17.30
Jumat, 22 November 2024
2441 wordsENJOY!
🌒👑🌘
"Baiklah, ayo, kita lanjutkan perjalanan." Arran melepas pelukannya pada Flo. Ia mengulas senyuman kecil lantas bangkit.
Hal itu justru memunculkan pertanyaan di kepala Flo maupun Fugl. Keduanya mengernyit menyaksikan perubahan sikap dari Arran. "S-sekarang?" tanya Flo latah. Sementara Fugl hanya melebarkan mulutnya masih tak percaya.
Setelah aura putus asa serta kesedihan yang mendalam. Bisa-bisanya anak remaja itu cepat beralih menjadi semangat yang menggebu. Apakah ini ada kaitannya dengan tubuh Arran yang masih proses pengembalian ke wujud asli? Entahlah, tak ada yang tahu pasti. Belum ada makhluk Verden yang mengalami proses pengembalian wujud seperti yang Arran alami. Biasanya, para malaikat hanya memutar ulang usia orang-orang tertentu, untuk kepentingan tertentu pula. Dari mereka tak ada satu pun yang diubah rasnya, hanya memundurkan usia. Itu pun jarang sekali terjadi.
Arran melengos bosan, bahunya merosot. "Tentu saja sekarang, Gadis Kucing. Kita sudah menunda terlalu lama," seru Arran bosan. Sebab kedua kawannya ini masih diam menatapnya, dengan mulut terbuka lebar pula.
"Dan kenapa kalian menatapku seperti itu?" ia Kembali bertanya. Tatapan Arran terlihat risih.
Fugl tampak terperanjat sejenak. Lelaki itu menggaruk rambut salah tingkah. "Tidak, bukan apa-apa, Pangeran," bohongnya.
"Kami hanya bingung dengan perubahan sikapmu yang sangat drastis itu," tambah Flo, gadis itu mengambil posisi di sebelah Arran lalu meraih jemarinya. Senyuman terukir di bibir mungil sang gadis serigala.
Sementara Arran membalasnya dengan lipatan di dahi. "Perubahan sikap maksudmu karena aku tadi berniat untuk bunuh diri dan sekarang justru terlihat bersemangat, ya?" Arran tersenyum kecil.
Sementara Flo membulatkan bibir. Suasana hati lelaki ini memang sangat sulit ditebak. Flo mengangguk kecil dengan polosnya. Reaksi Flo justru memancing tawa Arran. Sedangkan, di belakang sana, Fugl masih menatap tak mengerti.
Lepas tawa Arran mereda, suasana menjadi sangat hening. Tak ada yang berani membuka suara. Gemericik air terjun yang jatuh menjadi satu-satunya melodi dominan di sini. Ditemani oleh suara dedaunan dan ranting yang dimainkan oleh angin.
Arran mendongakkan kepala, iris hijaunya tenggelam. Tenggorokan tercekat. Ujung mata terasa panas. Dadanya Kembali sesak. Rasanya ia sudah tak lagi kuat. Namun, ia diharuskan untuk bertahan. Ini sulit, tetapi Arran yakin, bahwa ia mampu melewati semua ini, meski tak masuk akal sekali pun.
Setelah merasa lebih baik, ia membuka suara, "Aku tidak akan mendapatkan ketenangan dengan bunuh diri. Bagaimanapun juga, aku telanjur masuk ke dalam permainan. Dan aku menjadi tokoh utama. Tak ada cara lain yang lebih baik selain menyelesaikan permainan ini dan menjadi pemenang, bukan?" Arran Kembali menatap Flo di sebelah. Menerawang sekilas jemarinya yang saling bergenggaman. Beralih pada Fugl yang masih berdiri di belakang mereka. Senyuman kecil kembali merekah. "Kemarilah, berjalan beriringan."
Otak Fugl yang masih mencerna ucapan Arran membuat lelaki itu lambat berpikir. Ia dengan tampang bodoh menunjuk diri sendiri. Tingkah Fugl berhasil mengundang tawa dari Arran. Lelaki itu tertawa lepas, menertawai ekspresi Fugl yang memang tampak seperti orang gila.
"Tentu saja kau, Fugl. memangnya ada orang lain ya, di belakang sana selain dirimu?"
Refleks, Fugl berlari ke sebelah Arran. Ekspresinya kini terlihat seperti ketakutan. "Pangeran jangan membuatku takut," kesalnya sembari menjawil lengan Arran.
KAMU SEDANG MEMBACA
O1 || ARRAN : The Lost Prince
Fantasy⚠️ Kawasan 15+ ⚠️ ❝Kehilangan bahagia demi jagat dunia.❞ -ARRAN | The Lost Prince- Arran tak menyangka bahwa hidupnya menjadi lusuh oleh problematika. Ia rindu udara segar yang kerap ia rasa di pematang sawah. Berlarian bersama remaja lain berhias t...