Chapter 18 | Face it, don't Run

7 3 0
                                    

Dalam gendongannya, wanita itu terpejam pulas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam gendongannya, wanita itu terpejam pulas. Ia kemudian dimasukkan ke dalam kursi penumpang sementara si pengemudi mobil mulai jalankan kendaraannya keluar dari club.

Malam itu ia lajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Berakhir belok dan turun ke sebuah basement. Ia matikan mesinnya kemudian keluar. Membuka kursi penumpang dan menatap sejenak wanita yang dibawanya.

"I'm sorry, Jane." Ia kemudian gendong wanita itu masuk ke dalam sebuah basement.

Di hadapannya berdiri seorang pria dengan kemeja putih dan lengan tergulung. Pria itu kemudian tersenyum licik. Selebihnya bangga dengan apa yang Dylan bawa.

"Letakkan di sana!" titahnya.

Dylan kemudian baringkan Jane di atas sebuah ranjang putih yang tersedia.

"Semua yang kau butuhkan ada di dalam." Pria itu tepuk berkali-kali sebuah koper kecil di hadapannya.

Dylan kemudian membukanya sejenak. Beberapa di antaranya, kokain, serbuk ganja, inhalan, satu injeksi, serta sejumlah uang. Matanya berbinar ketika melihatnya.

Transaksi ilegal Sebastian sepertinya berjalan lancar. Tapi ini bukan sekedar jual beli obat-obatan terlarang, melainkan niat tersembunyi Sebastian guna membalas seorang pria yang paling dibencinya.

Dan sekiranya seperti itu penglihatan Evan. Selebihnya ia yakin dan sudah kepalang kesal. Ia tak pernah meleset. Jika benar seperti itu, finalnya Sebastian harus hancur di tangannya.

"Dia dengan mudah menceritakan segalanya kepadamu." Brenda tak habis pikir.

"Dia sedang dalam konsumsi, bukan? Ah, aku pikir wajar berbicara melantur dan seadanya."

Wanita itu refleks menoleh ke belakang. "Lucius, jika ia melantur maka ini semua akan sia-sia."

"Maaf sudah menakuti." Karena Lucius tetaplah Lucius.

"Left." Brenda bantu Evan beri petunjuk. Mobilnya kemudian dibelokkan ke arah kiri. Ketiganya tiba di sebuah gedung rumah sakit terbengkalai.

"Ini menakutkan," terka Lucius seraya tutup pintu mobil. Ia pandangi gedung tanpa penerangan di dalamnya yang masih berdiri kokoh di atas tanah. Bahkan di sekeliling bangunan tidak ada kehidupan bagai tempat mati, dikelilingi oleh tempat-tempat yang sama terbengkalainya.

"Aku ikut."

"Jangan," cegah Evan.

"Gila, ya? Sahabatku ada di dalam sana dan aku tidak tahu keadaannya. Lagi pula ini semua salahku."

"Baiklah kalau begitu Lucius akan tetap di sini bersamamu." Final Evan buat Lucius mengernyitkan dahinya.

"Kau pikir aku ini penakut atau apa?" Brenda terkekeh setelahnya. Lagi pula dirinya bukan anak kecil lagi.

"Baiklah. Tapi jika kau tidak berhasil membawanya keluar ...." Brenda tak tahu harus berbuat apa lagi selain menunggu. Ia kemudian beralih buka bagasi mobil, ambil sesuatu dari dalamnya. Putuskan lemparkan sebuah pistol yang sudah terisi peluru ke arah Evan.

The Fallen [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang