Jaehyun terbangun di suatu tempat asing. Bukan kamar tidurnya. Bukan juga tempat kerjanya. Ia kini tengah duduk di atas pasir dengan view laut di depan matanya. Matanya mengarah jauh. ia berdiri dan berjalan-jalan menyusuri keindahan pantai itu. Tak banyak pohon tapi anehnya tempat ini terasa teduh.
Tak ada siapapun. Hening. Sepi. Ini tempat yang tepat untuk berlibur. Senyumnya mengembang sempurna. Hal yang nyaris tak pernah nampak pada wajah nampaknya. Dalam pikirannya hanya satu hal yang inginkan. Ia harus mengajak Dita untuk datang ke sini ketika semua urusannya sudah selesai.
"Dad!" itu suara seorang anak kecil.
Tepat di belakang tubuhnya, anak kecil itu berlarian menyusulnya. Tertawa ceria serta mengajaknya bermain.
Ini aneh. Padahal Jaehyun bukanlah orang yang suka dengan kehadiran bocah macam ini. Apalagi bersenang-senang diajak bermain. Jaehyun jauh dari kata ramah. Tapi entah mengapa, sekarang ia sangat menikmati waktunya.
Apa mungkin karena anak itu mirip dirinya?
Seharusnya Jaehyun tak menyukai apapun berbau dengannya. Bahkan ketika ia memiliki anak kelak, ia selalu berharap anak itu mirip Dita dari segi apapun.
Tapi entahlah. Anak ini walaupun nyaris terlihat macam duplikatnya tapi senyumnya seindah Dita-nya. Jika Thomas, teman-temannya dan keluarganya melihat anak ini, mereka pasti akan takjub. Wajah Jaehyun dikemas dengan aura sehangat Dita tentu saja sangat ajaib.
Tak masalah, dia seperti Dita. Bukan aku.
***
"Iya. Lama tak jumpa, Nona Dita." Karina tersenyum angkuh. Ia mempersilahkanku duduk setelah meminta pelayan untuk membawakan minuman untukku. "Sejujurnya aku tak menyangka kau akan menghubungiku seterburu-buru ini. mengapa? Apa kau begitu cemas karena sebentar lagi aku akan menikah dengan kekasihmu?"
"Bukan itu." Aku mendengkus tertahan. "Sebenarnya aku ingin menagih janjimu."
"Janji?" Karina mengerutkan alis seakan mengingat-ingat suatu hal.
Menahan napas kesal, entah itu Karina bercanda atau bukan, yang jelas aku tidak suka caranya. Karena dia, aku sampai mabuk dan melakukan hal tak masuk akal di istana kerajaan. Lalu, kalau dipikir-pikir, bisa saja anak yang kukandung ini, hasil dari perbuatan itu. yang mana artinya, Karina berkontribusi atas pembentukan janinku. Hish!"Kau berjanji akan membantuku untuk lepas dari Jaehyun. saat di pesta pertunangan putra mahkota."
Karina mengangguk mengerti. "Kenapa kau ingin melarikan diri darinya? Bukankah kau bisa hidup mewah selama ini berkat kekayaan keluarga Jung? Kau juga membutuhkan pengobatan untuk penyakit adikmu, bukan?"
"Benar. tapi aku akan menanganinya sendiri. sekarang, lakukan janjimu."
"Tidakkah kau bisa menunggu hingga pesta pernikahan kami?"
"Untuk apa?"
Menunggu hingga semua orang tahu aku adalah simpanan Jaehyun? Atau menunggu sampai anak yang kukandung lahir dan harus menerima takdirnya sebagai anak seorang selingkuhan?
Mendadak kalimat Jaehyun menyapa telingaku, 'aku tidak pernah tertarik dengannya.'
Bohong.
Hanya karena Jeno menyukai Karina, mana mungkin Jaehyun tidak akan tergoda dengan wanita secantik ini? diam-diam tanganku mengepal. Lalu menatap wanita itu penuh dendam.
Oh tidak. Calm down, Dit. Memang apa pentingnya Jaehyun tertarik atau tidak dengan tunangannya? Toh kau juga akan segera meninggalkan pria itu."Kau tidak perlu menatapku penuh permusuhan macam itu."
Ia sudah menyadarinya. Aku membuang muka. Memilih menatap interior restoran yang bernuansa klasik. Melihat dari furniture yang terpasang, pemiliknya seperti punya ketertarikan estetika bangsawan kuno. Elegan namun terkesan angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Simpanan Jaehyun
FanficWarning!! 18+ Buat dedek dedek gemes, jangan dibaca dulu ya. Ini area 18 tahun ke atas. Okay? *** Aditya Arumi Aditama. Entah bagaimana aku tiba-tiba merasuki tubuh itu setelah kecelakaan maut yang menimpaku. Awalnya, aku merasa senang ketika diber...