Zean melirik jam tangannya lagi, sudah pukul 3 sore. Dia duduk gelisah di sebuah café sambil menunggu seseorang. Kathrin, adik iparnya yang cantik jelita itu sudah berjanji akan menemuinya siang ini.
"Maaf telat..." suara lembut Kathrin memecah lamunannya. Gadis berambut panjang itu tampak menawan dengan dress putih selututnya.
"Gak apa-apa, duduk dulu" Zean tersenyum, jantungnya berdegup kencang.
Mereka sudah menjalin hubungan terlarang ini selama 3 bulan, di belakang Chika - istri Zean sekaligus kakak Kathrin. Awalnya dimulai dari pertemuan tidak sengaja di mal, berlanjut chat-chat malam dan akhirnya...
"Kita gak bisa gini terus Zean..." Kathrin menunduk sedih.
"Aku tau. Tapi aku gak bisa bohongin perasaan ini. Kamu spesial buat aku..."
"Tapi Chika kakak aku... dia bakal sakit hati banget kalo tau..."
Zean menggenggam tangan Kathrin erat, "Kita sembunyiin aja dulu. Aku bakal cari jalan keluarnya."
Kathrin menatap dalam mata Zean. Mereka tau ini salah, tapi perasaan ini terlanjur tumbuh. Cinta terlarang yang menyiksa namun manis...
"Aku harus pulang," Kathrin bangkit terburu-buru.
"Kita ketemuan lagi besok?"
"Jangan dulu... nanti Chika curiga..."
Zean mengangguk pasrah. Dia memandangi punggung Kathrin yang menjauh, membawa separuh hatinya pergi...
Flashback ........
Sore itu di sebuah mall, Zean sebenarnya sedang mencari kado untuk Chika. Sudah 3 tahun mereka menikah. Saat sedang melihat-lihat di toko perhiasan, tiba-tiba...
"Loh, Kak Zean?" suara lembut menyapanya.
Zean menoleh, terkejut melihat Kathrin - adik iparnya yang baru lulus kuliah. Dia tampak berbeda dari terakhir kali mereka bertemu saat wisuda 6 bulan lalu.
"Kathrin? Wah kebetulan banget. Lagi ngapain?"
"Habis interview kerja nih kak. Kakak sendiri?"
"Cari kado buat kakakmu..." Zean tertawa kecil.
"Eh mau bantuin milih gak? Aku tau banget selera Kak Chika," Kathrin menawarkan dengan antusias.
Mereka pun menghabiskan sore itu bersama. Kathrin membantu Zean memilih kalung cantik untuk Chika. Tanpa sadar, chemistry diantara mereka mulai tumbuh.
"Thanks ya udah bantuin. Eh udah sore, mau makan dulu gak? Sekalian traktir," ajak Zean.
Di restaurant Italia, obrolan mereka mengalir natural. Kathrin bercerita tentang pekerjaannya yang baru, Zean sharing pengalamannya di kantor.
"Kak Zean asik ya diajak ngobrol, beda sama cowok-cowok kantoran yang pernah aku temuin," puji Kathrin sambil tersenyum manis.
Zean terpaku sesaat. Baru kali ini dia memperhatikan betapa menawannya Kathrin. Bibir merahnya, mata berbinarnya...
"Eh udah malem, aku balik duluan ya Kak," Kathrin bangkit.
"Aku anterin deh," tawar Zean spontan.
"Gak usah kak, aku bisa naik grab kok."
"Gak enak sama kakakmu kalo tau aku biarin kamu pulang sendiri."
Di mobil, suasana jadi canggung. Aroma parfum Kathrin mengisi ruang sempit itu. Zean berusaha fokus menyetir tapi jantungnya berdebar aneh.
"Makasih ya Kak udah nganterin," ucap Kathrin saat sampai di apartemennya.
"Sama-sama. Eh... boleh minta nomormu gak? Kali aja butuh bantuan lagi," Zean memberanikan diri.