Obsesi Chika pada Zean sudah mencapai titik yang tak terkendali. Ia terus memikirkan cara agar bisa memiliki pria itu seutuhnya, bahkan jika harus melakukan tindakan nekat.
Hari demi hari, Chika mengamati setiap gerak-gerik Zean, mempelajari rutinitas dan kebiasaannya. Ia mulai merencanakan sesuatu yang akan membuat Zean jatuh ke dalam pelukannya.
Suatu hari, Chika menunggu Zean di taman kampus seperti biasa. Ketika pria itu tiba, Chika segera menghampirinya dengan senyum manis.
"Hai, Zean! Aku senang bisa bertemu denganmu di sini," sapa Chika dengan nada riang, berusaha menyembunyikan obsesinya.
"Oh, halo Chika. Ada apa? Tumben kau menemuiku di sini," Zean menanggapi dengan sedikit heran.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengobrol denganmu saja," ucap Chika, lalu mengeluarkan sebotol minuman soda yang telah dicampuri obat tidur. "Aku membawa minuman, mau mencobanya?"
Zean tampak ragu sejenak, tapi akhirnya menerima minuman itu. "Baiklah, terima kasih Chika."
Chika tersenyum penuh kemenangan. Ia terus memantau Zean saat pria itu meneguk minumannya. Tak lama kemudian, Zean mulai tampak mengantuk dan akhirnya jatuh tertidur.
"Sempurna," gumam Chika dengan tatapan obsesif. Ia segera menggendong Zean dan membawanya pergi dari taman itu.
Chika membawa Zean ke sebuah tempat persembunyiannya, sebuah ruangan kecil yang telah ia persiapkan khusus untuk mereka berdua. Dengan hati-hati, Chika membaringkan Zean di atas ranjang dan mulai melepaskan pakaiannya.
"Akhirnya, kau akan menjadi milikku seutuhnya, Zean," bisik Chika penuh obsesi. Ia tak sabar untuk memulai rencana gilanya, semua demi memiliki pria yang dicintainya itu.
Obsesi Chika telah mencapai puncaknya. Ia rela melakukan apa saja, bahkan menculik Zean, demi mendapatkan pria itu. Tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang. Zean akan selamanya menjadi miliknya.
Zean perlahan membuka matanya, merasa sedikit pusing dan bingung. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi, tapi suasana asing di sekelilingnya sama sekali tidak familiar.
Pria itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Sebuah ranjang, meja kecil, dan beberapa perabot sederhana. Ini jelas bukan tempat yang ia kenal.
Tiba-tiba rasa panik menyergapnya. Di mana ia sekarang? Apa yang terjadi padanya?
"Akhirnya kau bangun, Zean."
Suara itu membuat Zean menoleh dengan cepat. Dan di sana, berdiri seorang wanita yang ia kenal baik - Chika.
"C-Chika? Apa yang terjadi? Di mana aku?" tanya Zean dengan nada gelisah.
Chika tersenyum lebar, namun ada sinar obsesif di matanya yang membuat Zean merasa tak nyaman.
"Kau ada bersamaku, Zean. Di tempat yang telah kusiapkan khusus untuk kita," ujar Chika dengan suara lembut.
Zean mencoba bangun dari ranjang, tapi menyadari bahwa tangannya terikat. Ia mulai merasa ketakutan.
"Chika, lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?" seru Zean, berusaha memberontak.
"Sstt, tenanglah, sayang. Kau aman bersamaku," Chika berusaha menenangkan, namun senyumnya semakin lebar.
"Aman? Tapi aku ingin pergi dari sini!" Zean mulai panik. Ia tak menyangka Chika bisa melakukan hal seperti ini.
"Kau tidak akan ke mana-mana, Zean. Kau akan tetap di sini, bersamaku," ucap Chika, mendekati ranjang dengan pandangan obsesif.
Zean merasakan firasat buruk. Ia harus segera melarikan diri dari tempat ini sebelum sesuatu yang buruk terjadi. Tapi Chika tampak sangat mengendalikan situasi.