Pertemuan yang Mengejutkan

4 1 0
                                    


"Erin, Erin, Erin!" Karin mengguncang tubuh mungil Erin yang tengah tertidur pulas di atas kasur.

"Hmmm ...." Erin hanya bergumam seraya menggeliat, kemudian menepis tangan Karin.

"Banguuun!" Karin menyibak selimut yang dikenakan oleh sepupunya itu.

Gadis berambut ikal itu mengucek matanya berusaha menghalau sinar mentari yang masuk melalui jendela kamar. "Apa, sih. Lagian hari ini kau libur kerja. Inikan hari Sabtu."

Karin menjitak kepala Erin dengan gemas. "Siapa bilang aku libur kerja? Aku liburnya hari Minggu. Itupun, kalau tidak ada pesanan yang mendesak."

Erin melihat dari kepala hingga ujung kaki Karin. Benar gadis dengan perawakan manis itu sudah rapi dengan rok maxi biru muda yang dipadu dengan baju kaos putih berlogo toko bunga tempatnya bekerja. Erin menarik napas, kemudian menghembuskannya dengan kasar.

"Sana pergi kerja. Aku mau lanjut tidur." Erin menarik kembali selimut yang sempat disibakkan oleh sepupunya tadi, lalu merebahkan diri ke atas kasur empuk milik Karin.

"Dasar! Yasudah, aku mau berangkat dulu!" Karin langsung menyambar tas selempang biru muda yang ada di atas meja rias. Ia berjalan keluar kamar sambil menggerutu. "Makhluk itu tingkat menyebalkannya memang luar biasa! Kayaknya, tingkat menyebalkannya sudah melebihi kapasitas."

Gadis itu buru-buru berjalan keluar rumah, pasalnya taxi yang ia pesan tadi sudah berada di depan. Hari ini ia pergi bekerja tanpa mengendarai sepeda motor yang biasa ia gunakan, soalnya kendaraan roda duanya itu sedang berada di bengkel. Sebenarnya itu membuatnya pusing, karena harus mengeluarkan uang lagi untuk memperbaikinya.

Handphone milik Karin tiba-tiba bergetar, pertanda ada yang sedang menelpon. Ia buru-buru mengeluarkannya dari dalam tas, dan mengecek siapa yang sedang menelponnya, ternyata yang menelponnya adalah Dhea. Ia malas mengangkat telepon dari gadis ini. Bukan apa-apa, Dhea akan mengucapkan kalimat-kalimat yang tak penting. Perkataan yang akan membuatnya pusing. Pertanyaannya adalah kenapa ia harus menyimpan nomor ponsel gadis ini, ia juga tidak tahu. Ia bisa saja memblokirnya, tapi Karin tidak mau melakukannya.

Sebenarnya Karin sudah muak dengan drama-drama yang dibuat oleh mereka yang berusaha membuatnya terpuruk. Karin langsung menonaktifkan handphone miliknya. Ia tahu gadis itu tidak akan menyerah begitu saja untuk membuat suasana hatinya berantakan, lebih baik ia mengabaikannya.

Ia harus memiliki tingkat kesabaran ekstra untuk menghadapi makhluk-makhluk semacam itu. Dhea adalah anak dari pernikahan kedua ayahnya. Entah kenapa keluarga dari pihak ayahnya begitu suka mencari gara-gara padanya. Apalagi Dhea dan kakak perempuannya itu, selalu saja mengganggunya.

Ibu dan Ayah Karin berpisah sejak ia berusia delapan tahun, perpisahan itu terjadi setelah ibunya tahu kalau ayahnya menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu Karin, bahkan telah memiliki dua anak yang berusia empat dan dua tahun. Yaitu Dhea dan kakaknya Raya.

Untuk anak seusia Karin saat itu, ia tidak mengerti apa yang tengah terjadi pada keluarganya. Bahkan saat itu, ia hanya terdiam kala melihat ibunya menangis ketika ayahnya menampar ibunya tepat di depan matanya. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak menyangka orang yang selama ini ia bangga-banggakan, yang katanya menjadi cinta pertama bagi anak perempuannya, ternyata sebajingan itu.

Sejak saat itu Karin mulai tidak berhubungan baik dengan ayahnya, bahkan untuk melihat wajah ayahnya saja ia sudah muak. Jangan tanya ibunya di mana, Karin juga tidak mengetahuinya. Setelah perceraian terjadi, hak asuh dimenangkan oleh ayahnya. Ada yang lebih membuat Karin kecewa, ibunya meninggalkannya. Tak memberinya kabar sama sekali, bahkan sang ayah hanya menitipkannya kepada kakek dan neneknya. Itu yang lebih membuatnya kecewa, ia merasa ditinggalkan dan diabaikan.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang