06. Tekad Louis

1.9K 195 24
                                    

Di dalam ruang belajar yang dipenuhi tumpukan buku-buku sihir dan pedang, Louis duduk dengan cemas. Sejak Shofia dibawa pulang oleh ibunya, pikirannya dipenuhi oleh kerinduan dan kemarahan.

Ia terus berlatih sihir dan teknik pedang, berharap bisa membuktikan pada Lucifer kalau dirinya layak untuk bertemu gadis itu lagi sebelum umurnya tujuh belas tahun.

Louis pergi ke halaman istana. Di bawah sinar matahari yang memancar, ia berlatih memutar pedang kayunya. Setiap kali pedangnya mengayun, hatinya bergetar.

Ia ingin membuktikan bahwa ia layak menjadi penerus takhta, bahwa ia bisa melindungi Shofia. Namun, harapan itu terasa semakin menjauh.

"Arghhh!" Louis yang berkabut emosi langsung melempar pedang itu asal dan berteriak sembari memegang kepalanya.

Charlotte yang melihatnya langsung menghampiri Louis, berjongkok dan memeluk tubuh itu ke dalam pelukannya. Wanita itu turut merasakan perasaan tertekan yang dirasakan Louis ketika menjalankan pelatihan dan pembelajaran.

Bukan karena pengajarnya yang terlalu keras, tapi ambisi Louis untuk bisa dan menguasai dengan cepat yang membuatnya khawatir.

Louis itu masih kecil. Seharusnya anak itu masih bisa menikmati masa kanak-kanaknya. Ia sudah mengizinkannya tapi Louis sendiri yang berniat untuk menjadi layak dan mengorbankan masa kecilnya.

"Louis, sayang, kau harus sabar. Jika kau memang tidak kuat, beristirahat. Tidak ada larangan bagimu untuk itu," bisik Charlotte.

"Tapi aku tidak mau! Aku ingin bertemu dengannya sekarang! Kenapa Bunda tidak membantuku?!"

"Apa maksudmu, Louis? Kau ingin bertemu siapa?" pada dasarnya, Charlotte tidak tahu menahu tentang Shofia.

"Ibu tidak pernah tahu perasaanku! Ibu hanya terus memperhatikan Ayah!"

Kata-kata itu keluar dengan nada yang tak terkendali. Seketika suasana menjadi hening setelah nada bentakan keluar dari mulut Louis.

Hingga suara langkah kaki berat terdengar. Lucifer muncul, matanya menyala dengan kemarahan, menatap Louis yang juga menatapnya dalam dekapan Charlotte.

"Kenapa kau membentak bundamu, Louis Charles?"

Lucifer, dengan langkah tegasnya berdiri menatap ibu dan anak itu yang berada di bawah.

"Kau mungkin darah dagingku, tapi istriku, dia adalah hatiku." Lucifer langsung menarik Louis dari Charlotte dan melempar tubuh kecil itu dengan kuat hingga membentur dinding di ujung sana.

Louis merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia tahu ia telah melangkah terlalu jauh.

Saat Lucifer berada lagi di depannya, Loius menunduk dengan dalam karena ia kali ini benar-benar merasakan kemarahan ayahnya. Sungguh, tatapan Lucifer benar-benar mengerikan.

"Maaf, Ayah. Aku hanya… aku hanya ingin…" Louis benar-benar gemetar hingga ia tak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Apa? Melihat gadis kecil itu lagi? Tapi kenapa kau membentak bundamu?"

Louis meremas kedua tangannya yang berkeringat dingin. "Maaf, Ayah..."

Lucifer menghela napas karena tahu arah pikiran Louis sekarang. Ia mendekati putranya itu dan memaksa Louis untuk menatapnya.

"Ingat, Louis. Kau harus mengendalikan perasaanmu. Ketahui dulu, apakah perasaanmu benar-benar cinta atau obsesi."

Louis terdiam, teringat semua pelatihan yang dijalaninya. Ia ingin menjadi kuat, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Shofia. Untuk bisa bertemu dengan gadis kecil itu dengan cepat.

THE PRINCE'S DECEPTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang