15

603 74 39
                                    

Happy reading

.
.
.

Langit mendung diatas sana seperti ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh orang-orang terdekat si manis. Terutama bagi Gemini.

Suasana rumah abu itu terasa begitu tenang dalam keheningan. Semua orang tampak mengenakan pakaian berwarna hitam, melambangkan rasa duka yang amat sangat mereka rasakan saat ini, atas kepergian si manis.

Mereka datang untuk mendoakan si manis yang pergi dengan kedamaian.

Bunga-bunga Lily putih yang menumpuk disana, menyebarkan aroma harum pada rumah abu itu.

Gemini berdiri diam disana, dengan mata yang terus menatap pada foto si manis yang terbingkai di rumah abu itu. Tidak ada emosi apapun yang terpancar dari wajah tampan itu.

Tidak bersedih, tidak tertawa dan tidak juga berbicara. Hanya diam dan terus memandang foto sang istri.

Namun tidak bisa berbohong jika mata pria itu menyimpan kesedihan yang mendalam.
Semua orang yang hadir disana juga seperti ikut merasakan kesedihan mendalam yang dirasakan oleh Gemini.

Waktu dengan cepat berlalu, satu persatu mulai pergi meninggalkan rumah abu itu, tak terkecuali Gemini yang masih ingin terus berada disana untuk menemani sang istri.

Kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Fourth bahkan sudah membujuknya untuk pulang, namun dengan tegas Gemini menolak.

Dia akan pulang saat dia ingin pulang.

"Saya harus pulang kemana sekarang? Rumah saya itu kamu"

"Tapi sekarang rumah kamu disini. Jadi saya juga pengen disini sama kamu".

"Boleh kan? Saya cuma gak mau ninggalin kamu sendirian lagi, saya takut kamu bakalan sakit lagi kalo saya pergi dari sini".

Gemini tersenyum, sebelum tersadar akan sesuatu.

"Oh iya saya lupa, kalo kamu sekarang gak akan ngerasain sakit lagi, iyakan sayang?".

"Tapi anehnya, sekarang malah saya yang ngerasain sakitnya. Rasanya sakit banget disini" Gemini berucap dengan memegang dada kirinya kuat.

"Kenapa ya? Saya bingung kenapa rasanya bisa sesakit ini saat kamu pergi ninggalin saya".

Gemini memukul-mukul dadanya sendiri yang terasa begitu sakit dan sesak.

"Kamu ninggalin saya tanpa mau liat saya dulu, kamu pergi gitu aja tanpa pamit, dan tanpa izin ke saya. Kenapa? Kamu takut ya, saya gak izinin kamu pergi?".

Gemini tersenyum.

"Tapi bener, kalo aja kamu izin ke saya dulu. Saya pasti gak bakal izinin kamu pergi tanpa saya. Saya bakal nahan kamu disisi saya selama mungkin, yang saya bisa".

"Tolong temuin saya di mimpi ya, sekali-aja, dan bilang ke saya kalo kamu bahagia, dan kamu baik-baik aja disana. Hm~"

Huftt~

Helaan napas berat terdengar darinya.

Jadi ini adalah jawaban yang diberikan padanya dari sang pemilik semesta. Semesta mengambilnya darinya. Menggantinya dengan rasa sakit yang sangat dalam.

Saat ini Gemini benar-benar tidak bisa merasakan apapun selain rasa sakitnya.
Mengingat.
Fourth-nya, istri manisnya pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Linglung rasanya saat harus pulang namun tidak tau harus pulang kemana sekarang. Orang yang dianggapnya sebagai rumah ternyaman, kini pergi meninggalkan nya seorang diri.

.
.
.

Langkahnya terasa begitu berat, memasuki rumahnya dengan enggan. Pria itu masuk tanpa berkata apapun.

stiff & sweet || 'GeminiFourth'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang