Kisah seorang ketua mafia kejam dan tidak berperasaan yang rela mengorbankan segalanya. Bahkan termasuk adiknya?
Namun disisi lain ada beberapa rahasia yang mungkin menjadi penyebab dirinya memilih menjadi seorang mafia.
Hingga suatu ketika kembal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam kembali menyapa. Namja 18 tahun itu tengah mondar-mandir di depan pintu. Nampak seperti tengah menunggu kedatangan seseorang.
Siang tadi, seseorang yang amat asing bagi jhope datang menemuinya. Namja itu memberikan sebuah pil berukuran sedang berwarna putih kepadanya.
Namja yang perkiraan seusia hyung pertamanya itu tidak mengatakan banyak hal. Hanya meminta jhope untuk meminum pil pemberiannya. Jhope tanpa ragu segera melakukannya. Apalagi, yang meminta sempat menyebutkan nama hyung kesayangannya.
Jhope mendengus kesal. "Tidak suga hyung, tidak seokjin hyung. Semuanya sama saja" keluhnya, duduk di anak tangga depan pintu.
Beberapa menit setelah kepergian suga pagi tadi. Sang hyung tertua juga ikut pergi.
"Seokjin hyung, sebenarnya apa yang akan dilakukan suga hyung?" tanya jhope setelah netranya tidak dapat lagi melihat sosok hyung keduanya.
"Urusan orang dewasa, jhope" jawab seokjin masih dengan tangan kiri merangkul pundak yang lebih muda.
"Apa sesuatu yang berbahaya?" tanya nya lagi. Menengok ke arah sang hyung sedikit mendongak.
"Kau jangan khawatir. Suga pasti akan segera kembali dalam keadaan selamat" seokjin tersenyum tipis. Seolah meyakinkan yang diajak bicara bahwa semua akan baik-baik saja. Namun berbeda dengan jhope.
"Suga pasti akan segera kembali dalam keadaan selamat?" apa maksudnya itu. Ucap jhope dalam hati.
"Jhope, sekarang masuklah kedalam"
"Jangan pergi kemana-mana, apalagi sendirian. Kau mengerti?"
"Hyung, kau mau kemana?" tanya jhope penasaran.
"Ada pekerjaan yang harus hyung urus" jawab seokjin lagi-lagi tersenyum tipis.
"Tapi hyung, kapan hyung akan kembali?"
"Segera" jawab seokjin singkat. Mengusap pucuk rambut sang adik. Setelahnya, melenggang pergi meninggalkan pekarangan rumah.
Jhope masih saja duduk melamun di tangga pintu masuk. Kedua matanya tidak teralihkan dari gerbang depan sana. Berharap kedua hyung nya yang tengah ia nanti-nantikan kedatangannya segera tiba.
