Ghani Benar-benar Bosan. (Enam)

9 2 0
                                    

***

    "Elloooooo, kemana kek! Aku bosen tau ga di kamar ini! Aku pengen makan eskrim, pengen main ayunan, pengen bunuh orang-

    "Permintaanmu semakin tidak jelas, sudahlah tidur saja. Lagipula ini sudah siang, anak sepertimu harus mendapatkan tidur siang, agar malam nanti tidak terus mengeluh bahwa kamu mengantuk. Saya bosan mendengar kamu mengatakan 'aku ngantuk Ello' saya benar-benar bosan mendengarnya" ucap Daniel panjang lebar. Ia menirukan gestur tubuh Ghani ketika mengucapkan 'aku ngantuk Ello', Ghani sendiri ketika melihat hal itu sedikit mual. Memang iya ketika mengatakannya, wajah Ghani seperti wajah yang sudah dipraktekkan oleh Daniel? Jelek sekali, perasaan Ghani merasa imut dan keren kala mengucapkan itu.

    Ahh sudahlah! Ghani tidak mau berdebat lagi dengan si tampan mengesalkan yang menjabat menjadi tangan kanannya. Ia memilih untuk menuruti ucapan Daniel yang menitahnya untuk tidur. Bangun dari posisi duduk di sofa kamarnya, meninggalkan Daniel sendirian duduk di sana.

    Omong-omong Ghani telah mengganti bajunya menjadi baju rumahan. Tidak lagi menggunakan baju yang basah terkena susu.

    Tak berselang lama dari Ghani yang merebahkan tubuhnya di ranjang besar serta empuk itu, Daniel datang dengan membawa laptop dan iPad di tangannya. Duduk di samping tubuh Ghani yang terbaring menyamping membelakanginya.

    "Sudah tidur?" Tidak ada jawaban apapun yang Daniel dapatkan dari Ghani, tapi jika anak itu sudah tidur, bagaimana mungkin? Ghani bukan tipe orang yang cepat tertidur, mau tempatnya nyaman, ataupun sangat nyaman, intinya Ghani tidak bisa cepat tidur. Ghani bukan pelor(nempel molor).

    Tapi yasudahlah, Daniel menaruh kedua alat teknologi canggih itu di atas nakas samping tempat tidur Ghani. Ia ikut merebahkan tubuhnya dan melingkarkan tangannya di pinggang Ghani. Jadi posisinya saat ini adalah Daniel memeluk Ghani dari belakang.

    Posisi itu tidak berubah sampai waktu menunjukkan pukul 10 malam, Daniel terbangun dan itu membuat posisinya sudah tidak seperti awal tadi.

    Daniel dengan hati-hati bangun dari rebahannya, dan mencoba untuk ke luar dari kamar Ghani dengan pelan. Tidak ingin menimbulkan suara barang sedikitpun yang pastinya akan membuat Ghani terbangun.

    Tapi sepertinya 'ke luar dari kamar Ghani dengan pelan' itu menjadi sia-sia, sebab belum ada beberapa detik dari tertutupnya pintu kamar Ghani, dan Daniel pun belum berjalan selangkah pun dari depan pintu, pintu itu sudah ada yang membukanya kembali. "Mau kemana? Kenapa ga bangunin aku? Sekarang jam berapa? Kamu mau ninggalin aku malem-malem begini? Kamu kan tau aku takut sendirian di kamar, kalau kamu ninggalin aku terus aku kebangun kayak begini di tengah malem, emang kamu mau aku teriak-teriak manggilin nama kamu? Gamau kan? Jadi jangan ninggalin aku lagi kayak begini, kalau kamu mau ke toilet atau mau ngambil air putih ke dapur, bangunin aku."

    Daniel tidak percaya ketika melihat keberadaan Ghani dan ocehan panjang lebar yang ke luar dari mulut Ghani, bisa-bisanya si pendek ini terbangun karena tidak merasakan kehadiran Daniel di samping tubuhnya. Haishh, kalau seperti ini Daniel jadi merasa mempunyai anak kecil.

    "Maaf, besok-besok tidak akan lagi saya meninggalkan kamu di kamar sendirian. Saya mau ke dapur, membuat kopi. Saya harus mengerjakan pekerjaan yang tadi sempat tertunda karena saya ketiduran di samping kamu"

    "Yaudah ayo aku ikut, aku gamau di kamar sendirian" Daniel mengangguk mendengar perkataan Ghani, ia segera menggandeng tangan yang lebih kecil darinya itu untuk ia bawa ke dapur yang berada di lantai bawah. Ghani sendiri hanya mengekor, sembari mengusap matanya yang agak sedikit gatal. "Jangan terlalu kasar ketika mengusap mata, nanti akan sakit dan memerah"

    "Iyaa, maaf"

***

Mengetik: XII-IX-XXIV (Thursday)
Diunggah: XVIII-X-XXIV (Friday)
Kata: 552

To
Be
Continued >>>

The Boy Is Mine | BxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang