"Adik Anda tidak dirasuki oleh roh jahat, Nona." Gadis itu mengernyitkan keningnya saat sang pendeta kuil memberitahukan kesimpulan dari pemeriksaannya pada saudara laki-lakinya.
"Bagaimana bisa? Dia bertingkah tidak seperti biasanya belakangan ini. Saya pernah menangkapnya sedang menggumamkan mantra-mantra dalam racauan," ujar sang kakak perempuan bersikeras membantah perkatan pendeta kuil. Sang pendeta kuil hanya mampu menghela napasnya perlahan sambil mengulangi pemeriksaannya terhadap pemuda yang tengah berbaring di ranjang pengobatan dengan tidak sadarkan diri.
Dari bagian atas kepala hingga ujung kaki, pendeta kuil itu telah memastikan kalau pasiennya tidak mengalami kerasukan. Tidak ada tanda-tanda yang tersisa dari makhluk supranatural berjenis roh di tubuh pemuda itu. Tetapi, setelah mengecek ulang bagian tubuh pasiennya, sang pendeta kuil menemukan sebuah bekas tanda yang menarik atensinya di sekitar belakang kepala, tepat di bagian bawah garis rambut tengkuknya. Bekas tanda titik dua yang mungkin berjarak antara tiga hingga empat sentimeter dari satu titik ke titik yang lain itu terlihat telah memudar. Begitu samar hingga nyaris terlewat dari indra penglihatan sang pendeta kuil.
"Apakah Anda keberatan apabila saya mengambil sampel darah Tuan Ethan?"
Kepala gadis yang semula tengah mengamati adiknya langsung menolehkan kepala ke arah sang pendeta kuil dengan tatapan kebingungan. "Untuk apa?"
Sang pendeta kuil lekas menyibakkan sedikit bagian rambut yang menghalangi tanda yang ia temukan di kulit sang pemuda. Kedua mata kakak perempuan dari pasien tersebut melebar dengan cepat saat ia melihat hal yang sama dari pengamatan pendeta kuil tersebut. Meskipun keluarganya tidak berkecimpung dalam hal-hal yang berhubungan dengan dunia supranatural, gadis itu mengetahui jelas kalau kedua titik luka yang ditemukan pada kulit adiknya bukanlah perbuatan dari seorang manusia.
Gadis itu mengizinkan sang pendeta kuil untuk mengambil sampel darah adiknya dan dibawa ke laboratorium untuk beberapa saat. Sembari menunggu hasil dari pemeriksaan laboratorium, ia hanya mampu mengamati adiknya yang terbaring tidak berdaya di ranjang pengobatan. Kedua kantung matanya terlihat sedikit lebih cekung dengan rona samar kehitaman. Pertama kali di dalam hidupnya, gadis itu menemukan sang adik terbaring telungkup dan tidak sadarkan diri di atas karpet ruang tengah kediaman mereka. Sang kakak yang telah kepalang panik lekas berusaha mengangkat dan memapah tubuh sang adik ke rumah sakit.
Pihak rumah sakit kemudian menjalankan beragam tes serta mengecek kesehatan sang adik. Mereka juga sempat memeriksa sampel darah yang diambil tepat setelah pemuda itu dikategorikan sebagai pasien darurat. Setelah berjam-jam menunggu hasil dari pemeriksaan pihak rumah sakit, mereka menjelaskan kalau tidak ada yang salah dengan adiknya. Pernyataan tersebut tentu membuat gadis itu kebingungan. Bagaimana bisa mereka menyatakan kalau tidak ada yang salah dengan adiknya, padahal pemuda itu telah terkapar dengan kondisi yang tidak terlihat prima sama sekali?
Di tengah keresahan serta kebingungannya yang mengurus berkas rumah sakit sang adik, seorang pria yang mengaku kalau ia adalah salah satu pemuka agama dari kuil terdekat tiba-tiba menawarkan bantuan. Awalnya, gadis itu terlihat skeptis dan tidak percaya. Namun, pria tersebut memberikan tanda pengenal yang lengkap berikut dengan identitas keanggotaan yang diberikan oleh kuil di mana ia mengabdi. Akhirnya, pemuda yang didiagnosa 'baik-baik saja' oleh pihak rumah sakit pun dipindahkan ke ruang pengobatan di dalam kuil.
Gadis itu masih bertanya-tanya hingga kini, tentang apa yang menimpa adiknya hingga pemuda itu kehilangan kesadarannya saat orang-orang tidak ada di rumah.
"Nona Erin."
Gadis itu menoleh ke arah suara saat namanya dipanggil oleh sang pendeta kuil yang ternyata berjalan mendekat dengan membawa seorang wanita dengan jas putih laboratorium di sisinya. "Perkenalkan, ini Nyonya Lewis yang baru saja mengecek sampel darah dari adik Anda. Beliau bilang, ada yang ingin disampaikan langsung kepada Anda."
Kedua perempuan itu kemudian berjabat tangan dengan Erin yang menyebutkan namanya di tengah interaksi.
"Apa yang dikatakan oleh Pendeta Peter memang benar, Nona, tidak ada tanda-tanda kalau Tuan Ethan dirasuki oleh roh dan sejenisnya. Namun, kami menemukan kalau Tuan Ethan memiliki ketergantungan terhadap ichor dari para vampir," ujar Nyonya Lewis sembari menyerahkan sebuah kertas berisi hasil analisis sampel darah dari pasien tersebut. Erin sempat dibuat termenung, ketika mendengarkan penuturan dari petugas laboratorium itu. "Dugaan kami, mungkin Tuan Ethan adalah salah satu korban dari vampir yang menggigitnya beberapa waktu lalu. Dari sampel darah yang kami terima, kami rasa beliau telah mengalami ini beberapa kali sebelum akhirnya zat tersebut membuat tubuhnya tumbang."
Netra Erin menatap sang petugas laboratorium beserta pendeta kuil di hadapannya dengan pandangan yang menuntut penjelasan lebih. "Beberapa kali? Maksud Anda, Ethan telah digigit berulang kali oleh seorang vampir? Lalu, apa itu ichor? Apakah itu sangat berbahaya sampai-sampai membuatnya tidak sadarkan diri seperti ini?"
"Ichor dari para vampir mengandung zat yang adiktif dan mematikan bagi manusia, Nona. Kami menyebutnya sebagai 'racun vampir'. Apabila ichor tercampur ke dalam pembuluh darah manusia secara berkala, itu dapat menyebabkan manusia ketergantungan layaknya zat adiktif dari obat terlarang. Ichor memiliki kemampuan untuk meningkatkan hormon endorfin serta membuat manusia berhalusinasi apabila mengonsumsinya dalam dosis kecil. Tapi, apabila manusia mengonsumsinya dalam jumlah yang banyak, nyawa mereka dapat terancam. Kemungkinan buruknya, mereka dapat bermutasi."
Tatapan mata Erin digelayuti oleh teror dan kecemasan yang merebak dengan cepat layaknya kabut di pegunungan.
"Apa yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan Ethan? Apakah ada cara untuk menyembuhkannya?"
Pendeta kuil Peter menganggukkan kepalanya. "Kami menyediakan sebuah solusi, tapi saya tidak tahu apakah yang bersangkutan berkenan untuk membantu atau tidak."
"Tolong, Pendeta Peter, apapun. Apapun akan saya lakukan untuk kesembuhan Ethan."
Setelah melirik keberadaan Nyonya Lewis di sisi tubuhnya dan diberi jawaban dengan anggukan kepala sekilas, pendeta kuil Peter mengulurkan sebuah map folder yang berisi beberapa lembar berkas dari jalan keluar untuk Erin.
"Kita perlu mendatangi kediaman Sterling untuk mencari cara menyembuhkan adik Anda, Nona."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ yungi au ]: 𝐕𝐄𝐍𝐀𝐓𝐎𝐑
FanfictionJonathan sejujurnya tidak tahu mengapa semua itu menimpa keluarganya. Mengapa harus ia yang menanggung semua duka itu? Apakah semua kebahagiaan harus ditebus dengan kesedihan dan kehilangan? Apa Jonathan harus mengembannya seorang diri atau lebih ba...