Chapter 9

13 4 0
                                    

Jeritan keras menggema. Semua orang yang saat itu berkumpul di rumah Jeonghan berhamburan keluar. Siang ini mereka berkumpul sebentar sebelum kembali berpisah.

Alangkah terkejutnya mereka saat melihat sebuah wilayah kecil yang sebelumnya rapi itu menjadi berantakan. Chan berlari sambil menggamit kakak perempuannya untuk keluar dari rumahnya yang hampir roboh.

"Astaga...," ucap Jeonghan pelan saat melihat kehancuran yang terjadi di wilayah yang ia pimpin. Ia berlari ke arah kerumunan untuk menyelamatkan orang-orang yang masih di dalam rumah mereka.

Ini bukan gempa atau bencana alam lainnya. Tapi melihat penyebabnya membuat kaki mereka lemas. Dua manusia serigala tewas di hadapan mereka.

"Sialan!" Myungho mengeraskan rahangnya, berlari mengikuti Jeonghan menyelamatkan yang lain.

Jun meminta mereka untuk menjauh dari tempat ini. Hansol melihat seekor serigala yang mendekat ke arah mereka. Tapi sayangnya kabut hitam pekat itu mengerubungi manusia serigala yang hendak menyusul mereka itu.

Ini pertama kalinya mereka melihat kejadian di mana jiwa itu terhisap dan membuat korban mati dengan mata terbelalak, kecuali Soobin dan Ahrin. Mereka melihatnya.

"Ahrin? Di mana Ahrin?" Soobin bertanya panik saat tidak mendapati sahabatnya di sekelilingnya. Ia membuat orang-orang di sekitar ikut menoleh panik.

Salah satu bangunan terlihat miring. Genggaman tangan Chan terlepas dari kakaknya. Sosok gadis berambut panjang itu tanpa ampun menghisap jiwanya meski ia baru saja mendapatkan mangsa lain.

Tangan pucat itu terulur, membuat sebuah gumpalan hitam yang terbang melesat ke arah Chan. Mingyu segera berlari tanpa menghiraukan larangan Jun untuk pergi ke sana.

Tubuh Chan limbung saat seseorang mendorongnya dan membuatnya terjatuh. Bangunan miring itu akhirnya roboh dengan bebatuan yang menggelinding.

"AHRIN!" Jerit Soobin kencang saat melihat tubuh Ahrin tertimbun batu-batu dari bangunan yang roboh itu. Ahrin berhasil membantu Chan, tapi dirinya sendiri tidak selamat. Soobin memberontak dari cengkeraman Jun.

Mingyu yang membantu Chan berdiri segera menariknya ke arah mereka.

"Lari! Cepat!" teriak Seokmin keras kepada keduanya maupun semua manusia serigala yang berkumpul.

"Jihoon! Jangan ke sana!" Teriak Jun sambil mengunci pergerakan Soobin agar gadis itu tidak nekat pergi ke sana. Kedua tangannya sudah memegang Soobin, ia tidak bisa menghentikan Jihoon yang berlari kembali ke ke dalam.

"Hei! Jangan pergi!" Seokmin tak berhasil menghadang Jihoon yang gesit menghindar. "ARGH!" Teriaknya kesal saat Jihoon lolos. Ia tetap menarik Chan untuk berkumpul bersama yang lainnya.

"Kita pergi keluar dari sini dulu," ujar Jun yang menarik Soobin dengan paksa. Nama Ahrin terus keluar dari mulut Soobin dengan penuh penyesalan.

"Bagaimana dengan yang lain?" Hansol berjalan mengikuti Jun sambil menoleh ke balakang. Ia tidak menemukan tiga serigala yang tadi masuk ke dalam.

"Kak Jeonghan pasti melindungi mereka," Jun tetap merasakan pemberontakan Soobin meskipun gerakannya tidak sebrutal tadi.

"Hansol! Awas!" Seokmin melihat sebuah gumpalan kabut hitam melesat, hampir mengenai Hansol jika saja ia tidak berhasil menariknya.

Gumpalan itu mengenai sebuah pohon di sebelah Hansol, kabut hitam merambat naik hingga ke ujung dahan paling tinggi. Pohon itu langsung mengering dan ranting-rantingnya berjatuhan seolah kehilangan nyawa.

"Gila! Bahkan jiwa tumbuhan bisa dihisapnya," Seokmin berlari lebih kencang mendahului yang lain. Ia berhenti saat melihat sungai secara mendadak, membuat yang lain ikut berhenti.

ECLIPSE THAT NIGHT •|SEVENTEEN|•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang