03. Janji Lagi

1.5K 155 10
                                    

Dengan wajah malasnya, Louis harus berguru dengan Minerva untuk belajar ilmu sihir. Padahal, sedikitpun tidak ada niatannya untuk mengetahui, apalagi belajar ilmu sihir.

Namun apa daya. Karena hak kendalinya masih ada di Lucifer, maka ia mau tidak mau menuruti perintah Raja Iblis itu.

"Belajarlah sihir, agar kau tidak kalah dengan kelemahanmu. Jangan jadikan kelemahanmu sebagai celah orang-orang untuk mengalahkanmu, tunjukkan pada semua orang kalau kau bisa menggunakan kelemahanmu."

Louis dengan wajah datarnya mengangkat tongkat sihir yang sudah dipilihkan Minerva untuknya.

"Kalau sihir kelemahanku, seharusnya kau menjauhkannya."

Louis dengan kesal mengarahkan tongkat sihir itu ke berbagai arah hingga membuat benda-benda yang dituju melayang, berubah menjadi buah, berubah menjadi katak dan bahkan ada yang pecah.

"Pangeran Louis!" Minerva bersuara sedikit keras.

Louis dengan wajah terkejutnya langsung tersenyum senang. "Wah, ini menyenangkan!" Louis kembali mengarahkan tongkat sihir itu ke cermin hingga cahaya sihir itu memantul ke arahnya.

Seketika, Louis langsung berubah menjadi seekor monyet dengan mata merah.

Geram, Louis yang memang bisa mengubah dirinya menjadi hewan langsung berubah menjadi wujud aslinya. Dengan kesal, ia langsung melempar tongkat sihir itu. Padahal, ia baru saja senang dengan tongkat sihir itu.

"Kendalikan emosi Anda, Pangeran. Tongkat sihir tidak bisa diarahkan langsung jikalau Pangeran tidak mempelajari dasarnya," ujar Minerva.

Penyihir itu langsung membawa tongkat sihir yang dilempar Louis tadi dengan tongkatnya, membuat kekuatan tidak terlihat membawa tongkat itu dengan sendirinya. Tongkat sihir itu ia bawa ke Louis kembali.

"Ayo, Pangeran. Belajarlah dengan perlahan."

Louis mendengus kesal. "Aku lebih suka berlatih bertarung daripada terjebak dalam kitab kuno. Sihir itu membosankan!"

***

"Diana, jaga putrimu!" perintah Maria.

Wanita pelayan bernama Diana itu langsung menoleh, menatap Maria yang kini menggandeng Shofia di sebelahnya. Wajah Shofia yang menunduk membuatnya tahu kalau Shofia melakukan kesalahan.

"Apa yang diperbuatnya?" tanya Diana kepada Maria si kepala pelayan itu.

"Dia ketahuan mencuri dan memakan makanan yang akan dimakan oleh Pangeran Louis. Seharusnya makanan itu dimakan oleh Pangeran ketika Pangeran sudah selesai belajar sihir," ujar Maria menjelaskan.

Diana menghela napas mendengarnya. Ia mengambil pergelangan tangan Shofia dan membawanya ke luar istana. Mulutnya sudah siap untuk memarahi Shofia.

"Ibu, tapi Shofia melakukan itu karena Shofia lapar. Makanannya juga terlihat--"

"Apa pun alasannya, mencuri yang bukan milikmu tidak pernah ibu ajarkan padamu. Sekarang apa? Kau mencuri makanan Pangeran Louis, jika Pangeran tahu, maka Ibu akan diberhentikan."

Shofia cemberut ingin menangis dan langsung memeluk ibunya. "Maaf, Ibu. Shofia berjanji tidak akan melakukannya lagi."

Diana menghela napas dan mengusap rambut hitam Shofia. "Jika kau masih membuat masalah, Ibu akan membawamu pulang. Biarlah kau tinggal dengan--"

THE PRINCE'S DECEPTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang