Dunia yang dipenuhi dengan tipu muslihat ini telah berputar dengan sangat cepat. Rasanya baru kemarin ia menjalani hari-hari MOS yang penuh drama dan tragedi memalukan yang cukup membuat dirinya menjadi seleb dadakan di sekolah impiannya itu. Dan esok ia harus menghadapi ujian hari terakhir sebelum akhirnya benar-benar melepas masa putih abu-abunya itu, itupun kalau lulus hehe. Ya harus dong!
Penutup ujian esok tentunya sangat menyegarkan otak, apalagi kalau bukan jamuan pelajaran matematika. Bisa-bisanya pelajaran sakral ini harus di combo dengan fisika. Dua pelajaran yang bagi Joya hampir mustahil ditemukan jawabannya. Katanya sih, matematika ilmu yang menyenangkan. Entah bagi siapa, yang pasti tidak untuk seorang gadis manis yang sedikit keras kepala itu, siapa lagi kalau bukan Joya Sheeva Atmaja.
Di tengah suasana sore hari menjelang petang ini cukup membuat nuansa keteduhan bagi dua insan yang tengah membuat semesta cemburu tampaknya. Lihatlah langit yang warnanya mulai keabu-abuan ditambah semilir angin yang berhembus merdu membelai rambut lurus milik Joya, membuat dirinya harus menyelipkan beberapa helai rambutnya yang terkena angin.
"Kalau ini itu rumus buat mencari peluang. Dan yang ini baru untuk mencari frekuensi harapan. Paham gak?" tanya Dean kepada gadis manis yang ada disampingnya.
"Jo, paham kan?" melihat tidak ada respon dari lawan bicaranya, Dean pun bertanya sekali lagi. 1 detik 2 detik 3 detik ia menunggu tapi tetap saja tidak ada respon dari Joya.
"Joya Atmaja, paham kan?" pertanyaan kali ini refleks membuaat Joya tersadar dan segera membenarkan posisi duduknya yang sedari tadi tengah condong menghadap Dean.
"Hah? aaa-pa? iya ganteng banget," sambil tetap melanjutkan aktivitasnya menatap laki-laki kesayangannya itu.
"Apaan? gue ganteng? kalau itu gue juga tau," kata Dean, mungkin energi kepercayaan dirinya sangat melampui batas sore ini. Atau mungkin ia sudah tidak menjadi laki-laki garing dengan kata-kata baku khasnya yang melebihi KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Eh emang ada ya?
"Yee, orang gue ngomong buat rumusnya. Pede lo," jadi sejak kapan rumus matematika menjadi ganteng? sejak Joya mengatakannya hari ini. Jangan lupa catat tanggalnya!
"Jo, serius. Besok udah ujian terakhir. Dan gue gamau kita berdua sampai remedial," kata Dean dengan ucapannya yang sedikit ditekankan.
Setelah itu mereka berdua kembali fokus pada latihan soal yang lengkap dengan rumus-rumus untuk membantu pengerjaannya. Selang beberapa menit kemudian, Joya bertanya, "Nomer 7 bener gak jawabannya 1/2 √5? sama nomer 10, jawabannya 29?"
"Caranya mana?" Joya pun sigap memberikan catatannya yang berisi cara untuk menjawab soal yang ia tanyakan jawabannya tadi. Dean menerima catatan itu dan melihatnya dengan jelas, "Oke. Benar semua. Bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Sakti
RomancePerihal percaya dan menerima segala takdir dari Tuhan, pastinya adalah bagian dari hidup. Hidup yang sesekali dipenuhi tangis, dan sisanya mungkin harus tersedu-sedu. Dari Ayah, gadis kecil kesayangannya kini bisa belajar, bahwa takdir bukanlah ten...