18

39 5 0
                                    

Disuatu ruangan di rumah dimana tempat para orang sakit berkumpul, pasangan suami istri itu kembali merasakan pahitnya pil kehidupan, meskipun ini bukan yang pertama kalinya. Tetap saja rasa sakitnya masih sama.

Belum saja berhenti menangisi hasil diagnosa pada selembar kertas didepannya, mereka kini kembali dikejutkan dengan apa yang Dokter sampaikan.

"Maaf sebelumnya, apakah anak dari Bapak/Ibu mempunyai musuh atau orang yang tidak suka dengannya?"

Dengan lemah mereka menggeleng.

"Tidak, Dok. Setau saya, anak saya tidak pernah mempunyai masalah dengan seseorang" Ucap sang Ayah lirih.

Dokter dihadapannya mengangguk.

Mengulum bibir sebelum menjelaskan, dokter yang mengambil alih untuk merawat Jihoon itu kembali meraih selembar kertas ditumpukan meja yang ada dibelakangnya.

"Botulinum Toxin, senyawa racun yang berhasil masuk pada tubuh pasien. Mungkin jika kami tidak tepat waktu untuk menanganinya, kami tidak tahu nasib anak kalian akan seperti apa," Ujar Dokter tersebut setelah menahan penjelasannya.

Matanya menyiratkan rasa iba pada sepasang suami istri didepannya, "Kondisinya akan sangat fatal jika tidak segera kami tangani, racun ini dapat menyebabkan kelumpuhan otot dan sistem pernafasan, hingga meninggal dunia"

Bagai disambar petir di siang hari, tubuh mereka lemas. Mencerna apa yang dimaksud oleh Dokter dihadapannya.

"L-lalu nasib anak saya bagaimana, Dok?" Tanya Irene, ibu sambung dari Jihoon. Suara lemah nan paraunya menjadi saksi betapa sakitnya ia menerima fakta mengenai anak semata wayang mereka.

Donghae mengelus punggung Irene, berusaha menyalurkan kekuatan untuk sang istri. Berharap bahwa wanita cantik tersebut segera reda dari isak tangisnya, walaupun sebenarnya keadaanya pun tidak jauh berbeda.

"Beruntung anak Bapak/ibu segera kami tangani sebelum racun tersebut menjalar keseluruh tubuh. Anda harus berterimakasih pada orang yang telah menyelamatkannya, jika saja ia tidak memanggil kami tepat waktu. Mungkin anak Bapak/ibu sudah tidak berada disini lagi.." Jelas Dokter yang bernamtage Kang In, salah satu dokter yang ikut merawat Jihoon.

Pasangan tersebut mengangguk lemah membenarkan.

Pada akhirnya Dokter juga menceritakan tentang kondisi Jihoon lebih lanjut.


Se keluarnya mereka di Ruangan tersebut, alangkah terkejutnya bahwa diluar mereka melihat banyak sekali orang yang menghampiri dengan menampilkan raut wajah khawatirnya.

"Gimana, Tan? Apa kata Dokternya?" Tanya Junkyu yang pertama menghampiri Irene.

Irene tersenyum teduh, kemudian mengelus pipi Junkyu dengan lembut.

"Ayo, duduk dulu. Jangan disini ngobrolnya" Ujar sang tante dengan nada keibuannya.

Disinilah mereka, didalam Ruangan yang biasa mereka kunjungi kerap kali mereka berkunjung ke Rumah sakit.

Jihoon sudah tertidur pulas diatas kasurnya karena pengaruh obat.

"Sebelumnya, kalian tau siapa yang mencet Blue codenya?" Tanya wanita cantik yang menjabat sebagai Ibu dari Jihoon.

Mereka serempak menggeleng, tanda tak tahu.

"Loh, ga ada satupun dari kalian?"
Hanya anggukan kompak yang ia dapatkan.

"Kita semua lagi disekolah, Tan. Jadi ga ada yang jaga Jihoon di sini.." Jaehyuk menjelaskan membuat semua temannya mengangguk pelan.

Jadi, siapa yang jaga Jihoon selagi mereka tidak berada di sana?

TREASURE ||The Dangerous GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang