PPM 3 - The Mentor

38 8 0
                                    

Banila segera bertolak ke bandara sekeluarnya dari Istana Presiden. Dengan partisi yang memisahkan ruang mobilnya menjadi dua sekat, Banila segera mengganti pakaiannya menjadi atasan polos dan celana jins yang nyaman.

Sesampainya di bandara, Banila langsung mendatangi gerbang kedatangan dan menunggu di sana. Bahkan pada malam hari ketika jarum jam sudah hampir menyentuh pukul sepuluh, gerbang kedatangan masih dipenuhi oleh orang-orang.

Banila mengeluarkan ponselnya. Bermaksud untuk menelepon seseorang yang akan dia jemput malam ini tapi kemudian membatalkannya ketika dia melihat sosok yang dia cari.

Seorang wanita paruh baya dengan rambut panjang kecoklatan dan pilihan pakaian yang sama santainya dengan Banila keluar melalui pintu gerbang kedatangan. Wanita itu menyeret sebuah koper berukuran kabin berwarna merah marun. Rambutnya yang panjang tertata dengan ombak sempurna bagai baru saja keluar dari salon.

Melihat sosok itu, membuat Banila refleks melambaikan tangannya dan memanggil keras,

"Sonora!"

Wanita bernama Sonora itu lantas menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Senyum terbit di wajah Sonora yang walau telah menua, tapi tetap terlihat menawan. Bahkan bebas dari keriput maupun kerutan apapun. Keajaiban dari suntikan-suntikan yang menguras isi dompet seseorang.

Tapi, yah, bagaimana mungkin isi dompet seorang Crowning bisa terkuras?

"Tidak sopan. Sudah kupesan untuk memanggilku Bibi," ujar Sonora ketika sudah berada di depan Banila. Wanita itu menyentil pelan kening Banila.

Banila menyengir lebar. "Kalau aku memanggilmu dengan nama, bukankah akan terdengar lebih muda daripada memanggilmu 'bibi'?"

Sonora mendengus tapi tidak mempermasalahkannya lebih lanjut. "Ayo, kita berhenti di sebuah restoran dulu. Aku benar-benar sangat kelaparan sekarang. Makanan pesawat tidak pernah cocok dengan seleraku."

"Tidak apa kalau kamu yang makan sendiri? Sejujurnya, perutku sudah penuh sekali saat ini," ujar Banila.

Alis Sonora terangkat sebelah. "Oh. Kamu begitu menikmati acara perayaan kesuksesan Jenderal Gingham? Kukira kamu malas untuk menghadirinya. Siapa sangka ternyata banyak kejadian menarik di sana yang membuat nafsu makanmu naik."

Banila mengernyit bingung selagi mereka berjalan keluar berdampingan. Awalnya tidak mengerti apa yang dibicarakan Sonora. Namun kemudian otaknya bekerja dengan cepat.

"Sudah ada beritanya?" tanya Banila tidak percaya karna sepertinya baru dua jam lepas dari dia pergi meninggalkan Istana Presiden.

"Oh, ya." Sonora dengan cepat menggulirkan jempolnya di atas layar ponsel sambil menyerahkan kopernya kepada Joseph. Ketika telah menemukan yang dia cari, dia segera memberikan ponselnya kepada Banila lalu masuk ke dalam mobil.

Banila ikut masuk dengan mata yang tertambat pada artikel yang ditunjukkan Sonora. Artikel tentang bagaimana Gage membahas andilnya dalam memenangkan peperangan dalam pidatonya. Kemudian foto-foto dimana mereka berdua berada di balkon dan juga video saat Gage mengambil rokoknya dan langsung menghisapnya.

"Ah, menyebalkan." Banila menggerutu kecil saat roda mobil bergulir meninggalkan bandara.

Sonora tertawa kecil. "Menyebalkan atau menyenangkan? Jenderal muda nan tampan yang menjadi pujaan hati banyak wanita di Galantis dengan terang-terangan memasukkan namamu di dalam pidato pertamanya setelah membawa kesuksesan bagi tanah air. Oh, Banila, Nak. Sebentar lagi kamu akan dimusuhi oleh banyak wanita muda."

"Ck. Aku bahkan tidak melakukan apapun kecuali bernafas. Kenapa malah aku yang dimusuhi? Salahkan dia yang bergerak duluan."

"Tidak begitu cara mainnya."

Picture Perfect Match (On Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang