Shani dan Kekuatan Gracia

92 14 0
                                    



Hari mulai sore, kampus mulai sepi. Gracia duduk di tangga depan gedung perpustakaan, menatap langit yang mulai berubah warna jadi oranye keemasan. Pikiran dia terus aja muter-muter tentang pembicaraan kemarin dengan Chika.

“Kenapa gue?” gumamnya pelan. “Apa yang sebenernya gue punya?”

Sambil menunggu Anin yang katanya masih di kelas, Gracia terus mencoba mencerna segala kejadian aneh yang dia alami sejak masuk kampus ini. Crimson Reign, aura yang disebut Chika, dan sekarang, dia harus bertemu Shani.

Tiba-tiba, seseorang duduk di sampingnya. Gracia nyaris melonjak kaget, tapi begitu dia menoleh, ternyata itu Jinan. Salah satu anggota Crimson Reign yang terkenal cool dan pendiam.

“Hei,” sapanya santai. Dia terlihat rileks, tapi ada sesuatu dalam tatapan Jinan yang membuat Gracia merasa seperti sedang diawasi.

“Oh, hei,” jawab Gracia, sedikit gugup. “Ngapain di sini? Gak biasanya gue liat lo sendirian.”

Jinan mengangkat bahu. “Gue lagi nunggu seseorang. Shani.”

Gracia langsung tertegun. “Shani? Lo... nungguin dia buat gue?”

Jinan menoleh padanya, lalu mengangguk. “Ya, semacam itulah. Dia bakal datang sebentar lagi. Lo siap ketemu dia?”

Gracia menarik napas dalam-dalam. “Gue gak tau. Tapi gue rasa gue gak punya pilihan, kan?”

Jinan tersenyum tipis. “Pilihan selalu ada, tapi kadang jalan yang lo ambil udah ditentukan oleh sesuatu yang lebih besar dari lo.”

Gracia mengernyit. “Lo juga ngomong kayak ada sesuatu yang gue gak ngerti. Kalian semua kayaknya tahu sesuatu yang gue gak tahu.”

“Bisa dibilang begitu,” jawab Jinan sambil menatap ke arah matahari yang mulai terbenam. “Tapi percaya sama gue, lo bakal ngerti semua pada waktunya.”

“Kenapa gue?” Gracia akhirnya bertanya langsung. “Kenapa Shani pengen ketemu gue? Chika bilang gue ‘berbeda’, tapi gue gak ngerasa ada yang spesial sama diri gue.”

Jinan diam sebentar sebelum menjawab. “Gue gak bisa jelasin semuanya. Tapi lo punya sesuatu yang istimewa. Sesuatu yang cuma lo yang punya.”

“Sesuatu?” Gracia bingung. “Kekuatan? Aura? Apa?”

Sebelum Jinan bisa menjawab, suara langkah kaki terdengar. Shani akhirnya muncul, berjalan santai ke arah mereka.

Mata Gracia langsung tertuju padanya, jantungnya berdegup lebih kencang. Sosok Shani selalu memancarkan aura yang kuat, membuat siapa pun yang melihatnya merasa terintimidasi, bahkan tanpa Shani berkata apa-apa.

“Udah siap?” tanya Shani tanpa basa-basi begitu dia sampai di depan Gracia.

Gracia mengangguk pelan, meski dalam hati dia merasa jauh dari siap. “Ya, gue siap... gue rasa.”

Shani duduk di samping Jinan, menatap Gracia dalam-dalam. “Lo udah mulai ngerasa ada yang beda, kan?”

Gracia menggigit bibirnya, bingung harus jawab apa. “Gue gak tau. Maksud lo apa sih?”

Shani menghela napas. “Lo mungkin belum sadar, tapi sejak lo masuk kampus ini, ada energi yang bangkit di sekitar lo. Kami bisa ngerasain itu. Dan energi itu gak sembarangan. Itu energi yang kuat.”

Gracia menatap Shani dengan mata terbelalak. “Energi? Kuat? Gue... gue gak ngerti.”

“Gue gak bisa kasih tau lo semua sekarang,” kata Shani pelan tapi tegas. “Tapi satu hal yang harus lo tau: kampus ini bukan sekadar tempat belajar biasa. Ada banyak hal yang terjadi di sini, hal-hal yang gak bisa lo lihat dengan mata biasa.”

Jinan menyela, “Kami, Crimson Reign, udah lama ada di kampus ini bukan cuma sebagai geng biasa. Kami punya tugas. Tugas untuk menjaga keseimbangan antara dunia kita dan dunia lain.”

“Dunia lain?” Gracia hampir gak percaya dengan apa yang dia dengar. “Lo serius?”

Shani mengangguk. “Serius. Dan lo, Gracia, terhubung dengan dua dunia itu. Lo punya kekuatan yang terpendam, dan sekarang kekuatan itu mulai bangkit.”

Gracia mulai merasa bingung dan sedikit takut. “Gue gak ngerti... gue cuma mahasiswa biasa. Gimana mungkin gue punya kekuatan kayak gitu?”

“Kita semua mulainya biasa,” kata Shani, tatapannya masih fokus pada Gracia. “Tapi ada hal-hal yang tersembunyi dalam diri kita yang bahkan kita sendiri gak tahu. Dan lo... lo bagian dari sesuatu yang lebih besar.”

Gracia menggeleng, mencoba mencerna semua ini. “Tapi... kenapa gue? Apa yang harus gue lakuin?”

Shani menatapnya lebih lembut kali ini. “Untuk sekarang, yang lo perlu lakuin cuma satu: percaya sama diri lo sendiri. Dan percaya sama kita. Crimson Reign bakal bantu lo menghadapi apa pun yang terjadi nanti.”

“Terjadi nanti?” Gracia langsung merasa gugup. “Maksud lo, bakal ada masalah?”

Jinan menatap Shani sebelum menjawab. “Bisa dibilang, sesuatu sedang bergerak. Energi yang bangkit dalam diri lo mungkin menarik perhatian... entitas lain.”

“Entitas lain?” Gracia langsung merinding. “Kayak... hantu?”

Shani tersenyum tipis, tapi senyumnya gak bikin suasana lebih ringan. “Lebih dari sekadar hantu. Ada banyak makhluk di luar sana yang gak semua orang bisa lihat. Beberapa baik, tapi banyak juga yang berbahaya.”

Gracia menarik napas dalam-dalam, mencoba tetap tenang meski otaknya berusaha menolak semua informasi baru ini. “Jadi... gue terhubung dengan mereka?”

Shani mengangguk. “Iya. Dan karena itu, lo perlu belajar buat ngendaliin energi lo. Supaya lo gak jadi target.”

“Target?!” Gracia nyaris melompat. “Target apa?”

“Beberapa makhluk bisa ngerasain kekuatan lo. Dan kalo mereka ngeliat lo sebagai ancaman atau kesempatan, lo bisa jadi target mereka. Kita di sini buat bantu lo supaya itu gak terjadi.”

Gracia menatap Shani dengan penuh kebingungan. Semua ini terlalu mendadak dan tidak masuk akal. Tapi melihat keseriusan Shani dan Jinan, dia mulai sadar bahwa ini lebih besar dari sekadar pertemuan biasa.

“Jadi gue harus gimana?” Gracia bertanya, suaranya sedikit gemetar.

Shani bangkit dari tempat duduknya, menatap Gracia dengan tatapan penuh tekad. “Lo harus belajar. Dan Crimson Reign bakal ngajarin lo. Kita gak bakal ninggalin lo sendirian.”

Gracia menatap ke arah Jinan, yang mengangguk mendukung. “Lo gak sendiri, Gracia. Lo punya kita.”

Untuk pertama kalinya, Gracia merasakan ketenangan di tengah semua kebingungan ini. Meski dia belum tau apa yang akan terjadi, setidaknya Gracia merasa bahwa dirinya, tidak akan menjalani ini sendirian.

“Oke,” katanya akhirnya. “Gue siap belajar. Gue gak mau jadi korban, dan gue gak mau diombang-ambing sama sesuatu yang gue gak ngerti.”

Shani tersenyum tipis. “Bagus. Itu langkah pertama.”

Jinan berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Gracia. “Selamat datang di Crimson Reign, Gracia.”

Gracia menatap tangan Jinan, lalu menjabatnya dengan penuh keyakinan. Mungkin ini awal dari sesuatu yang besar, sesuatu yang bahkan dia sendiri gak bisa bayangkan. Tapi sekarang, dia tahu dia punya teman-teman yang siap membantu dia menghadapi apa pun yang datang.

Dan di dalam hatinya, Gracia merasa ada sesuatu yang mulai terbangun. Sesuatu yang menunggu untuk dilepaskan.

Behind Angkasa's Reign Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang