11. Gemetar

9 5 0
                                    

[ selamat membaca dan jangan lupa dukungannya! terimakasih~ ]

"Aku menyuruh kalian menangkap monster air, bukan langsung mempraktekkan jurus-jurus itu," Kakek Raden mengangkut beberapa kardus berisikan bahan-bahan membuat kua kedalam kedai, sepertinya beliau harus membeli persediaan bahan-bahn segera.

Orangtua itu nampak terkekeh melihat ekspresi bersalah dari ketiga anak itu ia marahi, sebenarnya hanya memberi sebuah gertakan kecil. Ada ide jahil yang terpikir didalam benaknya saat ini.

"Sebagai hukuman, bersihkan halaman disekitar rumah," ujar Kakek Raden kepada ketiga anak itu, mereka mengangguk serentak. Kakek Raden berjalan kedalam kedai sambil terkekeh tidak henti, Bibi Camelia yang bekerja sebagai pegawai di kedai Kakek Raden sampai nampak bingung melihat Kakek Raden yang terkekeh tidak henti.

Sementara Faelan meratapi nasibnya. Sudah mengantuk, kelelahan karena memancing monster laut tadi malam, dan sekarang harus membersihkan halaman rumah Kakek Raden. Dua gadis yang bersamanya juga nampak tak berhenti mengeluh, terutama Aloria.

"Aku lapar," keluh Aloria sembari kembali membawa tiga sapu dari arah gudang, Thia dan Faelan menerimanya dan langsung membersihkan halaman rumah Kakek Raden yang banyak oleh daun jatuh, terutama halaman rumah itu diatas rumput, susah untuk menyapu daun-daun yang jatuh itu.

"Maaf, seharusnya aku tidak tiba-tiba masuk kedalam air seperti itu," ujar Thia penuh penyesalan. Dengan gontai pula ia mulai menyapu halaman rumah Kakek Raden yang dipenuhi dedaunan kering.

"Ini bukan salah kamu, ini salah aku juga, andai aku bisa menagkap monster itu tanpa bantuan kalian, kalian pasti tidak akan mengeluarkan kekuatan yang seharusnya tidak kalian keluarkan," balas Faelan sambil melepmpar beberapa daun kering kedalam karung sampah.

"Benar, ini semua salah Faelan, aku panik sekali saat dia tidak bisa menahan monster itu dan jatuh kedalam danau," celetuk Aloria setengah kesal.

Namun, Faelan yang mendengarnya sontak tidak terima disalahkan. Tapi, mau bagaimana lagi, dirinya sudah megutarakan kesalahannya tadi. Akhirnya cowok itu memilih diam saja, fokus untuk membersihkan halaman rumah Kakek Raden.

Selang beberapa menit, lagi-lagi Aloria mengeluh, hari semakin panas, dan selain lapar, ia juga haus, dan mengantuk tentu saja.

"Daun-daun ini ditiup oleh angin, mau sampai abad ke 21 berakhir juga kita tidak akan selesai membersihkan halaman rumah Kakek," keluhnya sembari menyampirkan sapu yang ia bawa ke tembok, ia memilih duduk di tangga depan rumah Kakek Raden.

Thia menoleh kearah Aloria sejenak, kemudian kearah kedai Kakek Radn yang nampak ramai, seperinya Kakek Raden sedang sibuk untuk saat ini.

'bruk!

Thia dan Aloria sama-sama menoleh kearah sumber suara terjatuh itu, yang mereka saksikan hanyalah Faelan yang merebahkan tubuhnya diatas rumput, tepat dibawah pohon besar yang ada dihalaman rumah Kakek Raden. Rindang dan nikmat sekali sepertinya.

"Tubuhmu akan menjadi makanan semut jika tertidur disana," ujar Thia sembari mendekat kearah Faelan untuk mengambil sapu milik Faelan. Berniat untuk mengembalikannya ke gudang.

"Kamu harus mencoba tertidur dibawah pohon minimal sekali seumur hidup, aku yakin disini lebih banyak monster daripada semut," balas Faelan sembari tersenyum lembut kearah Thia, ia membenarkan posisinya agar nyaman.

Thia menatap kearah Aloria sejenak, gadis itu juga menatap kearahnya, seolah bertanya 'ada apa?' Thia membuat gestur agar Aloria berjalan kearah mereka berdua. Gaids itu mendengus sebelum menuruti permintaan teman sebayanya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang