Berjalan dengan kedua kaki manusia terasa lebih letih, kedua serigala yang warna bulunya bertolak belakang itu baru sampai di petang hari. Kini keduanya terdiam karena Hana masih membujuk Wonwoo untuk pergi bersamanya.
"Kau...benar-benar tidak ingin ikut?" Tanya Hana sekali lagi.
"Aku ingin, tapi lebih baik tidak. Mereka tidak akan bisa menerimaku dengan keadaan ini."
Hana terdiam cukup lama dan menghela napas yang panjang. Ia menatap tanah lapang yang berisi banyak bangunan itu dari perbatasan hutan. Ia melihat Seungcheol dan Soonyoung yang sepertinya sedang beradu argumen.
"Aku berharap kita menemukan cara agar kau bisa kembali bersosialisasi. Aku ingin melihatmu bebas jika kau menganggap ini adalah kutukan," Hana tak melepas tatapannya dari orang-orang yang ada di dekat bangunan itu.
Tidak ada jawaban dari Wonwoo membuat Hana menoleh ke arahnya. Serigala hitam itu menatapnya tanpa ekspresi. "Terima kasih. Tapi jika memang tidak ada jalan keluar untuk ini, aku sudah sangat senang karena kau serigala pertama yang mengajakku bicara setelah belasan tahun."
Kata-kata itu memukul rasa empati Hana lebih keras. Ia semakin ingin membantunya bebas. Belasan tahun, sendirian dan dikucilkan. Bukannya membenci orang-orang yang mengucilkannya, ia malah membenci dirinya sendiri yang tidak salah apa-apa.
"Wonwoo, dunia berputar. Aku akan mencari jalan keluarnya selama aku di sini," Hana melangkahkan kakinya keluar perbatasan hutan. "Terima kasih sudah menolongku."
"Aku yang berterima kasih padamu."
Begitu Wonwoo menjawab, Hana berlari kencang ke arah bangunan paling besar di sana. Pikirannya ramai karena terlalu banyak memposisikan dirinya sebagai Wonwoo. Kenapa dia banyak berterima kasih atas hal-hal kecil? Apakah sekejam itu orang-orang mengucilkannya?
"Kak Seungcheol! Awas!" teriak Seungkwan yang sudah siap berlari masuk ke dalam begitu melihat seekor serigala berlari ke arah mereka.
Seungcheol menoleh, begitu juga dengan Soonyoung yang justru bersiap untuk melawan. Namun keduanya terdiam dan kembali pada ketenangan. Soonyoung menoleh ke arah Jisoo. "Itu Hana."
Badan Jisoo mematung, ia menatap serigala yang masih berlari ke arah mereka dengan tatapan kosong. "Hana?" Adik yang ia tahu sangat polos itu memiliki bulu putih bersih seperti kepribadiannya.
Seungkwan menutup mulutnya dengan tangan, ia tidak jadi berlari. Ia mengikuti Jisoo yang maju perlahan di sebelah Seungcheol.
Surai-surai halus itu diterpa angin. Skenario sudah terbentuk di benak Hana untuk melompat sekaligus kembali dalam wujud serigala dan memeluk kakaknya. Tapi melihat raut wajahnya dari kejauhan membuatnya urung.
Hana berhenti sejenak di depan Seungcheol. Ia mengubah wujudnya dengan perlahan dan berdiri tertunduk. Laki-laki itu menepuk bahu Hana pelan, "Bagus, kau menemukan dirimu."
Soonyoung tersenyum lebar hingga kedua matanya hilang. Ia mengangkat tangan ke udara, meminta tos dari Hana. Saat kedua telapak tangan itu menyatu dan mengeluarkan suara, Soonyoung mengguncangkan jabatan tangannya dengan riang. "Cantiknyaaa!"
Pujian itu hanya membuat Hana tersenyum sekilas. Ia melepaskan tangannya dari Soonyoung, lalu membungkuk ke arah kakaknya. "Maaf, aku...tidak bisa menghindari ini."
Jisoo mendekat dan memberikan pelukan hangat. "Bagus, Hana. Kau berkembang dengan sangat baik," ujarnya seperti saat ia melihat kedua bola mata Hana menguning untuk pertama kalinya.
Hana bernapas sangat lega, "Aku kira kau akan kecewa."
"Tentu saja tidak, aku justru paling ingin melihatmu seperti ini," Jisoo melepaskan pelukannya, mengusak rambut Hana dengan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECLIPSE THAT NIGHT •|SEVENTEEN|•
WerewolfBukit Roth lenyap, nyaris tidak ada kehidupan karena jumlah penghuninya semakin surut. Sosok yang menginginkan kecantikan dan keabadian dengan bengisnya menghisap jiwa-jiwa muda. Sosok itu menyebar, bahkan manusia yang tidak bersalah pun terkena imb...