12

88 13 2
                                    

"ah...bosan...semuanya terasa membosankan..." Beberapa hari terakhir ini amane menghabiskan kebanyakan waktunya untuk bermalas-malasan karena tidak tau apa yang harus dia kerjakan, terkadang saat anak-anak libur sekolah ia akan bermain dengan mereka.

"Ah benar juga, aku belum melihat makamku sendiri" amane buru-buru mengambil jaket miliknya dan pergi ke area pemakaman yang dibilang ibunya.

"Hahaha rasanya aneh juga datang ke pemakaman sendiri"

Namun perhatiannya justru tertuju ke makam di samping makamnya, tubuhnya langsung membeku kala ia membaca nama-nama yang tertera disana.

"I-ini-" bagai tersambar petir di siang bolong, keterkejutannya jelas terlihat. Seluruh tubuhnya terasa lemas, sekarang hanya ada satu orang yang terlintas di pikirannya.

"T-tidak mungkin...mereka- oh tidak...Rei...apa dia baik-baik saja..."

Amane duduk di area makam selama beberapa saat untuk menenangkan dirinya, bagaimana pun mereka pernah menjadi teman, ia merasa sangat jahat karena tidak mengetahui apa saja yang sudah terjadi selama ini.

Ia terdiam beberapa saat sebelum kemudian membuka buket bunga yang dia pegang dan membaginya menjadi beberapa bagian lalu meletakkannya di keempat makam itu.

Dengan kedua tangannya yang bersatu, ia memanjatkan doanya untuk teman-teman nya sebelum beranjak dari sana.

Sementara itu tidak berselang lama saat amane meninggalkan area makam, seseorang mendatangi makam tersebut.

"Ini...siapa yang menaruh bunga-bunga ini? Apa keluarga? Tapi...rasanya seperti satu buket bunga yang dibagi menjadi beberapa bagian"

.
.
.

Seperti biasa amane berjalan tak tentu arah, ia hanya mengikuti kemana langkahnya membawanya pergi.

"Ini..." Amane baru menyadari bahwa dia sudah berhenti didepan rumahnya, kediaman Kudo.

Setelah berpikir beberapa saat ia memutuskan untuk masuk dan melihat apakah ada yang berubah, dan untungnya dia juga selalu membawa kunci cadangan.

"Tidak banyak yang berubah dari tempat ini" gumam amane sambil menyusuri rumahnya hingga saat ia sampai di depan pintu kamar mandi, ia membukanya dan...

"Huh? •_•" amane berkedip beberapa kali saat otaknya berusaha mencerna pemandangan indah di depan matanya.

"Kyaaa!!!!!"

"Akkhhhh!!!"

.
.
.

"Ya tuhan, aku tidak melihat apapun..aku tidak melihat apapun.." ia terus mengulang kata-kata itu sembari membenturkan kepalanya berkali-kali ke sofa. Sementara orang di depannya hanya menatapnya dengan rasa bersalah dan benjolan di kepalanya.

"Ah...itu..." Pria itu hendak bicara ketika ucapannya langsung terpotong oleh tatapan tajam milik amane.

"Kau siapa?! Pencuri ya?!"

Untungnya pria itu dengan cepat menjelaskan kenapa ia bisa tinggal disini atau mungkin amane sudah akan menghabisinya.

"Ah- maaf! Aku tidak tau kalau rumah ini ditinggali orang lain...aku ichika akira, kebetulan aku keluarga jauhnya Kudo Shinichi"

"Tidak apa-apa, aku Subaru Okiya, salam kenal" ucapnya dengan senyum menawan.

'ah...senyum pria tampan itu memang bisa yang terbaik...'

"Subaru-san, aku benar-benar minta maaf karena masuk dengan seenaknya..."

"Kalau begitu bagaimana kalau kamu temani aku belanja sebagai permintaan maaf?"

"Eh, begitu saja?" Amane sedikit bingung namun ia tetap mengangguk dan mengiyakan ajakan Subaru.

Setelah bersiap-siap sebentar, mereka berdua keluar dan berjalan ke arah mobil Subaru.

Amane mengulurkan tangannya dan hendak membuka pintu mobil ketika Subaru terlebih dulu membukakan pintu mobil untuknya, perlakuan yang sederhana tapi itu membuatnya sedikit tersipu.

"T-terimakasih..." Ucapnya dengan sedikit kikuk.

Ia masuk kedalam mobil dan duduk di kursi penumpang. Namun perlakuan Subaru kembali membuatnya salah tingkah ketika Subaru mendekatkan tubuhnya, nafasnya tercekat ketika mendapati Subaru yang sudah cukup dekat dengannya, walau ternyata yang Subaru lakukan hanyalah memasang sabuk pengamannya.

"K-kamu tidak perlu melakukan itu..." Ucap amane sembari menunduk, pipinya terasa panas untuk suatu alasan.

"Ahahah, aku hanya ingin memperlakukan wanita dengan baik" ujar Subaru dengan senyum menawan yang sama.

Mereka berkendara didalam kecanggungan selama beberapa saat hingga mereka tiba di supermarket, Subaru memarkirkan mobilnya dan keluar terlebih dahulu lalu membukakan pintu mobil untuk amane.

"Kau benar-benar tidak perlu melakukan itu..."

Saat didalam supermarket Amane mengambil troli belanja dan hendak mendorongnya ketika Subaru dengan cepat merebutnya.

"Aku saja"

"Memangnya kamu mau beli apa saja?"

"Bahan makanan dan beberapa hal lain"

"Ah, lebih baik kamu beli yang ini saja"

Mereka berjalan beriringan dan memilih apa saja yang harus dibeli Subaru, terkadang amane juga memberikan saran apa saja yang lebih baik dibeli dan jangan dibeli.

Tentu saja karena ada kesempatan, amane membeli beberapa coklat. Jangan salah paham, amane tentunya membayar camilannya sendiri.

.
.
.

Amane meminta Subaru menurunkannya di taman yang ada disana, awalnya Subaru sedikit bingung tapi setelah amane mengatakan tidak apa-apa, Subaru akhirnya mengerti dan menurunkannya di taman itu.

"Agh...tidak bisa begini, aku harus cari pekerjaan, tentu saja uangku masih banyak tapi aku terlalu bosan menganggur berhari-hari..." Amane berada di taman itu sangat lama hingga jam tangannya menunjukkan pukul 2 pagi. Ia mendongak menatap langit malam dan menghembuskan nafasnya.

"Malam yang indah...andai saja bisa berdansa dengan seseorang..." Ia menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri, tidak ada seorangpun yang melihat, jalanan terlihat sepi, tidak heran karena ini pukul 2 pagi.

Sebenarnya amane punya hobi aneh yang dia suka. Dibawah cahaya lampu jalan, ia mengangkat tangannya dan menggerakkan kakinya seolah-olah berdansa dengan seseorang, meski kenyataannya dia hanya berdansa dengan khayalannya sendiri.

Dengan musik yang mengalun di kepalanya, ia memutar tubuhnya, membiarkan imajinasi dan khayalan memenuhi dirinya, disaat-saat seperti inilah dia merasa seperti bisa bebas dan lepas hingga tanpa ia sadari, sepasang mata indah itu tengah menatap lekat sosoknya.

Gerakannya berhenti ketika ia menutup matanya dan menghela nafas, barulah dia menyadari sorot mata yang menatapnya, tapi saat ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, yang dia temukan hanyalah keheningan malam.

"Aku pasti terlalu lelah hingga berhalusinasi..."

Amane menggelengkan kepalanya dan beranjak pergi dari sana, tapi setelah beberapa langkah ia menyadari ada benda yang tergeletak ditanah.

"Eh ini kan gantungan kunci yang waktu itu ku beli? Aku kan menghilangkannya beberapa hari lalu, kenapa bisa ada disini?"

Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya mengambil gantungan kunci itu dan membawanya pulang, lagipula itu adalah miliknya.

Detective Conan | Tentang Kita (furuya Rei x oc)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang