hari senin

14 11 1
                                    

Pagi di rumah keluarga Leonnara semakin hidup. Bima sudah rapi, bersiap berangkat bekerja. Dengan kemeja biru pucat dan tas kerjanya di bahu, ia menyempatkan diri mencium pipi Ratna yang sedang sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuk anak anak. Sementara itu, Bayu duduk di sofa, mengusap wajahnya yang masih tampak mengantuk meski jam sudah menunjukkan pukul 6.30

"Mas, bekalnya udah aku siapin di meja. Jangan lupa bawa ya, nanti lapar di kantor."

"Siap, Bu. Makasih ya. Ayah berangkat dulu. Nanti kalo ada apa apa, kabari ayah, ya."

Ratna tersenyum sambil menyisir rambutnya yang baru diikat, sementara Bima mengambil kotak bekal dari meja

Keira, yang baru selesai mengikat sepatu, muncul dari kamar sambil menggendong tas sekolahnya. Ia tampak antusias, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya

"Yah, hati hati di jalan, ya!" Seru Keira sambil menghampiri ayahnya, sebelum Bima keluar rumah

Bima tersenyum, mendekati putri kesayangannya itu dan mengusap kepalanya lembut

"Iya, Kei. Kamu juga hati hati di sekolah, ya. Jangan terlalu banyak main sama temen, fokus belajar."

Keira hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, lalu tiba tiba merasa sedikit ragu

"Yah, aku... boleh minta tolong nanti sore jemput ngga? Aku takut pulang sendirian."

Bima tampak sedikit terkejut mendengar permintaan itu

"Keira, Ayah belum tahu bisa jemput apa ngga nanti sore, soalnya ada meeting dadakan di kantor. Tapi tenang, kamu bisa minta abang Bayu buat jemput, kan?"

Keira melirik ke arah Bayu yang sedang menyesap susunya di ruang tamu. Bayu, yang mendengar percakapan itu, hanya tertawa kecil.

"Eh, Kei, abang hari ini ada latihan basket sore. Kamu pulang sendiri aja, ya. Kan udah biasa naik ojek online, masa takut sih?"

Keira tampak sedikit kecewa, tetapi dia mencoba menyembunyikannya

"Iya sih, Bang... cuma tadi aku kira Ayah bisa jemput, jadi aku ngga pesan ojek online dulu."

Melihat wajah Keira yang sedikit kecewa, Bima menepuk bahunya dengan lembut

"Nanti kita lihat lagi sore ya, Kei. Kalo Ayah bisa, Ayah jemput. Kalau engga, kamu pulang naik ojek, tapi hati hati. Jangan lupa kabarin Ibu kalau udah mau pulang."

Keira mengangguk, meski sedikit kecewa, tapi mencoba tetap tersenyum. Ratna yang melihat percakapan itu menghampiri Keira dan memberikan bekal yang sudah ia siapkan

"Nih, bekal buat kamu. Makan siang di sekolah ya, jangan lupa habisin semuanya."

"Makasih, Bu." Ucap Keira, sambil menerima kotak bekal itu dengan senyum

"Oke, siap belum, Kei? Ayo kita berangkat. Aku ngga mau telat, nanti dapet hukuman lagi sama guru olahraga." Kata Bayu, lalu dia berdiri dari sofa sambil merentangkan tangan.

Keira menyiapkan tasnya dan dengan cepat menghampiri Bayu yang sudah menyalakan motornya di halaman. Sebelum pergi, ia melambaikan tangan kepada ayah dan ibunya.

"Dadah, Yah! Dadah, Bu!" Seru Keira

Ratna tersenyum, melambaikan tangan sambil menyandarkan tubuh di ambang pintu.

"Hati-hati di jalan, Kei. Bayu, ingat ya, jangan ngebut di jalan."

"Iya, Bu. Tenang aja, aku jago kok bawa motor." Jawab Bayu sambil tertawa kecil

Lalu Bayu memberikan helm kepada Keira, dan mereka pun berangkat meninggalkan rumah

*****

Jejak derita, harapan KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang