06. Seseorang

13 9 0
                                    

[ selamat membaca dan jangan lupa dukungannya! terimakasih~ ]

Udara semakin dingin, langit tak lagi berawan namuun sangat gelap. Lampu-lampu pemukiman dibiarkan terang menyinari jalanan, namun semakin tengah malam, semakin sunyi pula keadaan pemukiman tersebut.

"Nama saya Raden," pria tua itu memperkenalkan diri sekali lagi kepada Thia dan juga Faelan. Kini hanya tersisa tiga orang itu di dalam kedai roti yang sudah tutup itu.

"Saya Faelan, ini Thia teman saya," ujar Faelan memperkenalkan firinya dan juga Thia yang masih terdiam sedari tadi. Gadis itu antara percaya dan tidak percaya bisa bertemu kakeknya di situasi seperti ini. Terlebih mereka bertemu disaat keduanya tidak berada di dunia mereka.

"Ada yang membawa kalian kesini," Raden mulai berucap dengan suara lembut namun serak.

"Saya tidak tahu, semua terjadi secara tiba-tiba, kemarin saya tertidur di meja belajar setelah menyelesaikan proposal untuk lomba., kemudian saat terbangun, saya sudah berada disini," jelas Faelan secara rinci. Raden terlihat mengangguk perlahan, kemudian mata biru nya menatap Thia yang masih terdiam, seolah menunggu gadis itu untuk berbicara.

"Nenek Utara berkata, anda merindukan saya, Kakek. Kemarin, saya menemukan sebuah kalung dengan liontin berlian berwarna lilac, yang kemudian warna itu berubah menjadi ungu tua. Nenek Utara bilang bahwa itu adalah tanda yang buruk, dan beliau juga bilang bahwa anda merindukan saya," jelas Thia panjang lebar. Faelan yang mendengarnya hanya bisa terdiam.

Raden terlihat mengangguk perlahan namun ia mulai tersenyum.

"Utara, ya, bagaimana kabarnya?" tanya Raden kepada Thia. 

"Baik, Jenggala juga merindukan anda, Kek," balas Thia sambil ikut tersenyum, ternyata seperti ini rasanya berbicara dengan Kakeknya setelah sekian lama tidak pernah ertemu dengan Kakeknya.

Raden terkekeh lagi, membayangkan seekor kucing orange yang selalu ia manjakan sedari kecil, ternyata juga merindukannya.

"Jadi, apa yang ingin kalian tanyakan? Tentang terlemparnya kalian kesini, itu adalah sebuah takdir yang sudah tertulis pada ramalan dunia Olympus," jelas Raden yang membuat Thia dan Faelan terkesima. Dunia Olympus, itu artinya mereka tidak berada di dunia nya.

"Olympus?" ulang Faelan yang penasaran dengan dunia itu.

"Benar, Olympus, dunia yang memiliki sepuluh kerajaan, dan sekarang ini kalian berada di kerajaan Athena, kerajaan paling ujung selatan," jelas Raden, Faelan mengangguk mulai mengerti, begitupula dengan Thia. 

"Jika kalian bertanya apa isi dari ramalan tersebut, aku akan memberitahu kalian besok. Hari ini terlihat melelahkan untuk kalian, jadi beristirahatlah," ujar Raden setelahnya. Faelan dan Thia yang awalnya bersemangat menjadi lesu kembali.

Melihat Raden yang hendak pergi, Faelan terbawa untuk berdiri, "Tunggu, Kek," pekik Faelan.

Raden berhenti sejenak tanpa menoleh kearah Faelan dan Thia yang sudah berharap cemas. Faelan menatap Thia sejenak mencari pertolongan, gadis yang peka itu pun akhirnya berdiri dari duduknya dan berjalan menuju Raden.

"Kita masih bisa mendengarkan, terlalu lama jika menunggu besok, Kek," ujar Thia penuh harap. Namun Raden terlihat tidak peduli dan justru kembali berjalan meninggalkan Thia dan Faelan. 

"Besok pagi, temui seseorang yang ada di rumah sakit di dekat istana. Akan ku jelakan selanjutnya keesokan harinya," jelas Raden kepada Thia. "Thia, tidurlah didalam rumah, Faelan akan tidur di kedai," ucap Raden kemudian. Tinggalah dua orang itu berada di dalam kedai.

Thia menatap Faelan sejenak, cowok itu berjalan mendekat dengan wajah gusar yang sangat ketaran sekali.

"Bagaimana ini, Thia?" tanya Faelan gusar, seolah tidak sabar mendengar apa isi dari ramalan tersebut. Thia terlihat menghela nafas perlahan.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang