4

102 12 4
                                    

"i-indah kan?! Aku biasa kesini kalau ingin menyegarkan pikiran!" Ucap amane yang langsung membuang muka, dia sangat yakin jika saat ini pipinya memerah, sementara itu furuya hanya menatap amane dengan bingung.

"Apa...aku mengatakan sesuatu yang salah, yamamoto?" Tanya furuya dengan nada yang sedikit khawatir.

Mendengar itu amane langsung menoleh dan tersenyum gugup. "T-tidak kok!"

"ngomong-ngomong! Aku rasa kamu jangan panggil aku Yamamoto terus..." Ucap amane dengan cepat, dia tidak benar-benar mengatakan itu, dia hanya mengatakan kalimat random agar bisa mengalihkan topik pembicaraan.

"Kalau begitu aku panggil kamu apa?"

Sialnya saat itu amane hanya bisa mengingat yukiko yang selalu memanggilnya 'ame-chan' sehingga tanpa sadar kata itu terselip keluar dari mulutnya. "Ame-chan" gumamnya.

"Ame-chan...? Kau ingin aku memanggilmu begitu...?" Tanya furuya memastikan, itu terasa aneh bagi furuya karena di lihat dari manapun ame-chan itu nama perempuan.

"T-tidak-! M-maksudku- err..."

'amane kau bodoh! Bagaimana kau bisa keceplosan begitu?!' pikir amane, merutuki kebodohannya dalam hati.

"Itu...p-panggilan kecilku! Iya! Kakakku suka memanggilku begitu untuk mengejekku, biasanya aku kesal jika dia mengejekku begitu, tapi sekarang aku merindukan dia...j-jadi aku merasa akan lebih baik jika ada yang memanggilku seperti itu a-ahahaha" ucap amane dengan tawa gugup.

'itu alasan yang benar-benar bodoh! Dilihat darimanapun itu alasan yang tidak masuk akal! Apalagi aku tidak punya kakak!' percayalah meskipun raut wajah amane cukup tenang, pikirannya sebenarnya sudah sangat panik.

"Oh, baiklah, kalau itu yang kamu, ame-chan, kau bisa panggil aku rei"

'oh tuhan, cobaan apa yang kamu berikan padaku?' langsung membalikkan badannya memunggungi furuya, saat ini baik jantung maupun wajahnya tidak baik-baik saja.

'dia begitu lagi...apa ada yang salah denganku?' pikir furuya.

.
.
.

"Dengarkan baik-baik, apa yang sedang kau pegang sekarang adalah 'sakura' relover lima peluru ini adalah senjata resmi polisi Jepang, dalam tes penembakan ini, kau akan menembak empat set dari lima, nilaimu adalah total dari dua tembakan terbaikmu, nilai kurang dari 70 adalah nilai gagal"

Amane tidak langsung menembak dan mengintip hasil furuya terlebih dahulu, itu cukup mengesankan.

"Lima tembakan secara praktis di tengah, tembakan bagus furuya"

"Furuya, kau ada bakat menembak. Tapi jangan lupa bahwa selalu ada seseorang yang lebih baik darimu. Ada seorang jenius yang mencetak poin penuh pada tes pertamanya, dengan kata lain, dia menembak 20 tembakan tepat ditengah"

Amane tersenyum tipis, tentu saja dia tau siapa orang tersebut.

"Baiklah, giliranku"

Semua orang langsung ribut karena melihat hasil tembakan amane, lima peluru tepat ditengah, itu skor yang bahkan lebih tinggi dari furuya.

"Uwaa- kau ternyata cukup hebat, Yamamoto" ucap date dengan keterkejutan yang jelas terlihat di wajahnya.

"Iya, aku tidak tau bahwa kau mahir dalam menembak, ame-chan" timpal furuya.

"Hehe, aku pernah ikut latihan menembak dengan ayahku"

"Tunggu, 'ame-chan'? Kenapa kau memanggilnya dengan nama perempuan?" Tanya hagiwara, tajam seperti biasanya jika menyangkut perempuan.

"Itu nama kecil yang diberikan kakaknya pada yamamoto"

"Ohh itu imut, kalau begitu aku juga akan memanggil Yamamoto dengan ame-chan"

"Tidak boleh, yang boleh memanggilku begitu hanya Rei"

"Eh? Zero bahkan mengizinkanmu memanggil namanya? Kalian pasti sudah cukup dekat"

Mari kita lewati saja tragedi di hari itu karena amane sendiri tidak cukup banyak andil di kejadian itu.

.
.
.

Malam ini amane kembali menyelinap keluar dari akademi karena dia masih belum sempat berlatih alat barunya kemarin karena furuya.

"Pokoknya malam ini harus bisa" gumam amane.

"Menyelinap lagi, ame-chan? Kau punya hobi yang aneh, padahal ada banyak waktu tadi sore tapi kau memilih untuk pergi saat sudah larut malam" suara manis yang tiba-tiba terdengar itu sukses membuat amane terlonjak kaget.

"Kau sendiri kenapa punya hobi mengagetkan orang lain?!" Protes amane.

"Maaf maaf, tapi jika kau menyelinap selaruf ini, aku punya kewajiban untuk mengawasi dan memastikan kau kembali" ucapnya dengan senyumannya yang biasa.

"Bilang saja kau mau ikut jalan-jalan"

Amane melangkahkan kakinya diikuti dengan furuya yang berjalan di sampingnya.

"Kau sepertinya sudah cukup akrab dengan Matsuda" ucap amane, membuka pembicaraan.

"Begitulah"

'sial, ini sangat canggung!' batin amane.

"Ngomong-ngomong...kenapa kau ingin menjadi polisi, ame-chan?"

"Ah, itu...adikku sangat suka sekali membaca novel misteri dan dia sudah sangat pintar sejak kecil, aku merasa dia akan jadi detektif jadi aku akan menjadi polisi yang akan membantunya jika dia menyelidiki sesuatu"

Sebenarnya itu adalah alasan yang dibuat-buat karena amane murni ingin menjadi polisi karena sepertinya menyenangkan.

Mereka mengobrolkan berbagai hal hingga tanpa sadar mereka sudah sampai didepan sebuah kedai ramen.

"Kedai ramen?"

"Iya, disini cukup enak"

Akhirnya malam itu mereka habiskan dengan memakan semangkok ramen hangat sembari bercerita hal-hal kecil dan tertawa bersama. Dan tanpa terasa, setiap malam furuya selalu mengikuti amane, terkadang mereka hanya menatap langit di atap gedung, terkadang mereka berbelanja, makan-makan, dan terkadang hanya berjalan-jalan di kota sambil berbagi cerita dan tertawa bersama.

.
.
.

"Hey Hiro, apa aku boleh bertanya sesuatu?" Furuya membuka suara ketika dia sudah duduk di kamar Hiro.

"Ada apa, zero?"

"Menurutmu...apa normal kalau aku menyukai seorang pria?" Pertanyaan dari furuya itu sontak membuat hiromitsu yang sedang minum langsung menyemburkan air yang dia minum.

"Tentu saja tidak! Apa itu Yamamoto?"

"Bagaimana kau tau?" Tanya furuya dengan bingung.

"Ayolah, bahkan Matsuda yang cuek juga tau kedekatan kalian, kalian selalu menyelinap keluar setiap malam, apa kamu pikir kamu sudah menyembunyikannya dengan rapih?"

"Kau benar...aku tidak tau sebenarnya yang kurasakan ini apa...aku bukannya menyukai laki-laki, hanya saja...aku menyukai ame-chan, karena dia adalah ame-chan. Hah...andai saja ame-chan adalah wanita..." Ucap furuya sembari merebahkan dirinya ke kasur dan menutupi matanya dengan tangan.

Melihat temannya yang sedang gusar itu tentu saja membuat Hiro sebagai teman ikut khawatir.

"Jangan terlalu dipikirkan, zero. Mungkin saja kau tidak benar-benar suka dengan Yamamoto, mungkin kau hanya merasa nyaman, itu bisa saja kan?"

"Kau benar, kalau dipikirkan...aku memang hanya merasa nyaman disampingnya, tidak ada hal yang lebih selain itu. Terimakasih Hiro, aku jadi tidak terlalu khawatir lagi"

Menanggapinya, Hiro hanya tersenyum kecil, senang telah membuat temannya itu tidak terlalu khawatir lagi.

_________________________________________

Ahahah gaje banget sumpah (⁠T⁠﹏⁠T⁠)

Detective Conan | Tentang Kita (furuya Rei x oc)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang