"Ada apa, Ayah? Tidak biasanya Ayah datang untuk berkunjung, apa ada sesuatu yang mendesak?" tanya Aillard Wren mengikuti langkah kaki sang ayah.
"Ayah hanya merindukanmu, apa itu salah?" jawab Rigel, berbalik menatap wajah sang putra sulung dengan tatapan penuh kerinduan. Putra yang selama ini ia sembunyikan dari semua orang, putra yang ia biarkan hidup sendiri sejak di usianya yang masih sangat muda.
"Tidak, Ayah. Silahkan duduk. Ayah tampak kelelahan," balas Aillard, mempersilahkan sang ayah untuk duduk.
"Apa yang sedang kau lakukan. Aillard? Bukankah sudah waktunya kau beristirahat?" tanya Rigel, mengusap pundak putranya saat melihat beberapa berkas berserakan di atas meja.
"Mungkin sebentar lagi, Ayah," jawab Aillard, menyenderkan tubuh lelahnya di sandaran sofa.
"Sampai kapan kau akan tinggal di tempat pengap seperti ini? Bahkan kau sudah jarang mengunjungi mansionmu," tanya Rigel, mengamati tiap sudut ruangan apartemen putranya yang meskipun terlihat sederhana dan sempit, tetapi sangat rapi.
"Aku sudah terlanjur menyukai apartemen ini, Ayah. Lagi pula apartemen ini lumayan dekat dengan tempat tinggal atasanku sekarang," balas Aillard tersenyum.
"Benarkah? Apa bukan karena alasan lain?" tanya Rigel penuh curiga, masih menatap wajah lelah putranya.
"Memang alasan apa lagi yang aku miliki, Ayah," jawab Aillard, memijat tengkuk lehernya sambil terus memejam untuk mengistirahatkan matanya.
"Apa kau masih akan merahasiakannya kepada Ayah, siapa keluarga yang sedang kau jaga sekarang?" tanya Rigel masih menatap wajah sang putra.
Mengamatinya yang tiba-tiba terlihat menarik napas panjang, sebelum akhirnya membuka kelopak mata sambil mengusap wajahnya.
"Siapa mereka?" tanya Rigel sekali lagi, merasa jika saat ini putranya sedang menyembunyikan sesuatu yang penting darinya. Dan itu terlihat sangat jelas, dari kegelisahan yang tampak terlihat di wajah Aillard.
Aku masih menjaga keluarga Carden, Ayah, maaf. Jika aku merahasiakannya dari Ayah.
Aillard menatap sang ayah hingga beberapa sebelum memalingkan pandangannya ke depan. Menatap layar LCD yang masih menyala sejak tadi, dengan sebuah berita tentang penyelundupan senjata puluhan kontainer yang berhasil di gagalkan oleh pemerintah, satu berita yang selalu membuatnya waspada, khawatir jika penyelundupan barang-barang haram yang di gagalkan lainnya adalah salah satu milik sang ayah.
"Maaf jika aku masih belum bisa memberitahu Ayah. Tapi suatu saat aku pasti akan memberitahumu," jawab Aillard, meraih remot dan mematikan TV, saat Rigel melihat berita tersebut. Namun, tidak menunjukkan respon apa pun.
"Yah, Ayah harap secepatnya," balas Rigel enggan mendesak sang putra. Meski ia terlihat sangat ingin melakukannya.
"Iya, Ayah."
"Baiklah. Ayah harus pulang sekarang, Ayah cukup lelah hari ini. Kau tahu sendiri, butuh tenaga ekstra untuk mengadapi Lucas, adikmu. Dan Ayah harap kau tidak berlama lama di tempat ini, dan tinggallah di mansionmu sendiri," balas Rigel, beranjak dari duduknya bersiap pergi.
"Baik, Ayah. Apartemen ini hanya untuk sementara."
"Ayah harap juga begitu."
"Memangnya apalagi yang Lucas lakukan?" tanya Aillard, membuka layar laptopnya untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
"Ayah baru saja memperkenalkannya dengan seseorang yang akan menjadi calon istrinya," jawab Rigel, "Putra omega dari seorang teman lama," sambungnya.
"Jadi Ayah berniat untuk menjodohkan Lucas?" tanya Aillard menyipit, tampak tertarik dengan pembahasan mereka kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK HOLE
ActionMenerima perjodohan hanya untuk balas dendam. Itulah yang di lakukan Krittin Shaqille kepada sang istri Pavel Carden, Omega yang ia nikahi lima tahun lalu. Istri yang tidak pernah ia sentuh bahkan sangat ia benci.