BAB 12 : Panggilan Kesayangan?

8 1 0
                                    

~Selamat Membaca~

••••••

"Nih jurnale."Gema menyerahkan sebuah jurnal bersampul biru pada Alesha. Jurnal itu terlihat tidak terlalu tebal. Didalamnya berisikan tulisan tangan yang sedikit berantakan khas tulisan dokter. Dilihat dari bentuk dan karakternya, Alesha menyimpulkan itu adalah tulisan tangan Gema.

"Oke makasih."Alesha menerima jurnal pemberian Gema dengan wajah berseri selayaknya anak kecil yang mendapat mainan baru. Dibukanya lembar demi lembar jurnal itu guna mengetahui garis besar isinya. Nanti sesampainya dirumah ia berencana mempelajari lebih detail.

"Ada berapa team kreatif tahun ini?"Gema melontarkan pertanyaan serius. Membuat fokus Alesha teralih dari jurnalnya.

"5 orang. Kalo dulu ada berapa?"

"Sama, 5 orang juga. Yang namanya team kreatif itu yaa kalian kelompok. Kerjo bareng ojo pernah kerjo dhewe."
(Kerja bareng bukan kerja sendiri)
Gema mulai memberi wejangan pada Alesha.

"Iya ngerti kok."Jawab Alesha singkat sembari mengeluarkan buku catatan kecil dan bolpoin dari sling bag-nya.

"Nanti per orang harus megang 1 bagian yaa. Misal si A penanggungjawab barang PR, B game, C name tag, begitu seterusnya. Jadi kabeh ndue tanggung jawab."Tutur Gema, guratan diwajahnya terlihat serius.

"Loh, bukannya hal kaya gitu harus dibahas barengan yaa?kan namanya team. Kalo dikasih 1 1 jenenge kerjo pribadi dong."Sergah Alesha.

"Bukan gitu. Maksudku tiap orang dalam kelompok bertindak sebagai penanggungjawab 1 bagian, biar nggak keteteran. Sederhananya gini. A ke jatah beban barang PR ya berarti nanti yang ngurusin barang PR si A, tanggung jawab materi selanjutnya dikasih ke anggota yang lain. Soal isi dari barang PRnya itu satu kelompok diskusi bareng bukan A aja. Kerjaan team kreatif kui uaekehh lho. Kalian nanti juga bakal dapat tekanan dari kepala sekolah, kesiswaan, orang tua wali."Kali ini Gema mengeluarkan sisi lain dalam dirinya. Berbicara dan memberikan pelajaran serius pada Alesha.

Barang PR adalah barang-barang yang harus dibawa peserta MOS. Isinya nanti berupa makanan, minuman, alat tulis, dll yang dikemas dalam bentuk tebak-tebakan sesuai nama barang. Tujuannya untuk mengasah kreatifitas dan cara berpikir siswa. Barang PR itu nanti juga akan dijadikan persediaan konsumsi saat kegiatan outbond siswa.

"Maksudnya tekanan gimana?"Alesha antusias menanggapi penjelasan Gema.

"Barang PR kan belinya pakai uang orang tua siswa. Biasanya ada orang tua siswa yang keberatan beli karena mahal. Apalagi kamu ngerti to? Kondisi keuangan masyarakat sini beda-beda. Mereka akan protes ke panitia bisa juga ke guru. Makane kalo nanti ngasih barang PR ojo sing larang-larang. Pastiin perhari dihitung budgetnya ojo nganti lebih dari 25.000 - 30.000/hari. Biar nanti kalo didebat guru kamu punya argumen yang valid dan iso dipertanggungjawabke. Dalam sehari ngeluarin budgetnya berapa, mau dipake untuk apa, tingkat kesulitan nyarinya seberapa. Kamu survey sik. Ojo males riset."Urai Gema panjang x lebar.

Ia menjelaskan begitu gamblang dengan kalimat sederhana, lugas, dan mudah dipahami seolah sudah memiliki jam terbang yang tinggi. Membuat Alesha sejenak terpana akan kepiawaian laki-laki yang sejak tadi ia ketusi.

"Okey, aku paham."Balasnya, sembari mencatat beberapa point penting dari penjelasan dari Gema.

"Yang paling penting harus siapin mental. Kalo didebat yaa kudhu siap!"Pungkas Gema.

AleshAffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang