Pengungkapan Rahasia

85 15 2
                                    


Keesokan harinya, suasana di kampus tampak lebih tenang dibanding malam sebelumnya. Tapi bagi Gracia, pikirannya masih dipenuhi oleh apa yang terjadi di gedung latihan. Cahaya biru kecil yang Shani tangkap malam itu, dan kata-kata Shani tentang dirinya sebagai "jembatan" antara dunia manusia dan dunia lain, terus terngiang-ngiang.

Di kantin, Gracia duduk bersama Anin, mencoba menikmati makan siang. Tapi sangat jelas terlihat kalau dirinya sama  sekali tidak fokus. Anin, yang duduk di depannya, melihat gelagat temannya itu dengan dahi berkerut.

“Lo masih mikirin soal kemarin malam, ya?” tanya Anin sambil menyeruput jus jeruknya.

Gracia mengangguk pelan. “Iya, gue gak bisa berhenti mikir. Maksud gue, gimana mungkin gue punya hubungan sama dunia mereka? Gue cuma... ya, gue cuma Gracia. Gak ada yang spesial dari gue.”

Anin menghela napas panjang, ikut merasa bingung. “Iya sih, dari dulu kita ngerasa hidup kita normal-normal aja. Tapi kalo dipikir-pikir, lo emang selalu punya kemampuan buat ngerasain hal-hal yang orang lain gak bisa, kan?”

Gracia memutar-mutar garpu di dalam piringnya. “Mungkin. Tapi gue gak nyangka bakal sejauh ini. Gue ngerasa kayak tokoh utama di film horor, dan percaya deh, rasanya gak enak.”

“Lo bukan di film horor,” kata Anin sambil tertawa kecil. “Tapi seriusan, lo gak sendirian. Lo punya Shani, Jinan, dan yang lainnya. Gue yakin mereka bakal bantu lo.”

Gracia tersenyum tipis. “Iya, gue tau. Tapi tetep aja, gue gak bisa bohong kalo gue takut. Gue gak ngerti kenapa gue yang dipilih, kenapa semua ini tiba-tiba muncul sekarang.”

Anin menyentuh lengan Gracia, berusaha menenangkannya. “Kita bakal cari tau, Gre. Satu per satu. Dan lo gak perlu ngelakuin ini sendirian.”

Belum sempat Gracia menjawab, tiba-tiba suara tawa terdengar dari belakang mereka. Ketika mereka menoleh, terlihat Shani dan Jinan datang sambil membawa nampan makanan.

“Hey, lagi ngomongin apa nih?” tanya Jinan sambil duduk di sebelah Anin.

Gracia menatap Shani dengan tatapan penuh pertanyaan. “Gue masih kepikiran soal yang lo bilang semalam, Shan. Tentang gue jadi jembatan. Lo yakin itu beneran?”

Shani menghela napas, memasukkan satu sendok nasi ke mulutnya sebelum menjawab. “Gue gak bilang lo jadi jembatan sekarang. Tapi lo punya potensi buat jadi itu, dan itu bahaya. Makhluk dari dunia lain mungkin bakal coba manfaatin lo buat masuk ke dunia ini.”

Anin langsung angkat alis. “Serius? Makhluk-makhluk itu bisa lewat Gracia buat masuk ke dunia kita?”

Shani mengangguk sambil menatap Gracia serius. “Iya, makanya lo harus hati-hati. Energi lo lagi berkembang, dan lo mungkin menarik perhatian mereka lebih dari yang lo sadari.”

Gracia merasa pusing lagi mendengar semua ini. “Gue masih gak ngerti. Kenapa gue? Kenapa sekarang? Apa yang bikin gue beda dari orang lain?”

Jinan yang sedari tadi diam akhirnya bicara. “Sebenernya, ada cerita lama tentang keluarga lo, Gre. Gue gak mau bikin lo panik, tapi kayaknya ini waktunya lo tau.”

Gracia menatap Jinan kaget. “Keluarga gue? Maksud lo apa?”

Jinan meneguk minumannya dulu sebelum melanjutkan. “Gue udah sempet nyari-nyari informasi soal lo, dan ternyata... leluhur lo punya sejarah panjang dengan dunia mistis. Mereka bukan cuma orang biasa.”

Mata Gracia melebar. “Leluhur gue? Maksud lo, keluarga gue terlibat di dunia ini juga?”

Shani mengangguk. “Bener. Dari yang kita tau, ada satu garis keturunan di keluarga lo yang punya kemampuan khusus. Mereka bisa berkomunikasi dengan makhluk dari dunia lain. Dan lo... mungkin udah mewarisi kemampuan itu.”

Behind Angkasa's Reign Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang