10 - Anak Kucing

193 32 2
                                    

"Kau kembali lagi!"

Teriak anak berambut merah menyambut si rambut merah lain. Walaupun Cale masih agak jauh dari tempat anak itu berdiri. Tapi anak itu bisa dengan mudah mengenalinya lewat baunya.

Setelah dirinya mendekat, Cale dapat melihat bahwa kedua anak tersebut sudah ada disana. Tatapan aneh muncul di mata Cale melihat pemandangan itu.

"Kalian menungguku?"

"Tentu saja!" Ucap si anak rambut merah dengan antusias.

"Huh! Kenapa? Apa karena roti yang kubawa membuat kalian kenyang?" Cale terkekeh mendengar jawaban antusias dari anak itu.

Berbeda dengan yang lebih muda, anak berambut abu-abu tersebut lebih tenang darinya. Dia selalu mengamati Cale yang selama 5 tahun ini sering datang ke daerah kumuh yang seharusnya selalu dihindari oleh bangsawan sepertinya.

"Kenapa kau baik pada kami?" Tanya anak perempuan berambut abu-abu itu.

Mendengar itu, Cale mengalihkan pandangannya padanya. Seorang anak kecil dengan tubuh dan rambut yang penuh debu juga pakaiannya yang kotor. Keadaan yang lumrah dijumpai di daerah kumuh seperti ini, yang satunya lagi juga berpenampilan sama kotornya.

Meski begitu, mata kuning mereka tampak jernih dan tajam. Mata yang terlihat seperti mata kucing yang ganas jika diusik. Cale menyukai mata yang cahayanya tidak pernah padam itu. Seolah mengatakan pada dunia bahwa mereka akan menghancurkan segala rintangan bersama tanpa takut akan dunia itu sendiri.

"Karena aku punya uang."

'Tidak salah, tapi bukan itu jawaban yang ku mau' Batin anak perempuan tersebut.

"Apakah uang bisa membuatmu bahagia?" Tanya si merah kecil kepada Cale dengan mata berbinar.

Cale dengan tampang sombongnya dan senyumnya yang khaspun menjawab, "tentu saja. Buktinya aku bisa membeli apapun yang membuat aku bahagia."

Setelah mendengar jawaban Cale, anak berambut merah itu memiringkan kepalanya dan memasang ekspresi bingung.

"Tapi kau terlihat tidak bahagia."

"..."

Si anak berambut abu-abu mengamati perubahan halus pada ekspresi wajah Cale yang mulanya ekspresi stoic menjadi ekspresi terkejut. Walaupun samar namun terlihat senyum sedih di wajah bangsawan muda itu.

"Mungkin, uangku kurang banyak."

Ekspresi aneh terlihat di wajah anak perempuan tersebut saat mendengar jawaban Cale. Cale juga melihat ekspresi tersebut dan memalingkan wajahnya darinya.

"Kami sungguh-sungguh berterimakasih pada bantuan Tuan Muda dalam bentuk makanan ini," Cale sekali lagi mengalihkan tatapannya ke anak kecil berambut abu-abu itu.

"namun apa yang Tuan Muda minta pada kami sebagai bayarannya?" Lanjutnya.

"..."

"Apakah Tuan Kaya itu meminta bayaran, Kak?" Tanya si rambut merah dengan polosnya.

"Tentu saja, mana mungkin seorang bangsawan dengan mudahnya memberi kita makanan tanpa imbalan."

'Menghela nafas'

"Aku tidak akan merampok anak kecil seperti kalian."

Cale melihat bahwa anak lerempuan itu masih telrihat ragu mendengar jawabannya, "tetap saja kami pasti akan membayar kembali rotinya."

"Yah ku tunggu saat itu terjadi." Jawab Cale dengan nada bercanda.

"Kami bersungguh-sungguh!"

"Iya, aku tahu."

❝𝗛𝗜𝗠❞  ||【𝐓𝐫𝐚𝐬𝐡 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐂𝐨𝐮𝐧𝐭'𝐬 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang