Pagi hari tiba, dan base camp Crimson Reign mulai berdenyut dengan aktivitas. Gracia dan Anin sudah bersiap, berdiri di tengah ruangan bersama yang lain. Suasana tegang namun penuh antisipasi. Semua tahu bahwa misi hari ini bukan sekadar latihan biasa—ini adalah langkah besar dalam menjaga keseimbangan dunia yang mereka jaga.
Chika dan Zee berdiri di sudut, tengah berbicara serius. Zee, dengan gayanya yang selalu fokus pada detail, memeriksa kembali catatan ritual di tangannya. Sementara Chika, yang biasanya ceria, kali ini tampak lebih serius, meski tetap menunjukkan senyum tipis pada Zee.
"Lo yakin udah siap?" tanya Chika, melirik Zee dengan tatapan penuh perhatian.
Zee mengangguk, tersenyum kecil. "Gue yakin. Kita udah punya semua informasi yang kita butuhin buat nutup portal itu."
Chika menghela napas panjang, lalu mendekat, merapikan jaket Zee yang sedikit berantakan. "Jangan terlalu banyak mikir. Gue ada di sini, lo juga tahu itu."
Zee tersenyum lebih lebar kali ini, matanya berkilau sejenak sebelum dia menunduk, melanjutkan membaca catatannya. "Iya, gue tau."
Di sudut lain, Cindy tengah berlatih mantra perlindungan bersama Jinan. Keduanya tampak kompak dan tenang, seperti biasa. Cindy memainkan cincin di jarinya sambil memandang serius pada Jinan, seolah meminta keyakinan dari kekasihnya.
"Kita bakal baik-baik aja, kan?" Cindy bertanya dengan nada datar, meski sedikit cemas tampak di wajahnya.
Jinan tersenyum hangat, menarik Cindy lebih dekat. "Tentu aja. Gue ada di sini, dan kita udah ngalamin hal-hal yang lebih buruk dari ini."
Cindy mengangguk pelan, meski matanya masih menunjukkan sedikit keraguan. "Gue harap lo bener."
Sementara itu, Gracia dan Anin memperhatikan interaksi mereka dari kejauhan. Anin mendesah sambil bersandar pada tembok. "Liat tuh, Zee sama Chika, Jinan sama Cindy. Mereka keliatan kompak banget, ya?"
Gracia terkekeh kecil. "Iya, mereka pasangan serasi. Gak heran sih, udah lama bareng di tim ini."
Anin tersenyum tipis. "Kita berdua gimana, Gre? Kira-kira kita bisa jadi tim yang kuat kayak mereka nggak?"
Gracia menoleh, memukul pelan bahu Anin. "Santai aja, Nin. Kita juga bisa kompak kok. Lagian, kita udah beberapa kali lolos dari bahaya, kan?"
Anin tertawa, sedikit lega mendengar jawaban Gracia. "Bener juga sih."
Tiba-tiba, suara Shani yang tegas memecah percakapan mereka. "Oke, semuanya kumpul. Kita siapin strategi terakhir sebelum berangkat."
Seluruh anggota Crimson Reign berkumpul mengelilingi meja besar di tengah ruangan. Peta gedung tua yang menjadi target mereka terbentang di sana, lengkap dengan beberapa tanda dan catatan dari Zee.
Shani membuka percakapan dengan nada serius. "Ini bukan misi biasa, jadi gue gak mau ada yang ceroboh. Target kita jelas—nutup portal dan ngejaga keseimbangan. Zee, lo dan Chika bakal tanggung jawab di bagian selatan gedung. Pastikan simbol di sana tergambar dengan sempurna."
Zee mengangguk dengan cepat, melirik Chika yang juga menatap peta dengan penuh perhatian.
"Jinan, lo sama Cindy ambil bagian timur. Kalian udah ngerti semua mantra yang harus diaplikasiin, kan?"
Cindy mengangguk yakin, sementara Jinan tersenyum tipis, seolah berkata semuanya ada di tangan mereka.
"Bagus. Gracia, Anin, kalian berdua sama gue. Kita bakal jaga bagian tengah gedung. Itu titik paling penting karena portal utamanya ada di situ."
Gracia dan Anin saling pandang, merasakan beban tanggung jawab yang besar di pundak mereka. "Siap, kita bakal lakuin yang terbaik," jawab Gracia, meski sedikit gugup.
Shani menatap mereka semua dengan tatapan penuh keyakinan. "Ingat, kita cuma punya satu kesempatan buat nutup portal ini. Kalau ada yang gagal, konsekuensinya gak cuma di gedung ini, tapi bisa meluas ke seluruh kota. Jadi pastiin gak ada kesalahan."
Suasana makin tegang, namun semua anggota tim terlihat siap. Mereka tahu apa yang harus dilakukan, dan mereka punya kepercayaan penuh satu sama lain.
**
Saat mereka tiba di gedung tua yang dimaksud, udara di sekitar terasa semakin berat. Energi yang aneh berputar di sekeliling mereka, seolah memperingatkan bahaya yang mendekat. Gedung itu tampak sunyi, namun auranya begitu menakutkan.
"Ini tempatnya," gumam Cindy pelan, memandangi dinding kusam yang penuh debu.
Jinan menarik napas dalam, mengencangkan genggaman di tangannya. "Kita harus segera mulai. Gue gak suka perasaan gue tentang tempat ini."
Zee langsung memimpin tim untuk berpencar sesuai rencana. "Chika, ayo, kita harus cepet."
Chika mengangguk, dan mereka berdua bergerak menuju sisi selatan gedung. Zee mulai menggambar ulang simbol-simbol yang pudar di lantai dengan ketelitian yang luar biasa, sementara Chika berjaga-jaga, merasakan energi di sekitar mereka semakin memanas.
Di sisi timur, Jinan dan Cindy bergerak dengan tenang, namun fokus. Cindy sibuk membaca mantra perlindungan sambil Jinan menggambar simbol lainnya di dinding retak yang hampir runtuh. Mereka bekerja dalam diam, namun kemistri di antara mereka membuat segalanya terasa mulus.
"Lo yakin ini bakal berhasil?" tanya Cindy dengan suara rendah, matanya terus mengawasi sekitar.
Jinan tersenyum, menoleh sedikit ke arah Cindy. "Percaya sama gue, sayang. Ini bukan kali pertama kita ngelakuin sesuatu yang gila."
Di bagian tengah gedung, Shani memimpin Gracia dan Anin menuju altar utama. Cahaya remang-remang dari lilin yang mereka bawa memperjelas kondisi ruangan. Ada aura yang begitu kuat di sini, bahkan Gracia bisa merasakan tekanan di dadanya semakin berat.
"Kita harus buru-buru," ujar Anin dengan nada gugup. "Ini tempatnya serem banget."
Gracia hanya mengangguk, mencoba tetap fokus pada tugasnya. Mereka mulai menggambar simbol di lantai sambil Shani memimpin dengan mantra. Gracia bisa merasakan energinya menyatu dengan simbol yang mereka gambar, seolah ada sesuatu yang bangkit.
Tiba-tiba, suara gemuruh keras terdengar dari arah lain gedung. Chika berlari ke arah mereka, wajahnya penuh kekhawatiran. "Kita ada masalah. Ada makhluk yang muncul di bagian selatan!"
Shani menatap mereka semua dengan cepat, memberikan perintah tegas. "Jangan panik. Terusin tugas kalian. Gue dan Gracia bakal ke sana bantuin. Anin, lo tetep di sini dan jagain simbolnya."
Anin mengangguk cepat, meski wajahnya sedikit pucat. "Siap."
Gracia merasa jantungnya berdegup kencang saat dia dan Shani bergegas menuju Chika dan Zee. Apa pun yang menunggu mereka di sisi lain gedung, mereka harus siap menghadapinya.
Dengan tekad yang bulat, mereka terus melangkah. Misi mereka belum selesai, dan keseimbangan dunia sekarang bergantung pada keberanian mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Angkasa's Reign
Mystery / ThrillerSemua berawal biasa-biasa aja. Gracia hanya sekedar mahasiswi baru, sama seperti ribuan mahasiswa lainnya, yang datang dengan harapan dan mimpi. Tapi ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang perlahan mulai terungkap. Dan semuanya berubah sejak dia ber...