Chapter 6

12 12 3
                                    

Haiii👋🏻

Jangan lupa vote, comen dan follow biar author semangat ngetiknya hehe ^0^

I hope you like it
Happy reading 🦋


"AKU TIDAK AKAN PERNAH BISA MENERIMANYA!!"

"ceiii, tolong mengertilah posisiku aku sudah menelantarkan mereka selama 17 tahun, anaknya sedang sakit keras ce-"

Sosok pria tinggi itu mendekati wanita yang sedang kalut dihadapannya dan mencoba menenangkannya.

"aku mohon tetaplah bersamaku, aku tidak akan pernah rela berbagi kamu dengan orang lain,
terutama pada JALANG itu"

"SUDAH BERAPA KALIKU PERINGATKAN BERHENTI MEMANGGILNYA JALANG SIALAN!!! Dan kau akan tetap pergi kesana"

"kau jahat!! apa kamu tidak pernah saying padaku?, pada lin anak kita?, kamu bilang akan berusaha mencintaiku, TAPI APAAA?, kamu tetap saja kembali pada jalang sialan itu dan anak haramnya."

PLAK!

"sudahku bilang dia bukan jalang, APA KAU BELUM MENGERTI JUGA!!"

"LIHAT, kau bahkan berani menamparku demi membela jalang itu, aku menyesal telah menerima perjodohan ini, aku mau cerai"

Sang pria mengacak rambutnya frustasi dan menatap sang istri

"baiklah jika itu maumu, akanku urus perceraian kita secepatnya, aku sudah muak berurusan
denganmu"ucap si pria sembari berjalan menuju kamar untuk mengemasi barang-barangnya

"setelah ini jangan harap kantor keluargamu akan bebas dari hutang, dan kembalikan saham yang ku investasikan kekantormu sebesar 85%."ucap sang wanita saat melihat suaminya keluar dari kamar dan menenteng dua koper besar dikedua tangannya

"lagi pula aku tidak membutuhkan semua uangmu itu bahkan GADISKU jauh lebih kaya dan cantik dibandingkan dengan dirimu"

Pria itu melanjutkan langkahnya keluar dan menyalakan mobil yang sudah dipanaskan sebelumnya

"baiklah, pergilah sesukamu akan kupastikan inilah hari terakhir kau melihatku dan juga lin"

Wanita itu berteriak histeris, namun sayangnya sang suami sudah tidak bisa mendengarnya lagi. Lin yang sedari tadi hanya bersembunyi dibalik tembok menghampiri wanita kesayangannya itu yang mulai menangis.

"mimi jangan menangis"lin menghapus air matanya

"anak mimi"

Cei memeluk erat putri satu-satunya dan terus menangis

"papa jahat nak, papamu tidak pernah menyayangi kita"

Cei terus menangis dan lin yang saat itu masih berusia 9 tahun hanya mampu mengusap punggung miminya mencoba untuk menenangkannya. Dua bulan setelah kejadian itu, cei tidak pernah lagi tersenyum, senyum manis yang dulu bisa menghangatkan hati lin kini hanya tertinggal diingatan lin.

"mii tolong makan sedikit ya, sedikit aja"

Langit Dan Dendamnya (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang