Kasus Yang Tidak Terpecahkan. (Dua)

17 3 1
                                    

***

    Peluru ke lima telah ditembakkan Ghani pada lima anak buahnya, masing-masing satu. Ketika ia mendengar kalimat "maaf Tuan, kami gagal memecahkan kasus Nyonya Gabrison"

    Kalau sudah seperti ini, Daniel juga sangat susah membuat anak itu tenang. Bahkan sebuah kecupan di pipi juga pasti tidak akan mudah membuat Ghani tersadar dari amarahnya. Belum ada satu jam, bahkan sepuluh menit, Ghani sudah berhasil menghabisi lima anak buahnya dalam sekali tembakan peluru di kepala.

    "Apa sangat susah? Apa sangat susah memecahkan hal itu hah?! Kalau memang dari awal tidak bisa, ya jangan masuk ke dalam sini, dasar keparat!"

    "Bahkan kalian semua hanya dititah untuk mencari siapa dalang di balik matinya istri saya, kalian tidak bisa! Kalau seperti ini jadinya, mending tidak usah menjadi agen rahasia di bawah naungan saya, bajingan!"

    Beberapa anak buah ingin memberikan pembelaan atas diri mereka, "bukan tidak bisa Tuan, hanya saja dalangnya sangat kuat, dan kami tidak dapat menembus perlindungan dari si bajingan itu-

Dor!

    "Kau sama saja seperti mereka, Kevan!" Ujar Ghani setelah menembakkan peluru pistolnya ke arah agen itu. Kembaran Kevan tidak terima, ia maju satu langkah demi memberi pembelaan yang sama seperti Kevan.

    "Kevan tidak salah, Tuan! Ia mengatakan yang sebenarnya, bahwa si bajingan yang menjadi dalang dari meninggalnya Nyonya Gabrison itu sangatlah kuat. Ia dilindungi oleh orang kuat dan memiliki pangkat tinggi di dunia gelap, Tuan! Tuan harus segera membuka mata dan-

Dor!

    "Dasar bajingan, Kevin Doranko! Berani-beraninya kau membantahku?! Pergilah ke neraka!"

    Seolah tersadar, Ghani menjatuhkan pistolnya, membuat suara gaduh namun tidak lebih gaduh dari suara tembakan di beberapa menit yang lalu. Ghani terjatuh di ubin dingin ruang bawah tanah miliknya. Daniel sendiri berjalan dengan cepat mendekati Ghani, membawa tubuh itu ke dalam dekapan hangatnya. Mengucapkan kata penenang dan kecupan-kecupan kecil di pipi Ghani.

    "Bisa berdiri? Kalau tidak bisa, saya akan menggendongmu"

    "Mmhh, kepala aku pusing.. Pusing banget, mata aku juga gelap semua, ga keliatan apa-apa"

    "Baiklah, saya gendong ya? Kita menuju lantai tiga, ke ruangan milik kita. Jika tidak kuat, katakan pada saya. Saya akan memanggil dokter." Ucap Daniel. Ghani pun akhirnya hanya mengangguk lemah, entah kenapa seluruh tenaganya hilang begitu saja. Bahkan hanya mengucap satu katapun saat ini tidak bisa.

***

Mengetik: VI-IX-XXIV (Friday)
Diunggah: XXV-IX-XXIV (Wednesday)
Kata: 362

To
Be
Continued >>>

The Boy Is Mine | BxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang