Part 02

54 31 3
                                    

Sinar mentari di pagi hari berhasil membangunkan Humaira, saat itu sang ibu tidak mencoba membangunkan putri semata wayang nya karna ia mengetahui Humaira sedang kedatangan tamu bulanannya.

Humaira berjalan gontai menuju kamar mandi, ibu Humaira datang untuk membawakan sarapan, namun ia tidak mendapatkan Humaira di tempat tidur nya, ibu Humaira hanya meletakan sarapan tersebut di atas nakas. Humaira bersiap untuk pergi ke kampus karna ia memiliki jadwal sore hari ini. Ia menuruni tangga dengan keadaan malas. Sang ayah memanggil Humaira untuk membicarakan sesuatu hal dengan dirinya.

"Humaira, Humairah, kemari?"
Humairah menuruti perintah sang ayah
"Iya ada apa abi?"
"Duduk!" perintah sang ayah
"Besok abi dan umi akan mengantarkan kamu untuk pergi ke pondok pesantren milik teman abi"
"Apa sih bi, Humaira bilang Humaira tidak ingin pergi dari sini"
"Ini sudah menjadi keputusan abi dan umi"
"Tapi kan Humaira kuliah bi"
"Lantas apa masalahnya?, kamu masih tetap bisa melanjutkan kuliah mu Humaira"
"Tapi bi"
"Sudah tidak usah tapi tapi, bersiap kita akan berangkat besok pagi"
"Umiiiii" rengek Humaira berharap sang ibu dapat membantunya
Sang ibu hanya diam mengangguk menandakan ia setuju dengan pendapat sang suami, Humaira hanya bisa pasrah menerima keputusan ini, dia tahu sekeras apapun ia menolak tetap saja itu akan terjadi.

Humaira mulai berkemas dia menyiapkan seluruh barang ataupun pakaian yang mungkin saja ia butuhkan, bahkan dia membawa rokok, ia sengaja menyelipkan barang tersebut di sela sela pakaian yang ia bawa, karna ia tahu betul pesantren yang saat ini akan menjadi rumah keduanya memiliki aturan yang sangat ketat. Tapi Humaira tidak bisa jika ia harus menghentikan perilaku buruk nya tersebut.

Pagi pun tiba Humaira di antarkan oleh ayah dan ibu nya pergi ke pesantren, kedatangan Humaira dan keluarganya di sambut hangat oleh keluarga pondok tersebut, karena ayah Humaira dan pemilik pondok pesantren ini adalah sahabat dekat, mereka sudah menjalin persahabatan seperti saudara. Saat itu ayah Humaira dan pemilik pesantren bertemu di pondok pesantren karena kebetulan mereka satu pondok pesantren saat itu.
"Assalamualaikum" ucap ayah dan ibu Humaira di susul oleh Humaira yang mengucapkan salam
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikummussalam"
"Silahkan masuk ustadz"ucap seorang santri
"terimakasih"ucap ayah Humaira dengan tersenyum ramah
"Assalamualaikum kyai" ucap ayah Humaira dengan berjabat tangan dengan pemilik pesantren tersebut. Ia adalah kyai haji Abdullah Al-fatih atau biasa di sebut dengan sebutan buya oleh para santri dan santriwati di pondok pesantren tersebut.
"Wa'alaikummussalam, Sudah lama kita tidak berjumpa ustadz zaki" ucap buya dengan memeluk ayah Humaira
"Silahkan duduk"
"Kenalkan ini Humaira, anak yang akan saya titip kan disini" ucap ayah Humaira
"Perkenalkan dirimu Humaira"ucap ayah Humaira
"Emm kenalkan, aku Adzkiya Yumna Humaira atau biasa di panggil Humaira" Humaira memperkenalkan dirinya.
"Saya adalah pemilik pondok pesantren ini, kamu bisa memanggil saya dengan sebutan buya"
"Baik buya"ucap Humaira dengan senyum yang sedikit terpaksa
"Saya menitipkan Humaira disini, tolong di didik sebaik mungkin untuk menjadi wanita yang taat agama" ucap sang ayah
"Tenang saja Zaki tidak perlu khawatir, kami akan berusaha sebisa mungkin" ucap buya
Akhirnya mereka melanjutkan berbincang bincang sebelum akhirnya ayah dan ibu humaira kembali pulang.



Di Atas MihrabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang