11

98 13 1
                                    

Singkatnya, beberapa hari sudah berlalu sejak amane kembali ke jepang, dia sudah berhubungan cukup baik dengan keluarga Mouri dan bahkan ikut memecahkan beberapa kasus bersama mereka. Dan hari ini Conan berencana mempertemukan kakaknya ini dengan Sherry.

"Apa menurutmu baik-baik saja? Aku masih merasa bersalah pada hakase, aku belum menemui dia langsung tapi hakase pasti sudah dengar dari Okaa-san" amane entah kenapa malah jadi gugup saat sudah sampai di depan pintu.

"Apa nee-chan mau menghindari ini selamanya? Lagipula dari awal itu salah nee-chan sendiri"

"Ugh...kau masih marah padaku? Aku kan sudah minta maaf...maafkan aku ya, Shin-chan~" godanya sambil mengunyel-unyel pipi Conan.

"Nee-chan kau benar-benar seperti Okaa-san. Sudahlah ayo masuk"

Dengan helaan nafas pasrah, amane memberanikan diri dan mengetuk pintu, hanya butuh beberapa menit untuk pintu tersebut terbuka dan memperlihatkan anak kecil cantik yang seusia Conan.

"Ah, wajah itu, Sherry ya?"

Haibara yang mendengar orang asing memanggilnya sebagai 'sherry' mulai gemetar ketakutan, banyak pertanyaan muncul di kepalanya.

's-siapa?! J-jangan-jangan dia anggota BO?! A-aku ketahuan?!'

Untungnya Conan dengan cepat menyadarkan haibara dengan menepuk pundaknya.

"Ah, maaf, aku menakutimu ya?" Tanya amane sembari tertawa canggung.

"Ada apa ai-kun?! Kenapa tamunya tidak dibawa masuk?!" Suara hakase bisa terdengar dari dalam rumah, amane hanya tersenyum seperti biasa saat gadis kecil itu dengan ragu-ragu dan penuh waspada mengawasi gerak-gerik nya.

"Hakase! Ini aku!" Begitu melihat sosoknya, amane langsung memeluk hakase dan membuat hakase terlonjak kaget.

"Yaampun, aku tidak percaya kau benar-benar masih hidup, sejahil apapun dirimu, tapi memalsukan kematianmu itu sudah keterlaluan"

Dan yah, beberapa jam berlalu saat sekali lagi amane diomeli oleh hakase.

.
.
.

"Ekhem"

"Aduh hakase, aku minta maaf oke? Jangan merajuk begitu" bujuk amane sambil tertawa pasrah.

"Tunggu dulu, bisakah kalian jelaskan sesuatu padaku?" Amane langsung mengalihkan pandangannya menuju gadis kecil yang duduk di depannya, dia benar-benar lupa bahwa haibara juga ada disana.

"Ei~ kau sudah melupakanku? Bagaimana kalau seperti ini?" Amane mengangkat kaos yang dia kenakan dan memperlihatkan tato 'pandora' padanya.

"Kau-!"

"Hmm? Kenapa kau kaget begitu, ai-kun? Apa yang salah dengan tato itu?"

Mendengar itu haibara menghela nafas dan menatap tajam kearah amane seakan memintanya untuk mengatakan apa saja yang sudah di lakukan, sementara amane hanya pura-pura tidak lihat dan langsung membuang muka.

"Jadi singkatnya begini"

Amane tersenyum bangga saat haibara mulai menceritakan kisah dibalik nama 'pandora' itu.

"Yaampun, kau sudah berbuat sejauh itu? aku sudah tidak tau lagi harus berkata apa"

"Tapi siapa yang menyangka 'pandora' yang terkenal itu adalah kakakmu, sepertinya keluarga kalian memang isinya manusia berbakat semua" ujar haibara.

"Ah, kau terlalu melebih-lebihkan nya. Jadi Sher- maksudku haibara, kau yang mengembangkan obat yang membuat kalian menyusut kan?"

Dan begitu saja, percakapan mereka mengalir layaknya air sungai, mereka membicarakan hal-hal dan berbagi informasi yang selama ini diketahui, hingga tanpa terasa sang purnama telah menunjukkan wujudnya.

Di kesunyian malam itu, amane berjalan tanpa arah yang jelas, dia hanya berjalan kemana takdir membawanya saat pikirannya tenggelam kedalam bayang-bayang imajinasinya.

Suasana tenang itu tampaknya buyar ketika ia tanpa sengaja menabrak seseorang, amane sontak tersadar dari lamunannya dan memutar tubuhnya menghadap orang itu untuk meminta maaf.

Tapi kata-kata maaf belum sempat keluar dari mulutnya, lidahnya terasa kaku, orang yang berdiri dihadapannya ini adalah orang terakhir yang dia harap untuk lihat.

"Nona, sangat berbahaya jika anda berjalan dengan melamun seperti itu"

Suara manis yang sangat dia rindu selama bertahun-tahun ini, rasa rindu dan bersalah bercampur dan menggelitik perutnya. Terlihat familiar namun asing adalah penggambaran orang ini sekarang. Dia sangat perbeda tapi tetap sama. Tidak ada kata yang tepat yang bisa menggambarkan situasi ini. Tangannya bergetar seirama dengan getaran hatinya.

"Nona? Anda baik-baik saja"

'padahal dahulu kita sangat dekat, tapi satu keputusan ku membuat kita berdiri sebagai orang asing...berapa ratus kali lagi aku harus maaf...aku tidak tau apakah dia bahkan akan memaafkan ku...'

"Apa anda merasa kurang sehat?"

Suara manis yang sudah menjadi candu baginya itu sekarang terasa membawa bilah yang menyayat hatinya tiap kali terdengar.

"Ah...saya baik-baik saja, saya hanya kurang enak badan saja, permisi"

Bukan seperti ini. Amane ingin sekali berlari memeluk sosok yang sangat dia rindu itu, tetapi kakinya membawanya berlari menjauh darinya, dia tidak siap untuk bertemu dengannya, tidak ketika dia sudah menganggapnya tiada.

'mari jangan muncul didepannya lagi, baginya sekarang, aku hanyalah bunga layu yang sempat mekar di kisahnya'

.
.
.

Sementara itu di tempat furuya, ia menatap kearah gadis itu pergi dengan perasaan aneh, perasaan yang tidak bisa ia jelaskan ini.

'gadis itu terasa familiar, tapi aku belum pernah melihat wajah itu sebelumnya, jadi apa yang membuatku merasa seperti ini? Mungkinkah...ah, baunya, aku yakin pernah mencium itu sebelumnya'

Saat furuya hendak pergi kearah yang berlawanan, pandangannya tertuju pada sesuatu yang terjatuh di tanah.

"Apa ini? Gantungan kunci? Sepertinya masih baru, bentuk kucing...lucu juga, apa punya gadis tadi?"

Dengan hati-hati furuya mengamati gantungan kunci itu sebelum membawanya bersama dengannya hingga ia berpapasan dengan gadis itu lagi.

Detective Conan | Tentang Kita (furuya Rei x oc)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang