Cahaya yang membentuk benda bulat itu perlahan hilang. Tanda gerhana bulan total sedang terjadi pada puncaknya.Kemudian diperlihatkan adanya bangunan-bangunan di tanah lapang. Tata letaknya sama persis seperti tanah lapang yang mereka tinggali dua hari ini. Orang-orang berhamburan keluar rumahnya, seperti semut yang berbondong-bondong keluar sarang.
Sosok itu melakukan banyak aksi yang membuat para manusia serigala yang tinggal di sana tunggang-langgang. Meskipun ini adalah cahaya yang membentuk gambaran masa lalu, sosok itu tetap digambarkan memiliki kabut yang mengelilinginya.
Semuanya berlarian, menggendong anak-anak mereka keluar dari tanah lapang menuju hutan. Di antara manusia serigala lain, terdapat satu orang yang memiliki cahaya lebih terang dari yang lainnya. Orang itu sibuk mengarahkan manusia serigala lain untuk keluar dari hutan.
Dalam dekapan orang itu, ada bayi yang mungkin baru saja lahir. Sosok itu mendekati keduanya, membuat sang ibu mendekapnya lebih erat.
Tak jauh dari mereka, seorang anak yang melepaskan diri dari orang tuanya berlari ke arah sang ibu dan bayinya. Ia membentengi mereka dari sosok itu.
Gerhana bulan terjadi pada puncaknya. Keduanya memancarkan aura yang tidak mengenakkan. Anak kecil itu lebih dulu menyerang, menyerap energi sosok itu dan membuat kabut yang mengelilinginya berkurang sangat banyak.
Sebuah benda bulat terlempar jauh. Saking kencangnya terlempar, benda itu terbelah menjadi dua bagian yang berjauhan. Benda itu adalah atu obsidian bulat, salah satunya benar-benar terlempat jauh ke dekat danau.
Sosok itu terjatuh, badannya bungkuk seperti orang lanjut usia. Dapat dilihat bahwa ia berusaha meraih salah satu potongan yang paling dekat darinya. Tapi Wonwoo kecil melompat ke arahnya dan membuat energi itu benar-benar terserap hampir seluruhnya.
Kabut yang mengelilingi sosok itu berpindah kepada Wonwoo. Orang yang memiliki cahaya lebih itu berusaha menghentikannya karena dirasa kabut yang berada di tubuh Wonwoo sudah berlebihan. Tapi sebuah peristiwa membuat semua orang urung menolong Wonwoo.
Dari tubuhnya yang sudah kelebihan energi negatif itu, keluar empat bola seukuran bola basket yang memiliki ekor seperti komet, melesat dengan cepat di udara.
Salah satu bola nyaris mengenai ibu dan bayinya, tapi bola itu ditangkap dengan satu tangan oleh sang ibu, gelombang aneh membuat bola itu terlempar ke langit dan pecah. Pecahannya turun ke tanah dengan perlahan dan menghilang.
Satu bola lain mengarah kepada sosok tua yang bungkuk. Tubuhnya kembali tegak setelah bola itu menabraknya. Kabut kembali mengelilinginya seolah ia mendapatkan kembali energinya.
Dua bola lainnya melesat dengan cepatnya ke arah kedua orang tua Wonwoo yang saat itu tidak sempat lari. Reaksi berbeda dari sosok itu membuat banyak pasang mata terkejut.
Kedua bola itu menghantam orang tua Wonwoo telak. Keduanya seperti dibakar oleh api, bahkan dapat dilihat bahwa dua raga itu menjadi abu.
"Wonwoo...," panggil Hana pelan saat melihat kedua bola mata Wonwoo sudah terlihat membendung air mata.
Sosok itu menghilang. Bulan kembali terlihat dengan perlahan. Ibu dan anak yang memiliki cahaya lebih terang itu mendekati Wonwoo yang masih dikelilingi kabut pekat.
Tapi Wonwoo saat itu berlari ke arah abu yang bertumpuk di dekat danau. Hujan deras malam itu terlihat sangat kejam. Wonwoo yang terlihat menangis mengumpulkan abu itu meraung ke arah langit.
Abu jasad kedua orang tuanya terbawa aliran hujan menuju danau. Bagaimana lagi? Itu abu. Setidaknya jasad lebih baik daripada abu. Wonwoo tidak bisa memeluknya. Abu itu terseret arus ke danau. Ia bahkan mengorek-ngorek tanah untuk menahan abunya tidak masuk ke danau.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECLIPSE THAT NIGHT •|SEVENTEEN|•
Hombres LoboBukit Roth lenyap, nyaris tidak ada kehidupan karena jumlah penghuninya semakin surut. Sosok yang menginginkan kecantikan dan keabadian dengan bengisnya menghisap jiwa-jiwa muda. Sosok itu menyebar, bahkan manusia yang tidak bersalah pun terkena imb...