[ selamat membaca dan jangan lupa dukungannya! terimakasih~ ]
Malam ini suasana begitu tenang, akan tetapi Aloria tak henti-hentinya menatap cemas pada genangan air didepannya. Bagaimana tidak? Thia sudah habis ditelan air danau yang kini kembali tenang, sontak ia menoleh pada Faelan yang hanya tenang tenang saja seolah tidak peduli. Ynag cowok itu pedulikan adalah alat pancingnya.
"Kamu gila, Faelan!" geram Aloria, Faelan terdiam sesaat menyaksikan genangan air tenang didepnnya, ia seolah mendapatkan sebah signal bahwa Thia baik-baik saja. Jadi ia menoleh menatap Aloria dengan tatapan datar, lalu tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Aneh, pikir Aloria.
"Faelan! Thia masuk kedalam danau, bagaimana jika ia tenggelam, bagaimana jika monster air itu-"
"Dia menangkapnya,"
Aloria mendesis pelan mendengar Faelan menggumam, apa yang sebenarnya cowok itu pikirkan. Namun ia merasa semakin panik ketika senar pancing yang berada di genggaman Faelan bergerak, seperti menarik untuk lebih masuk kedalam air. Faelan sontak menahannya, ia tersenyum puas melihat air danau mulai bergerak membuat sebuah gelombang.
Semakin lama, tarikan dibawah air itu semakin kencang, Faelan sampai merosot hingga membuat Aloria kepalang panik. Gadis berambut pendek itu sontak menarik tubuh Faelan yang hampir jatuh ditelan air danau. Faelan sibuk menahan pancingannya agar tidak lepas dari genggamannya, bahkan berusaha menariknya untuk menarik monster air yang ia tangkap.
Tubuh Faelan mulai merosot kedalam air, Aloria berteriak kencang saat Faelan lepas dari pegangannya, ia panik bukan main dan langsung menahan tangan kiri Faelan yang tersisa sementara tangan kanan Faelan masih berusaha menahan alat pancingnya yang sudah benar benar membengkong dan tidak bisa menahan kekuatan monster air itu.
"Sial, aku tidak bisa menariknya!!" pekik Faelan frustasi, ia adalah seorang lelaki, seharusnya ia bisa menarik monster itu, ia menatap Aloria yang masih bersikeras untuk menahan tangan kirinya, kedua tangan Faeelan benar benar ditarik kedua arah yang berlawanan, membuat tubuhnya serasa akan lepas.
Sementara Aloria sendiri, ia benar benar frustasi, dan juga panik tentunya. Ia tidak kuat menahan berat Faelan beserta monster air yang sepertinya telah mereka tangkap dan ia memilih menangis, berteriak kencang dan menyalurkan segala energinya pada tangan untuk menarik Faelan lebih keras lagi. Faelan sontak berteriak karna tarikan dari kedua tangannya yang semakin kencang.
Aloria menyadari hal itu. Ia mulai berpikir, berpikir dengan perasaan was-was dan juga panik, apa yang harus ia lakukan? Ia sangat bingung. Hingga sebuah dorongan muncul di benaknya, melepaskan tangan kiri Faelan hingga Faelan terlempar masuk kedalam air. Aloria menggeram, melepaskan segala emosinya, mengarahkan kedua tangannya ke air dan berusaha fokus untuk mengangkat air tersebut.
Thia yang berada didalam air, melihat dengan jelas bagaimana bentuk monster laut itu, seperti ikan batu berwarna gelap. Ikan, monster air itu memakan ummpan Faealan, akan tetapi berusaha menarik umpan tersebut. Hingga akhirnya Faelan masuk kedalam danau, Thia bisa melihatnya.
Gadis berambut panjang itu berusaha menggapai Faelan, tapi ternyata dirinya adalah yang diincar oleh monster air itu, tubuhnya di seruduk dan berusaha diserang menggunakan duri-duri dikepalanya.
Faelan nampak berusaha juga menyelamatkan Thia, akan tetapi air seolah bergelombang keras membuatnya susah untuk berenang lebih dekat kearah Thia yang diporak-porandakan monster itu.
Tia sendiri tidak menyerah, ia berusaha menendang monster itu meski sia-sia, namun tiba-tiba saja tangannya mengeluarkan gelembung. Ia tidak yakin, ia mengayunkan tangannya kearah monster air itu. Dan benar, mosnter air itu terhempas jauh darinya. Thia memiliki ide, ia mengayunkan tangannya kebawah agar dirinya bisa berenang keatas dengan cepat.
Sementara di permukaan, hal yang selanjutnya terjadi tidak jauh dari genangan air yang semula tenang menjadi begitu bergemuruh, serta akar belukar yang muncul dari berbagai sisi pohon yang berada di tepi sungai, akar dengan bunga bunga dandelion yang semakin panjang hingga memasuki air danau tanpa Aloria ketahui, ia sibuk memejamkan mata sebelum akhirnya ia bisa merasa sebuah angin kencang menerpa permukaan kulitnya.
Angin kencang yang membuat tubuhnya goyah hingga mundur beberapa langkah, namun ia berusaha fokus karna setelah membuka mata ia bisa melihat ombak ombak besar didanau itu. Dengan semangat dan tingkat fokus yang tinggi, Aloria membuat gerakan mengangkat sambil berteriak dengan ganas. Air danau itu justru terbelah menjadi dua, dengan akar akar yang muncul ke permukaan.
Aloria melotot melihat Thia terjerat akar akar itu, dan juga sebuah ikan besar bewarna biru gelap dengan mata kuning menyala, tubuhnya terjerat begitu erat oleh akar belukar itu hingga benar benar menutupi keseluruhan tubuhnya yang membuat ikan besar itu sulit bergerak.
Aloria tidak tinggal diam, ia membuat gerakan menarik yang langsung membuat ombak besar beserta angin besar menerjang tubuhnya. Ia berusaha menahan ombak itu, akan tetapi yang ia dapatkan adalah tubuh nya terpental ke belakang. Yang membuat Aloria kaget adalah, tubuhnya tidak merasa capek, ia merasa ada yang menahan tubuhnya dibelakang.
Angin kencang beserta ombak yang menerjangnya akhirnya mulai tenang, Aloria sontak menegakkan badannya dan melihat kebelakang. Sebuah akar membentuk sebuah benteng yang menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Aloria terdiam sejenak, menatap kedua tangannya yang basah dan terlihat polos. Seperti tidak terjadi apa-apa oleh kedua tangan itu.
Namun nyatanya, ringisan Faelan menjawab segalanya. Aloria bisa melihat Faelan berusaha bangkit dari tubuhnya yang tertimpa banyak akar dan juga Thia yang berusaha melepaskan beberapa akar ditubuhnya. Lalu ada satu makhluk lagi yang hanya diam, seperti sudah mati terjerat ribuan akar. Monster air.
"Aloria?" Thia memanggil Aloria yang masih shock, dengan tubuh yang sudah sepenuhnya terlepas dari akar akar itu, Thia menghampiri Aloria sambil memegang kedua bahu gadis berambut coklat gelap panjang itu. Memeluknya erat.
"Thia, akar ini, aku ..." ujar Aloria terbata-bata, Thia paham sekali sekarang, ia terkekh dengan bangga, ternyata Aloria juga membantunya. Kemudian ia tatap gadis itu yang masih was-was, belum terbiasa dengan kekuatan yang ia miliki.
Sementara Faelan yang baru saja keluar dari jeratan akar itu, hanya diam menatap kedua gadis itu, mata nya memerah menyala seperti menahan amarah, dan akhirnya menatap sumber masalahnya. Monster air yang sudah terkapar tidak berdaya dengan ribuan akar yang menjerat tubuhnya yang bewarna biru gelap.
"Fael, kamu nggak apa-apa?" pertanyaan dari Thia berhasil membuat kilatan merah pada mata Faelan berubah pada saat ia menoleh ke sumber suara. Thia menatapnya dengan khawatir, dan Aloria, sepertinya gadis itu sedikit linglung. Faelan tahu betul apa yang baru saja ia lihat tempo waktu, bayang-bayang Thia yang hendak menjadi santapan monster itu, kemudian tiba-tiba saja Thia menghempaskan tubuh monster itu. Kemudian saat Faelan hendak menyelamatkan Thia, akan tetapi akar belukar tiba-tiba menahannya.
"Aloria,"
Lain lagi, kini Faelan menatap Aloria yang tengah linglung dengan serius, gadis itu pasti sedang mencerna apa yang telah ia lakukan.
"Kita berhasil, berkat kalian berdua, kita berhasil," ujar Faelan kemudian tersenyum tipis dengan bangga.
"Tidak, bukan hanya kita berdua, kamu juga, Faelan," balas Thia sembari membalas senyuman Faelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
Fantasi[ PERINGATAN! ] Cerita ini akan membawa anda ke dalam perjalanan yang menakjubkan dari dunia fantasi yang indah. Namun, bersiaplah untuk menghadapi kenyataan yang keras dan petualangan yang penuh rintangan. Pastikan bahwa anda siap untuk menyelami d...