Bab 02 - Awal

404 199 58
                                    

merhaba guys... 👋👋
selamat datang...

sebelum baca utamakan Follow Juliahawra, Vote, dan comment yah! biar aku sering sering up. biar cepet end juga.

oiya, kalian jgn panggil aku author ya, panggil aja hawra.

aku masih baru di dunia oren ini, jadi bantu aku yaahh. kalo ada kesalahan mohon dimaklumi, tegor aja gpp. krn katanya imam syafi'i:


"Barangsiapa menasehati saudaranya dengan sembunyi - sembunyi, berarti ia telah menasehati dan mengindahkannya. Barangsiapa menasehati dengan terang-terangan, berarti ia telah mempermalukan dan memburukkannya." (muslim Bisyar An-Nawawi.

tapi kalian negornya dengan bahasa yang sopan yah, yg sekiranya ga menyakiti hati. krn nabi kita prnh bersabda:

"Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan dalam segala urusan," (Hr.
Bukhari Muslim).

Play mulmed
(Wedding Nasheed - Muhammad Al muqit)

•••

Sang suasana berubah hening seketika. Gemuruh suara yang sebelumnya memenuhi ruangan kini lenyap, digantikan oleh keheningan yang dipenuhi rasa hormat. Langkah Syaikh Ali yang penuh wibawa menggema perlahan di lantai marmer, selaras dengan aura ketenangan yang ia bawa.

Syaikh Ali, dengan sorot matanya yang tajam namun penuh kelembutan, mengamati santri-santrinya. Beliau mengenakan jubah putih bersih yang memancarkan kesucian, serta sorban hijau yang melingkar rapi di kepalanya, simbol kedalaman ilmu dan ketokohannya di kalangan mereka.

Di belakangnya, Aslam, sang pesuruh yang setia. Aslam, yang dikenal sebagai figur tenang dan cekatan, tampak mengikuti setiap langkah gurunya dengan patuh. Di sampingnya, Ismaeel, paman Syaikh Ali, menyusul dengan senyum teduh yang menyiratkan pengalaman dan kebijaksanaan.

"Selamun Aleyküm warahmatullahi wabarakatuh," suara berat Syaikh Ali memecah keheningan, menggetarkan hati setiap orang yang mendengarnya. Serempak, semua santri menjawab dengan suara lantang,

"Aleyküm selam warahmatullahi wabarakatuh," seraya tetap menunduk, menyerap setiap kata yang keluar dari lisan sang pengasuh.

Hari itu, mereka tahu akan ada pesan penting yang disampaikan oleh beliau, sebuah pesan yang mungkin akan menjadi penuntun langkah mereka di masa depan.

"Karena besok malam adalah bulan Ramadhan, kalian semuanya boleh pergi berpiknik dengan keluarga kalian. Asalkan kalian kembali ke Asrama. Dan ajaklah para keluarga kalian semuanya untuk berbuka bersama di halaman Asrama!" ucap Pria yang dijuluki Syaikh itu.

Para santrinya semuanya bersorak bahagia, ada yang bertepuk tangan, ada yang sedih, dan ada yang biasa saja. Ali merasa iba pada santrinya yang tidak memiliki keluarga.

"Jangan bersedih. Kalian itu punya keluarga. Aku, Paman Ismaeil, Aslam, Bibi Hanna, Shafia, Bibi Sumayya dan Fauziah. Itu semua juga keluarga kalian. Kami semua sudah menganggap kalian seperti keluarga kami, bukan begitu paman?"

Ali menoleh sekilas pada Pamannya yang berada di sampingnya, Paman Ismaeil tersenyum dan mengangguk.

"Bukan hanya kalian yang tidak memiliki orangtua, aku juga sama seperti kalian, tidak memiliki orangtua. Aku tidak memiliki siapapun di hidupku selain Asrama ini." Ia mengangkat kedua tangannya ke atas.

Siyah Güller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang