BAB 2 : Sekilas Tentang Alesha📌

10 2 0
                                    

~Selamat Membaca~

•••••••

POV ALESHA

Alhamdulillah rasanya lega banget keluar ruangan. Manik tajam yang melirik ke arahku itu benar-benar membuatku tidak nyaman. Aku tidak mengerti apa yang salah dengan penampilanku hari ini.

Apakah bajuku kotor, atau ada hal lain yang membuat kakak kelas itu terus-terusan mengawasiku?
Entahlah. Mungkin segelas es teh akan membuatku lebih baik.

Aku menuju warung depan sekolah faforiteku. Sepi dan hening karena belum ada siswa yang keluar ruangan selain aku. Mungkin aku bisa bersantai sejenak melepas penat.

"Bu Mur, es teh satu nggih."Aku memesan segelas es teh di warung bu Murni, perempuan paruh baya dengan rambut yang agak keriting itu adalah pemilik kedai yang aku datangi ini.

"Loh Al, kok wis metu ruangan?"
(Lohh Al, kok sudah keluar ruangan?) Bu Murni yang sedang menata dagangan kaget dengan kedatanganku.

"Nggih bu, biasa nggak betah lama-lama."Jawabku sambil mengulas senyum kepada beliau.

"Wah pinter tenan."Bu Murni melempar pujian sembari membalas senyumanku.

Setelah mengambil beberapa camilan aku duduk di sudut warung. Tak lama kemudian es teh yang ku pesan tiba.
Aku menyesapnya. Terasa segar membasahi tenggorokan.

Aku memang pecinta es teh. Bagiku teh Jawa dengan cita rasanya yang khas wangi, sepet, legi, dan kenthel itu benar-benar candu tersendiri. Dimanapun tempatnya, aku akan memesan minuman ini.

Suasana kantin masih hening. Aku mengambil buku catatan ku yang berisi mapel pelajaran ujian selanjutnya.
Sebelum ujian, guru-guru akan memberikan kisi-kisi tentang soal yang akan keluar. Biasanya 1 hari sebelumnya aku sudah membuat rangkuman khusus berdasarkan kisi-kisi guru. Sejauh ini, kebiasaan kecilku itu mempermudah aku belajar.

Aku memang punya skill menghafal yang cukup baik, meskipun lemah dibagian berhitung. Musuh terbesarku adalah Matematika, Fisika, dan Kimia. Rasanya otakku sangat tumpul jika sudah bertemu dengan rumus dan angka.

Sekitar 30 menit aku duduk santai sambil belajar. Mulai terdengar gemuruh murid-murid yang keluar dari ruang ujian.

Aku menghela napas sejenak. Kurasa kantin ini mulai ramai sesak. Membuatku memilih menyudahi sesi bersantai dengan es teh yang sudah mulai habis.

Setelah membayar, aku bergegas kembali ke sekolah mencari teman-temanku.

*****

Dari kejauhan tampak Haura dan Bulan yang melambaikan tangan ke arahku, akupun bergegas melangkah ke arah mereka.

"Yaampun Lesha, kok cepet banget."
Haura berteriak ke arahku dengan suara cemprengnya.

"Biasa.. Gak betah lama-lama Hau."Jawabku sembari cengar cengir.

"Koyo ora ngerti Alesha wae, Hau."
(Kaya nggak ngerti Alesha aja, Hau)
Bulan ikut menimpali.

Haura Marwah Clearis Sudiarta. Gadis berbadan mungil dengan hijab panjang menjulur menutupi dada. Perempuan yang kerap disapa Haura tersebut merupakan jebolan pondok pesantren semasa SMP. Pembawaannya yang ramah dan periang menjadikannya gadis yang memiliki banyak teman disekolah.

Jika Haura berbadan mungil dan imut, lain halnya dengan Bulan. Gadis bernama lengkap Esafitri Bulan Wilany tersebut memiliki postur tubuh tinggi tegap dan berisi. Terkenal dengan pribadi yang tegas, jujur, namun juga lucu sukses menjadikannya sebagai siswa yang disegani di SMK MULIA NETRA.

Keduanya merupakan sahabat karibku. Kami sekelas dan sama-sama berkecimpung dalam dunia organisasi sekolah.

Kami bertiga berjalan beriringan, mencari tempat teduh untuk belajar mapel selanjutnya. Tangga menuju ruang praktikum yang berpayung pepohonan rindang menjadi pilihan kami.

*****

Lewatlah gerombolan kakak kelas XI Analis termasuk Mas Gema bersama gank-nya. Dapat kurasakan laki-laki berhoodie hitam itu melirik tajam ke arahku. Mata kami saling beradu, seulas senyum tersungging dibibirnya yang berwarna kemerahan. Aku tidak membalasnya karena kupikir kita tidak mengenal baik.

Aku memang mengetahui namanya.
Dia adalah kakak kelas yang mengospekku ketika aku masuk sekolah ini. Tapi dia bukan siswa yang aktif diorganisasi selama setahun ini dan kita tidak pernah berinteraksi sebelumnya.

"Eh Hau, coba deh deloken aku."
(Coba lihat aku) Titah ku, kepada Haura.

"Kon ngopo hmmm? (Suruh ngapain) " Haura menjawab sambil masih fokus membolak balik lembar bukunya.

"Menurutmu, enek sing aneh gak karo penampilanku dino iki?"
(Menurutmu ada yang aneh nggak sama penampilanku hari ini?)

Aku yang penasaran bertanya pada Haura, karena kulihat Bulan masih sibuk dengan hafalannya dan aku enggan mengganggunya.

Haura melirikku sekilas kemudian menjawab "Enggak tuhh, biasa wae."

"Seragamku nggak robek dan nggak kotorkan?"Aku berdiri memutar, memastikan bahwa tidak ada yang aneh dengan penampilanku hari ini.

"Iyaaaa Lesha. Emang kenapa sih?" Haura sepertinya mulai penasaran dengan pertanyaanku.

"Hmmm...rapopo kok. Nanya aja."
Aku memilih untuk tidak menceritakan sumber kekhawatiranku kepada Haura dan Bulan. Kusimpulkan mungkin hari ini aku saja yang kepedean atau merasa diperhatikan oleh Mas Gema.

To be continued
••••••••••••••••••••

Attention!

*Cerita ini diadaptasi dari kisah nyata sehingga akan banyak tokoh yang disebut dalam cerita.

*Beberapa hal sengaja dibuat dramatis mulai dari latar, adegan, dan dialog demi kepentingan kelayakan cerita.

*Ambil sisi positive dari cerita & buang hal-hal negative nya.

*Jangan lupa follow, vote & tinggalkan komentarmu yaa🥰

AleshAffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang