09. Tornado Air

10 5 0
                                    

[ selamat membaca, jangan lupa dukungannya! terimakasih! ]


"Tonado air?"

Kakek Raden terlihat mengangguk sambil tersenyum lembut, ia kembali berbalik membelakangi Thia, Aloria, dan Faelan untuk menatap air terjun yang menjulang dipinggir danau.

Kemudian ia meloncat, tidak, lebih tepatnya terbang menuju batu yang sebelumnya ia gunakan bersemedi. Kakek Raden terlihat berbalik, menatap kearah tiga anak yang nampak mengagumi gerakannya barusan.

Kakek Raden mengayunkan tangannya, tampak menyuruh salah satu dari mereka untuk mendekat, dengan cepat Thia dan Aloria memandang kearah Faelan. Mengharuskan cowok itu yang harus mendekat kearah Kakek Raden. Faelan mencebik sambil tersenyum canggung, Thia dan Aloria terkekeh melihat tingkah Faelan.

Cowok itu mulai memasuki danau, membasahi kain yang menempel pada tubuhnya satu persatu, air pada danau ini terasa sangat dingin menyegarkan menyapa telapak kakinya. Rasanya Faelan terbawa untuk segera berenang, untung saja cowok itu bisa berenang.

"Hanya Faelan?" tanya Aloria kepada Thia. Thia nampak memperhatikan Kakek Raden yang menyambut kedatangan Faelan yang baru saja datang, ia tidak perlu berenang terlalu jauh, lokasi pinggiran danau dengan batu tempat Kakek Raden berdiri tidak terlalu jauh.

"Aku rasa begitu, sepertinya bergantian," balas Thia yang memperhatikan dari kejauhan.

Faelan nampak sedikit grogi saat berada didekat Kakek Raden, sepertinya orangtua itu hendak mengajarinya sebuah jurus, seperti yang dikatakan oleh Kakek Raden tadi, mereka akan diajari sebuah jurus bernama, Tornado Air.

Faelan dengan seksama memperhatikan si Kakek yang tengah menyiapkan kuda-kuda dengan kedua tangan mengepal dikedua sisi pinggangnya, matanya terpejam, seperti tengah menyerap setiap tenaga dari alam. Faelan dibuat terpukau saat angin semilir menerpanya, rambut beserta kumis putih Kakek Raden bergoyang pela mengikuti tiupan angin.

'wusssssh! splash! splash! splash!

Faelan melotot dibuatnya, pukulan udara dari Kakek Raden bahkan memecah air terjun hingga mengenai dua gadis yang tengah memperhatikan dari pinggiran danau. Aloria nampak memekik kaget, sementara Thia dengan cepat berlari menghindar saat tahu pukulan itu mengarah ke mereka.

'splash! splash! splash! splash!

Kakek Raden terbang meninggalkan Faelan menuju batu yang lain, kemudian berbalik dan menendang udara dimana cipratan air itu kini mengenai Faelan yang masih diam memperhatikan, Faelan semakin terpukau, meski tubuhnya basah kuyup karena cipratan air dari tendangan Kakek Raden.

Konsentrasi Kakek Raden sepertinya bertambah, beliau memposisikan tubuhnya seperti hendak bertarung, kedua tangannya terayun seperti akan mengeluarkan jurus. Aloria yang panik akan terkena cipratan air lagi, memutuskan mengikuti Thia yang sedikit menjauh dari pinggiran danau. Sementara Faelan masih diam ditempat, mengagumi jurus yang akan dikeluarkan oleh Kakek Raden.

Angin berhembus kencang membuat genangan air yang semula sedikit tenang menjadi bergemuruh, dan selanjutnya yang terjadi adalah pusaran air di tengah-tengah danau tersebut, membentuk sebuah pusaran yang semakin besar menjadi sebuah tornado. Inilah yang menjadi jurus utama yang akan Kakek Raden tunjukkan, Faelan terdiam menganga melihat tornado itu semakin tinggi hingga angin berhembus semakin kencang, pohon-pohon nampak seperti akan runtuh dari akarnya saat tornado itu semakin besar.

Aloria dan Thia melindungi tubuhnya sendiri menggunakan kedua tangan, tubuhnya menahan agar tidak didorong oleh angin, sementara Faelan tetap berdiri gagah mengagumi tornado air itu.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang