9. Rapat.

1.1K 85 4
                                    

.

.

.

.

ketiga pria muda tengah menatap sebuah map ditangannya masing-masing. map yang berisi tulisan tangan, namun tulisannya berbeda-beda.

setelah sarapan, Jumpol mengajak ketiga pria muda yang sudah ia anggap sebagai anaknya, meskipun salah satunya adalah menantunya, pria itu tak lain Pond, Nanon dan Joong keruang kerja pribadi miliknya diikuti Tawan dan Singto guna pembahasan harta waris yang Nanon katakan kemarin malam. sedangkan New, Gun, Krist, Dunk, Phuwin dan Chimon menunggu diruang keluarga dengan aktivitas lainnya.

"harta waris dari keenam tetua keluarga." gumam Pond, membaca tulisan tebal yang terletak digaris paling atas kertas didalam map yang tengah ia pegang.

dirinya sedikit bingung, kenapa namanya dan nama istrinya tertera disana. otaknya memutar kembali, dimana ia sudah mendapatkan bagian warisan dari ayahnya yang sudah ada pada genggam nya, namun apa ini yang tengah ia baca dan lihat.

"kenapa nak?" tanya Jumpol.

"maksudnya ini harta waris gabungan atau bagaimana yah?" jawabnya bingung.

"betul, ini warisan gabungan?" imbuh Joong, pria tampan itu ikutan bingung.

"tapi memang seperti gabungan." sambung Nanon.

"kakek dan nenek kalian dulu membangun satu perusahaan untuk tiga keluarga yang akan diwariskan ke cucunya jika sudah menikah." jelas Tawan.

"kalian kan sudah berumah tangga semua, jadi sudah berhak memegang peninggalan dari kakek dan nenek kalian." Singto.

"seharusnya 4 keluarga, namun satunya sudah dikeluarkan karena berkhianat." perkataan Jumpol mengundang ekspresi bingung, ketiga putranya.

"berkhianat?" tanya Nanon penasaran.

"betul, keluarga Srisang. keluarga yang sudah membunuh kedua orang tua Dunk dan Phuwin." ucap Tawan, membuat ketiga putranya terkejut.

"bukankah mereka dibunuh karena masalah bisnis?" tanya Nanon.

"benar, kecurangan yang tetua keluarga Srisang lakukan terbongkar oleh ayah mertua mu Pond dan ayah rasa pelaku penculikan berencana Phuwin juga dari keluarga Srisang."

perkataan Jumpol membuat Joong dan Pond saling bertatap satu sama lain, Singto yang tak sengaja memperhatikan kedua ponakan nya itu sedikit merasa heran dengan gelagat dua keponakannya.

"kenapa nak?" pertanyaan singkat Singto mampu membuat Joong dan Pond terlonjak.

"sebetulnya-" Joong tak yakin, tetapi sampai kapan dirinya akan merahasiakan itu semua, lambat laun orang tuanya juga akan mengetahuinya, jadi menunggu apalagi.

"yang menculik Phuwin memang dari keluarga Srisang, Perth yang melakukan nya." sela Pond mendahului, membuat semua yang ada diruangan itu terkejut.

BRAK

Jumpol menggebrak meja dengan penuh emosi, kembali membuat saudara dan anaknya terkejut. "sialan memang, ti-"

"yah, tenanglah dia melakukannya karena memiliki dendam dengan Pond." tukas Pond penuh hati-hati.

"dendam?" -Tawan.

"atas kematian adiknya." saut Joong.

"dia memang gila, tak mau menerima takdir." ucap Nanon kesal.

"lalu apa dia juga yang memperkosa Phuwin?" tanya Singto, membuat Pond membatu.

"yang menghamili Phuwin, Pond." Jawab Nanon santai. Nanon mengetahuinya dari Joong.

"YAAA NARAVIT LERTRATKOSUM." teriak Jumpol, dengan penuh emosi ingin menghampiri Pond namun di tahan Singto.

"i-itu karena efek obat perangsang yah. aku berani bersumpah, Perth memberikan Phuwin obat perangsang dengan dosis tinggi." jelas Pond dengan rasa campur aduk.

Jumpol menyipitkan matanya, menatap menantunya itu. "Dunk sudah mengetahui hal ini?" Pond menggelengkan kepalanya.

"bersiaplah, kau tahu kan se posesif apa Dunk terhadap adiknya." ucap Nanon menakut-nakuti Pond, membuat pria tampan itu meneguk ludah nya susah payah.

"ayah lihatlah anak mu ini." adu Pond kearah Singto.

"hayo, dipisahkan nanti." ledek Jumpol, semakin membuat Pond kelabakan.

"aduh, lupa kalo Dunk kan suka nekat ya" sambung Tawan, semakin meledek putranya.

Joong menatap adiknya dengan serius. "aku jadi teringat waktu dulu membohongi nya hampir saja aset ku di-"

"sudah diam!" sela Pond membungkam mulut Joong dengan tangan nya, membuat ayah dan keponakan nya tertawa.

"ayah Jum, aku benar-benar meminta ma-"

"aku sudah mengetahuinya, dari asisten mu."

Pond menatap Jumpol dengan ekspresi tak percaya, bagaimana bisa Luke membocorkan rahasia yang selama ini ia jaga. padahal dirinya benar-benar sudah mewanti-wanti Luke untuk tidak memberitahu.

"ayah yang memaksa cerita, karena alasan mu sangat tidak masuk akal, secara tiba-tiba  kerja sama keluarga Vihokratana diputus secara pihak tanpa alasan." Tawan.

"Joong yang melakukan pemutusan kerja sama bukan aku." ucap Pond dengan ekspresi datar.

"kalian berdua sama saja." Tawan.

noted: Nanon, Pond dan Joong sedari kecil memanggil Jumpol dan Singto ayah karena terikat pertemanan orang tua mereka. masing-masing menganggap seperti anak dan ayah.

.

"apa ayah melukai kak Nara?" tanya Phuwin, saat dirinya melihat Pond masuk kedalam kamar.

Pond tersenyum melihat kekhawatiran istrinya. "tidak sayang, kenapa Phu bertanya seperti itu?"

"tadi Phu dengar teriakan ayah Jum, Phu takut kalo ayah Jum melukai kak Nara." jelas Phuwin dengan mata berkaca-kaca.

Pond terkekeh gemas melihat ekspresi Phuwin yang sudah siap menangis, dirinya langsung merengkuh tubuh Phuwin kedalam pelukannya.

"ayah tidak melukai kak Nara, sayang." jawab Pond pelan.

"takut hiks, takut ayah Jum melukai kak Nara, Phu tidak mau dipisahkan dengan kak Nara"

Pond mengernyitkan keningnya, membawa tubuh Phuwin untuk duduk dipangkuan nya dan memeluknya kembali.

"hei, tidak ada yang akan memisahkan kaka dengan Phuwin, siapa yang berkata seperti itu?" penasaran Pond.

"tidak ada, tapi Phuwin takut hal itu terjadi."

"berasumsi lagi" ucap Pond dalam hati.

"mau cium." celetuk Phuwin tiba-tiba, membuat Pond sedikit menyunggingkan senyumnya.

"mau apa?" Pond pura-pura tak mendengar.

"mau kunjungi baby." jawab Phuwin dengan polos.




















pendekan dulu labubu, besok kunjungi baby.

Little Wife [PondPhuwin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang