan di lantai rumah. Meski sudah di injak-injak, tetap saja welcome. Biasanya sih, tulisan keset seperti itu.
Joya pun bangkit dari kasurnya lalu pergi ke kamar mandi. Badannya terasa gerah, lengket, dan sepertinya sudah banyak bakteri yang hinggap bercampur dengan keringat yang menghasilkan aroma tidak sedap. Setengah jam berlalu, kini Joya sudah selesai dari mandinya.
"Nak, ayo makan. Nenek sudah siapkan makanan kesukaan kamu, cumi hitam. Kamu suka kan?" tanya sang nenek, saat ia melihat Joya keluar dari kamarnya.
"Wah nenek! Joya suka banget. Pasti satu magic com Joya habisin nih," seru Joya dengan semangat pergi ke meja makan.
"Ohh iya nek, mama sama om Cakra kemana?"
"Mungkin lagi jemput adikmu. Kan udah dari semalam dia nginep disana. Kamu makan saja dulu," jelas Nenek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Sakti
RomancePerihal percaya dan menerima segala takdir dari Tuhan, pastinya adalah bagian dari hidup. Hidup yang sesekali dipenuhi tangis, dan sisanya mungkin harus tersedu-sedu. Dari Ayah, gadis kecil kesayangannya kini bisa belajar, bahwa takdir bukanlah ten...