Hingar-bingar lampu alun-alun kota kemarin kini redup digantikan isak tangis warga yang kehilangan anggota keluarga mereka karena gugur saat menjalankan tugas mengawal mendiang Nyonya Wilayah dan Tuan Muda Kedua.
Kemarin malam, Cale yang tertidur pulas karena demam jadi terbangun karena suara ledakan yang suaranya seperti terbawa angin tidak terlalu besar, dia melihat tempat tidur yang berhadapan dengan miliknya itu masih kosong dan terasa dingin. Deruth kemudian mengutus prajurit untuk menjemput istri dan anaknya karena walaupun hari sudah berganti petang apalagi dengan hujan deras yang mengguyur wilayah Henituse dan mereka masih belum pulang juga.
Hari ini adalah hari dimana pernyataan harapan tidak sesuai kenyataan terbukti. Walaupun Deruth berharap mereka baik-baik saja dan akan pulang dengan selamat namun, kenyataanya prajuritnya hanya membawa kabar tentang ledakan teroris di Desa Harris, mayat prajurit dan musuh, juga tubuh sekarat istrinya.
Cale yang dari awal sudah bangun lalu keluar dari kamarnya bingung saat melihat seluruh penghuni rumah berlarian panik, kemudian dia menghentikan salah satu dari mereka, "hei, kenapa kalian berisik sekali? Apa Ibu dan Kim sudah pulang?""Uh, Tuan Muda Cale, itu.. sebenarnya..."
Tak kunjung mendapat jawaban, Cale pun lari kearah sumber bising. Semua orang disana terkejut melihat Cale berlari menghampiri mereka, "apa itu? Kenapa ada darah dimana-mana? Dimana Ibu dan Kim?"
Seorang prajurit kemudian membukakan pintu kamar Tuan Wilayah untuk mempersilahkan Cale masuk. Disana Cale dapat melihat bahwa ayahnya meraung keras di samping ibunya yang tertidur. Disampingnya berduri dokter keluarga. Walaupun Cale masih kecil namun dirinya tahu alasan kenapa ayahnya yang tidak pernah menangis itu menangis keras sambil memeluk ibunya yang sekarang pucat.
"Tuan Muda Cale?" Ucap pelayan disamping ayahnya, Ron Molan. "Apa yang terjadi, Ron?"
Cale kecil mendongak melihat mata si pelayan, "kenapa ayah sedih? Dimana Kim? Kenapa hanya ibu yang pulang?"
"Tuan Muda harap bersabar, tengah dilakukan pencarian untuk mencari Tuan Muda Kim."
Cale memelototi Ron dan berlari ke ranjang ibunya. Disentuhnya tubuh ibunya yang telah memucat dan mendingin namun tetap cantik. Dia mulai menangis sambil memeluk ibunya. Cale tahu bahwa mulai sekarang ibunya tidak akan pernah datang untuk memeluknya lagi.
Keesokan harinya, wilayah Henituse mengumumkan berita pilu yang terjadi kemarin. Isak tangis warga memenuhi halaman depan mansion Henituse. Wilayah yang beberapa hari lalu dipenuhi lampu warna-warni sekarang menjadi lautan hitam pelayat, "apa-apaan ini ayah?!"
Deruth melihat putranya yang kini menjadi putra semata wayangnya dengan mata hantu tanpa tujuan. Perbedaan dari keduanya sangat tipis namun, Kim walaupun pendiam tapi dia adalah anak nakal tipe pemberontak yang walaupun masih kecil dia sudah ditakuti oleh preman wilayah dan saudara-saudaranya yang lain. Sedangkan, Cale memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan Kim, dia ceria dan mampu membuat orang lain terpikat padanya. Dan hari ini Deruth melihat Kim pada diri Cale yang memberontak ini.
"Kenapa ayah membuatkan nisan untuk Kim?!"
"Dia tidak ada ditempat kejadian, Cale." Jawab Deruth, suaranya seperti dia sudah tidak punya apapun, seolah seperti cangkang kosong.
"Tapi bukankah kau mengirim prajurit untuk melacak-?!" Argumen Cale terhenti ketika Deruth menggebrak meja tamunya. Meja yang dilapisi kaca itu sampai retak dan cangkir teh milik Cale sampai terbalik.
"Desa itu diledakkan! Banyak orang menghilang saat ledakan itu terjadi termasuk Kim! Bahkan ibumu ditemukan terpental jauh dari tempat ledakan! Dan... dan hanya ini yang ditemukan darinya..." Suara Deruth yang awalnya tinggi mulai memelan saat dia menunjukan sebuah kotak warna putih yang dia ambil dari saku jubahnya.
Cale mengambilnya dan membuka kotak putih dengan bingkai daun emas itu. Didalamnya terdapat kain putih bersih yang membungkusnya, dibukanya kain itu dan terlihat sebuah jari kelingking seorang anak berumur sekitar 7 tahun. Dia mengambilnya dan mencocokkannya dengan jari kelingking kirinya. Secara keseluruhan mirip dengannya, Cale tidak akan percaya jari itu milik saudaranya jika tidak ada tanda luka bakar didekat kukunya karena Kim pernah sengaja mencelupkan jarinya ke teh panas yang berakhir dimarahi oleh ibunya habis-habisan.
"Mungkin saja dia berlari ke..." Walau begitu, Cale masih tetap mencoba untuk percaya bahwa Kim masih hidup.
"Kemana? Ke Hutan Kegelapan? Tidak mungkin! Sekarang kembalilah ke kamarmu, Cale. Ayah sibuk."
Kemudian, pagi hari ini diadakan upacara pemakaman untuk seluruh prajurit yang telah gugur dan keluarga mereka telah diberi santunan. Lalu, dilanjut dengan upacara pemakaman untuk Nyonya Wilayah dan Tuan Muda Kedua. Untuk makam Kim diisi oleh jarinya dan kotaknya dan ukuran makamnya disesuaikan dengan ukuran anak umur 7 tahun.
Banyak mata yang memandang kasihan ke arah Cale yang tidak hanya kehilangan ibunya tapi juga kehilangan saudara kembarnya. Jika Kim bisa melihat bagaimana tampangnya sekarang, Cale yakin dia akan ditertawakan oleh Kim.
Lalu, hari-haripun berlanjut seperti biasa kecuali Cale yang berubah menjadi pemberontak. Apalagi sekarang ayahnya seolah tidak peduli padanya dan hanya berkutat pada pekerjaannya saja. Dia hidup dengan rasa bersalah karena meminta Kim untuk menggantikan dirinya menemani ibunya.
TBC.
kalo ada typo komen yaa..
kadang ada kata yang salah tapi ga ke detect gitu kayak prajurit malah jadi 0rajurit..Thank you for reading
KAMU SEDANG MEMBACA
❝𝗛𝗜𝗠❞ ||【𝐓𝐫𝐚𝐬𝐡 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐂𝐨𝐮𝐧𝐭'𝐬 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲】
FanfictionDunia mengetahui siapa itu Cale Henituse namun tidak dengan saudara kembarnya. Insiden yang terjadi di Desa Harris membuat gempar seluruh masyarakat di kediaman Count Henituse bahkan Kerajaan Roanpun sampai harus turun tangan. Pasalnya insiden itu t...