6 - Kerajaan Endable

160 33 2
                                    

Setelah mendengar instruksi dari anak berambut coklat tersebut. Kim langsung bergegas keluar dan benar saja kedua penjaga pintu tersebut tertidur layaknya orang mati.

"Bagaimana caramu mendapatkan kunci pintu itu?" Tanya Kim.

Tanpa Kim lihat, anak berambut coklat tersebut tersenyum sendu sembari melihat Kim. Lalu saat Kim berbalik arah dan melihatnya, anak itu langsung memberikan cengiran lucu, "aku rasa penjaga itu bodoh karena menjatuhkan benda ini, hehe."

Sejujurnya, Kim tidak percaya dengan alasan klasik seperti tidak sengaja menjatuhkan kunci. Namun, entah kenapa dia bisa langsung memberikan pengertian seolah dia percaya.

"Kalau begitu, kita harus mengganti pakaian kita dengan orang-orang ini, untungnya jumlahnya tepat." Usul Kim

"Kenapa?"

Kim melihat dengan tatapan tidak percaya pada anak itu, "tentu saja untuk penyamaran bodoh!"

"Ah! Benar juga!"

Kemudian, mereka selesai berganti pakaian dengan pakaian hitam dengan lambar bintang putih di dadanya. Mereka berdua lalu menempatkan kedua penjaga tersebut ke dalam ruangan budak tadi. Berakhir pintu tersebut dikunci oleh anak berambut coklat tersebut.

"Lalu, apakah kamu tidak ingin menyelamatkan para budak itu?" Tanya Kim sembari menoleh kebelakang ke arah pintu yang mereka kunci tadi.

Sekali lagi tanpa sepengetahuan Kim, anak tersebut tersenyum menyeramkan dan bertanya, "bagaimana denganmu sendiri? Apa kau mau menyelamatkan mereka?"

Tanpa menoleh ke anak itu, Kim menjawab dengan yakin walau diawal dia nampak ragu karena merasa telah kehilangan sedikit rasa manusianya, "biarkan saja, lagipula kebanyakan dari mereka hanya akan menjadi bagasi mati."

Anak berambut coklat tersebut tertawa kecil mendengarnya. Matanya seolah merasakan kerinduan akan interaksi yang mereka lakukan, "benar, lagipula itu adalah hukuman bagi mereka makhluk-makhluk yang berdosa. Hanya satu jawaban yang akan menjadi akhir dari cerita mereka, yaitu kematian."

Kim merasa aneh akan jawaban dari anak itu. Memandangnya dengan tatapan bingung dan waspada, "apa maksudmu?"

"Maksud apanya?" Dengan polosnya anak berambut coklat itu balik bertanya pada Kim.

"Kenapa kau mengatakan seolah mereka pantas mati karena berdosa?" Tanyanya masih dengan sikap waspada.

Merasakan sikap kewaspadaan dari Kim, anak tersebut berbicara dengan riang kembali, "tentu saja, karena aku yang mengatakan itu."

"Apa sih? Lalu, apa menurutmu aku ini tidak berdosa?" Sewot Kim, merasa jengkel akan jawaban konyol yang diberikan oleh anak itu.

"Apa maksudmu? Kau berdosa? Yang benar saja, siapa yang berani mengatakannya? Katakan padaku." Kim merasa bahwa anak itu sudah sakit jiwa. Melihat bahwa mata anak itu seolah memancarkan api dan aura membunuh yang kuat. Padahal tadi kehadirannya pun tidak terasa barang sekecil apapun tapi kini ketika dia mengeluarkannya, dirinya tampak sebesar Gunung Fuji di Jepang.

Seolah-olah menutupi pandangannya.

"Bagaimana denganmu sendiri? Apa kau juga menganggap dirimu tidak berdosa, huh?" Kim mulai berpikir bahwa dirinyapun sebenarnya juga sudah mulai gila karena mau saja melanjutkan pembahasan yang tidak jelas itu.

"Huh? Itu terserah padamu."

"Hah? Kenapa terserah padaku?" Kim benar-benar bingung akan apa yang keluar dari mulut bocah yang seumuran dengannya ini.

Anak itu tersenyum cerah. Bahkan Kim sampai bisa melihat cahaya halo imajiner yang membuatnya tampak lebih cerah, "tentu saja. Jika kau mengatakan bahwa aku berdosa maka aku adalah pendosa. Jika kau tidak menginginkan keberadaanku maka aku adalah pendosa. Jika diriku tidak penting bagimu maka aku adalah pendosa. Jika diriku tidak layak bagimu maka aku adalah pendosa."

❝𝗛𝗜𝗠❞  ||【𝐓𝐫𝐚𝐬𝐡 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐂𝐨𝐮𝐧𝐭'𝐬 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang