CHAPTER 35_Sorry, I Have To Go

870 73 11
                                    

Merah kuning yang membara, itulah warna senja yang terlihat di mata Krittin yang saat ini tengah duduk sendiri di sebuah taman yang sering di kunjungi oleh Azura dengan pemikiran kalutnya, sambil menatap langit sore hari yang terasa begitu menghangatkan. Namun, terasa dingin di hatinya. Terus menatap sinar kekuningan yang menyilaukan, setelah seharian hatinya di gerogoti oleh rasa rindu dan sakit yang datang secara bersamaan karena terus memikirkan Pavel, hingga sesekali terlihat mengangkat tangannya untuk menghalau cahaya kekuningan yang membuat matanya terasa silau.

Lelahnya pekerjaan di perusahaan juga pertemuan-pertemuan penting yang mengharuskan dirinya benar-benar menguras otak dan tenaga membuatnya merasa penat. Lama terdiam di sana hingga sedetik kemudian senja di libas oleh kelam menuju malam, bersamaan dengan wajah Pavel yang kembali hadir di dalam ingatan, begitu juga kenangan yang terlintas dan sempat membuatnya tersenyum. Namun, seketika senyum itu hilang saat menyadari jika ia baru saja kehilangan semuanya, Pavel tak lagi berada di sampingnya, dan tak akan ada kenangan lagi yang tercipta di antara mereka. Sungguh ironi, omega yang awal terus mengejar dan menuntut cinta darinya tiba-tiba saja berbalik menjauh bahkan mungkin meninggalkannya. Kadang takdir bisa selucu itu, membingungkan, dan membuat hati lelah dan kebingungan untuk mencerna semuanya.

"Tin ...?"

Krittin lekas mengalihkan pandangan, menatap satu sosok yang saat ini sudah berdiri disana, meski jarak mereka tak begitu dekat. Namun, Krittin bisa melihat senyum tulus yang terukir dari wajah omega itu. Senyum yang selalu membuatnya rindu hingga menjadi candunya akhir-akhir ini, senyum yang kadang membuatnya bahagia, dan bisa juga membuatnya setengah mati tersiksa sebab rasa bersalah, ia sudah mengabaikan senyum itu selama lima tahun bersama. Betapa bodoh dirinya. Tapi ada apa dengan kedua mata sembab yang di penuhi kesedihan itu?

"Pew ...." 

Krittin bergumam pelan dengan jantung berdenyut nyeri, sangat ingin beranjak dan memeluk tubuh itu, tetapi berusaha keras di tahannya. Mungkin Pavel tak menginginkan dirinya untuk di sentuh lagi olehnya.

"Apa aku boleh .... " 

Kalimat Pavel terhenti dengan netra yang menatap bangku kosong di samping Krittin. Ia menjadi sungkan pada Alpha itu, sebab mereka tak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Berbicara, duduk berdampingan, dan saling mengobrol bersama. Meski semuanya telah berrubah, tetapi ada perasaan sakit dan sedih yang masih belum hilang di dalah hati mereka masing-masing.

"Kemarilah," ucap Krittin dengan tatapan mata yang masih tertuju ke arah Pavel, lekas menggeserkan tubuhnya saat omega itu melangkah mendekati dan perlahan duduk di sampingnya tanpa canggung.

Untuk beberapa saat suasana kembali hening. Krittin yang masih larut dalam kediamannya membuat Pavel sedikit cemas, meskipun ia sangat tahu dengan tabiat suaminya yang memang sulit untuk mulai berbicara, dan membuka obrolan terlebih dahulu. Namun, kali ini ada yang berbeda dari pria Elvern itu. Pavel pun dapat menangkap ekspresi yang di penuhi dengan kesedihan di sana, lingkaran mata yang terlihat menghitam dengan wajah yang terlihat lesu, sedikit pucat, meski tidak mengurangi kadar ketampanannya yang selalu tampak bersinar. Sudah sangat jelas terlihat jika saat ini Krittin tidak dalam keadaan baik-baik saja. Apa karena terus merindukan Azura?

"Tin, apa semua baik-baik saja?" tanya Pavel dengan nada pelan.

"Entahlah," jawab Krittin tertunduk dalam gelisah.

Ia merindukan Pavel setengah mati. Sempat memikirkan kebahagian mereka yang ingin ia ciptakan setelah semuanya berakhir. Sempat ingin meminta omega itu agar kembali padanya. Namun, apa Pavel juga memiliki keinginan yang sama sepertinya?

"Apa mungkin, kita akan kembali bersama?" tanya Krittin, tiba-tiba dengan suara beratnya sambil tertunduk berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya.

Melihat itu semua sontak membuat Pavel mulai merasakan sakit, Krittin yang tengah terpuruk sekarang sungguh membuatnya sedih, hingga dengan reflek tangan Pavel menyentuh pundak lebar itu, hal yang tidak pernah ia lakukan selama lima tahun pernikahan mereka.

DARK HOLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang