obsesi

1.3K 33 0
                                    

Chika memandang Zean dari kejauhan, matanya tak pernah lepas dari sosok tegap dan tampan pria itu. Hatinya berdebar setiap kali melihat Zean, namun ia tak pernah berani menyapa atau mendekatinya. Chika hanya bisa mengagumi Zean diam-diam, memperhatikan setiap gerak-geriknya dengan seksama.

Suatu hari, Chika melihat Zean sedang duduk sendiri di taman kampus. Ia memberanikan diri untuk menghampiri pria itu. Jantungnya berdegup kencang saat Zean menyadari kehadirannya.

"Hai, boleh aku duduk di sini?" tanya Chika dengan suara sedikit bergetar.

"Oh, tentu saja," jawab Zean ramah seraya tersenyum.

Chika pun duduk di samping Zean, berusaha meredakan kegugupannya. "Aku sering melihatmu di sini. Kau sedang apa?" tanyanya pelan.

"Hanya menikmati udara sore," ujar Zean. "Kau juga sering ke sini ya?"

"I-iya, aku suka tempat ini," Chika menjawab dengan pipi merona.

Mereka pun mengobrol dengan akrab, membahas berbagai topik. Chika tak menyangka bisa begitu dekat dengan Zean, bahkan bisa bertukar cerita dan candaan. Rasanya seperti mimpi bagi Chika.

Ketika waktu semakin sore, Zean berpamitan untuk pulang. "Kalau begitu aku duluan ya. Sampai jumpa lagi," ucapnya sambil tersenyum.

"I-iya, hati-hati di jalan," balas Chika, tak rela pertemuan ini berakhir.

Chika memandang punggung Zean yang menjauh, hatinya dipenuhi perasaan bahagia dan harapan. Mungkin suatu hari nanti, ia bisa lebih dekat dengan pria yang selama ini ia diam-diam kagumi itu.

Selepas pertemuan itu, Chika merasa dirinya melayang-layang. Jantungnya masih berdebar-debar mengingat obrolan santai namun menyenangkan itu dengan Zean. Rasanya seperti mimpi, bisa sedekat itu dengan pria yang selama ini hanya bisa dipandangi dari jauh.

Chika tak bisa berhenti tersenyum, membayangkan wajah tampan Zean dan senyumannya yang memikat itu. Ia bahkan masih bisa mencium aroma maskulin Zean yang tertinggal di ingatannya.

Di dalam hati, Chika berharap bisa bertemu lagi dengan Zean. Ia ingin mengenal Zean lebih jauh, ingin berbagi cerita dan tawa bersama pria itu. Chika merasa getaran cinta di hatinya semakin kuat, membuncah ingin diekspresikan.

Tanpa banyak berpikir, Chika memutuskan untuk kembali ke taman kampus keesokan harinya, berharap Zean akan ada di sana lagi. Mungkin ia bisa mencoba menyapa Zean lebih dulu, atau setidaknya duduk di dekat pria itu dan mencuri-curi pandang ke arahnya.

Chika tak sabar menantikan pertemuan berikutnya dengan Zean. Dalam hatinya, ia bertekad untuk lebih berani mendekati pria itu dan mengungkapkan perasaannya, walau hanya sedikit demi sedikit. Chika ingin membuat Zean melihatnya, menyadari kehadirannya, dan mungkin... bisa lebih dari sekedar teman.

Semalaman Chika tak bisa tidur, pikirannya dipenuhi dengan berbagai rencana dan cara untuk menyapa Zean saat bertemu nanti. Ia ingin membuat kesan yang baik, tapi tidak terlalu mendesak.

Awalnya, Chika berpikir untuk menyapa Zean dengan sapaan sederhana seperti "Hai, Zean" atau "Halo, apa kabar?". Tapi ia khawatir terdengar terlalu formal. Lalu ia mencoba memikirkan bahan obrolan yang menarik, mungkin menanyakan kegiatan Zean hari ini atau membicarakan cuaca. Namun Chika takut terdengar terlalu gugup.

Setelah banyak pertimbangan, Chika akhirnya memutuskan untuk mencoba pendekatan yang lebih santai dan natural. Ia akan menyapa Zean dengan senyum lebar dan bertanya "Kau masih di sini?". Lalu jika Zean membalas sapaannya, Chika akan mencoba memulai percakapan dengan bertanya apa yang sedang dilakukan Zean.

Chika berharap dengan pendekatan yang lebih akrab, ia bisa membuat Zean merasa nyaman dan tidak canggung. Ia ingin membangun keakraban dan rasa nyaman diantara mereka, sedikit demi sedikit. Mungkin nanti, jika Zean juga nyaman dengannya, Chika dapat mencoba mengungkapkan perasaannya secara perlahan.

one shot JKT48 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang