[sepulchre]: Chapter 13

10 2 0
                                    

"Mikael! Kejutan yang menyenangkan untuk bertemu denganmu di sini. Akhirnya, melepas penat setelah berpekan-pekan mengerjakan pesanan dari para pelangganmu?"

"Charon."

Pria yang dipanggil masih menatap ke arahnya dengan mulut yang menyesap cairan manis dari dalam cawan. Sorot matanya tidak terlihat intimidatif, melainkan penuh dengan ketertarikan terhadap kata-kata yang akan keluar dari belah bibir Mikael setelahnya. Telapak tangan pria itu menepuk sisi kosong permukaan kulit dari sofa yang didudukinya. Menuruti sang warlock tinggi tanpa melanjutkan perkataannya, Mikael hanya duduk di sisi pria itu tanpa melepas tatapan matanya dari arah samping.

"Apa yang kau perlukan, Nak?"

Napas Mikael terhela singkat sebelum menyahut dengan suaranya yang tegas, "Perubahan apa yang sebenarnya kau incar, Silas?"

Mulut cawan urung menyentuh permukaan bibir ranum pria tersebut. Terdapat jeda beberapa saat yang dilatarbelakangi dengan dentuman suara musik kencang sebelum akhirnya cairan dari dalam cawan ditenggak hingga tetes terakhir oleh Silas. Sang warlock muda enggan mengalihkan pandangannya bahkan hanya untuk sepersekian detik dari warlock tinggi di hadapannya. Seakan-akan cemas apabila warlock yang lebih tua darinya itu melarikan diri dari lokasi. Tangan pria tersebut menjauhkan cawan dari bibirnya dan meletakkan benda berbahan kaca itu di atas permukaan meja bundar.

Kedua netranya berkilat di bawah sorot lampu beragam warna, memancarkan pendaran layaknya permata topaz di dalam kegelapan. Pupilnya yang memipih layaknya netra dari reptil melata bergerak ke arah samping, melirik warlock yang lebih muda dari sudut mata.

"Kurasa kau sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Benar, Mikael?"

"Nekromansi untuk pasanganmu yang telah gugur berabad-abad lalu hanya akan berakhir sia-sia. Kau berulang kali menegaskan, kalau nekromansi dapat merusak raga dan membutakan indra. Kau melarang kami untuk melakukan praktik nekromansi, tapi kau sendiri malah ...."

Kepala warlock tinggi tersebut menoleh ke arah Mikael dan memotong perkataan pemuda tersebut, "Aku tau. Tapi, setidaknya sebelum aku memenuhi panggilan terakhir untuk terbangun dari bunga tidurku, aku ingin mencobanya."

"Lantas, setelah itu apa? Bagaimana jika semua itu berhasil? Bagaimana jika semua itu tidak berhasil dan malah menjembatani panggilanmu itu?" tanya Mikael dengan suara yang terdengar cemas.

Samar, netra sejernih permata topaz itu memudar dan berubah ke intensitas warna yang lebih kelam. Selama beberapa waktu, tiada jawaban yang keluar dari bibir Silas. Ia membiarkan Mikael memandangnya dengan tatapan penuh keseriusan dengan percikan rasa cemas. Hidungnya mendengus pelan diikuti dengan kekehan penuh kelembutan. Telapak tangannya terulur menepuk lengan Mikael dengan maksud menenangkan.

"Jangan risau, Mikael. Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan berusaha untuk meminimalisir kemungkinan buruk apapun itu bentuknya. Aku ... hanya benar-benar merindukan kekasihku. Setidaknya, untuk terakhir kalinya, aku ingin melihatnya berdiri di hadapan mataku."

Jika sudah seperti itu, Mikael tahu batasannya untuk tidak mengintervensi. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membujuk sang warlock tinggi apabila ia telah bertekad. Meski begitu, ada rasa enggan dan tak nyaman yang masih merayapi rongga dadanya. Silas telah terasa seperti keluarganya sejauh ini dan Mikael enggan untuk merasakan kehilangan di sepanjang sisa kehidupannya yang entah sampai kapan itu.

"Ngomong-ngomong ... apa urusan Tuan Sterling untuk datang kemari, Mikael? Tidak biasanya pewaris keluarga terakhir Sterling berkenan untuk menjejakkan kakinya ke sarang reptil seperti ini. Apa yang kalian bicarakan tadi?"

Mikael menoleh ke arah meja Jonathan berada, menyaksikan kehadiran seorang gadis vampir dengan gaun pestanya yang berwarna merah darah duduk di kursi seberang sang pemburu. Kepala pemuda itu menggeleng pelan tanpa melepas tatapannya dari keturunan terakhir keluarga Sterling dan teman berbincangnya itu.

"Entahlah kalau itu. Kami hanya berencana untuk mengobrol setelah aku menyelesaikan urusan denganmu. Hanya sekedar bertanya kabar."

Silas hanya diam dan mengangguk-angguk mendengar penuturan Mikael. Permukaan matanya berkilat dengan minat dan kejahilan saat melirik raut wajah Mikael dan berganti ke arah Jonathan. Kedua sudut bibirnya tertarik naik dengan samar, menyaksikan peristiwa yang tersaji di hadapannya dengan senyuman berselimut misteri.

[ yungi au ]: 𝐕𝐄𝐍𝐀𝐓𝐎𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang