Entah sudah berapa kali Hana dan teman-temannya merasakan ketegangan malam ini. Jisoo menurunkan ponselnya begitu mendapati apa yang mengepung mereka. Ini jauh dari perkiraan mereka sebelumnya.
Sebuah koloni serigala berbadan besar mengepung. Mereka tidak terkejut dengan keluarnya cahaya dari ponsel Jisoo.
"Sudah kubilang. Anak-anak ini aneh, kan?"
Seungkwan terjingkat melihat serigala di dekatnya berganti wujud dengan tiba-tiba menjadi manusia normal. Bukan hanya Seungkwan, yang lain pun menoleh dengan terkejut. Kejadian ajaib apa lagi ini?
Jisoo terbukti tidak gila, ia hanya logis. Dongeng Paman Mungdae itu nyata.
Seseorang menarik Hana dengan kasar agar menjauh dari yang lainnya. Aura kepemimpinannya begitu kuat, membuat Hana ciut. Ia hanya berani mengikuti gerakannya dengan lirikan mata. Lelaki itu mengelilinginya dengan mata penuh curiga. "Energi negatif tak jauh darimu. Apa yang kau bawa?"
"Huh?" Hana menatapnya sekilas. "Maaf, kami hanya melarikan diri dari sesuatu."
Lelaki itu hanya menatap sekitar. Ia merasakan sesuatu yang perlahan menghilang dari radarnya. "Kau bisa melihat wujudnya? Wujud gadis itu? Di sekitar sini?" Tanyanya bertubi-tubi seperti menanyakan kembali kejadian yang menimpa mereka.
Saat itu, Hana hanya bisa menyimpulkan, orang-orang ini bukan orang biasa. Bagaimana mereka bisa tahu jika ada seorang gadis yang mengejar mereka?
"Kak Seungcheol, mereka menggigil. Sebaiknya kita bawa mereka dulu," pemuda lain yang berdiri di belakang Jisoo memperhatikan tubuh manusia-manusia yang bergetar karena dingin.
"Tidak, tidak perlu, kami akan pergi secepatnya," Seungkwan menolak. Ia tidak ingin percaya begitu saja pada mereka.
"Kami melihat kalian dari sana, sosok itu berhasil menggiring kalian sejauh ini jika sampai bertemu kami," lelaki yang berada di sebelah Seungkwan itu menatap mereka dengan serius dengan mata sipitnya.
"Lagipula salah satu dari kalian kehilangan banyak energi, kan? Dia tidak bisa membawa kalian pulang dalam kondisi seperti ini."
Hana lagi-lagi hanya menatap lelaki itu sekilas, ia merasa tersindir.
<|*|>
Jisoo yang paling tua sepertinya hanya bisa pasrah mengikuti orang-orang yang tidak dikenal ini. Ia tahu, langkah mereka akan semakin jauh ke dalam hutan. Ponselnya mati kehabisan daya.
Ada sekitar satu jam mereka berjalan. Mereka berhenti di depan gua gelap. Seungkwan menyinari gua yang ada di depannya, ia bergidik. Sungguh hal yang tidak bisa dipercaya, ia akan bermalam di hutan bersama makhluk-makhluk yang belum pernah ia lihat.
"Wah, benda itu hebat! Apa namanya?" Pemuda yang sejak tadi berada di sebelah Seungkwan itu menatap ponselnya dengan kagum.
Seungkwan justru balas menatap kagum. Laki-laki itu tak berpakaian tebal dan tidak terlihat kedinginan. "Senter," jawabnya setelah terdiam.
Setelah dihitung-hitung, Hana hanya melihat ada lima ekor serigala di sini. Mereka cenderung memilki rambut yang panjang. Ia menoleh ke sebelahnya, pria bongsor itu membuatnya sedikit tidak nyaman.
"Santai saja. Otot dan tingginya ini hanya dekorasi. Dia tidak menyeramkan sama sekali," pemuda berhidung mancung itu tersenyum lebar.
"Soonyoung, pimpin jalannya," Seungcheol menarik baju laki-laki yang sebenarnya masih penasaran dengan benda kotak yang bisa mengeluarkan cahaya itu.
"Ayo terangi jalannya memakai itu," Soonyoung menarik tangan Seungkwan.
"Tidak, tidak, tidak. Aku ingin berjalan bersama yang lain saja. Kau, kan, bisa melihat tanpa ini," Seungkwan menggeleng, ia merapatkan dirinya ke sebelah Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECLIPSE THAT NIGHT •|SEVENTEEN|•
WerewolfBukit Roth lenyap, nyaris tidak ada kehidupan karena jumlah penghuninya semakin surut. Sosok yang menginginkan kecantikan dan keabadian dengan bengisnya menghisap jiwa-jiwa muda. Sosok itu menyebar, bahkan manusia yang tidak bersalah pun terkena imb...