PPM 6 - A Cruel Woman

27 9 1
                                    

"Aku minta maaf tentang sikapku dulu yang menyinggung hatimu. Aku adalah pria bodoh yang tidak tahu apa-apa saat itu," ujar Gage akhirnya setelah hening yang cukup lama.

Banila tidak menanggapinya. Dia membuang pandangannya ke luar jendela mobil. Ke kejauhan yang dipenuhi dengan bangunan-bangunan bedindingkan beton dan kaca yang menyilaukan mata dalam berbagai bentuk futuristik yang indah. Sudah beberapa menit berlalu semenjak mereka memasuki Distrik Bisnis Bloomsdale yang merupakan salah satu wilayah naungan Crowning Group.

"Dan tentang Cassandra. Aku terpaksa menerimanya sebagai pacarku karna beberapa hal. Bukan karna aku menyukainya juga."

Mobil berangsur-angsur meninggalkan Blommsdale dan berbelok ke distrik baru dengan bangunan-bangunan yang lebih rendah dan bergaya rumahan. Banyak pejalan kaki yang meramaikan trotoar pada siang hari ini.

Banila membatin dalam hati sebelum akhirnya memutuskan untuk bersuara,

"Oh, Gage. Aku tidak meminta penjelasan darimu mengenai Cassandra. Apabila ada orang luar yang mendengar pembicaraan ini, mereka akan mengira aku cemburu padanya. Tolong," Banila melambaikan tangannya, "jangan merancang kalimat yang ambigu seperti itu."

Gage kembali meliriknya sekilas, kali ini dengan senyuman miring yang mencurigakan.

"Kalau begitu, bisa kamu jelaskan kepadaku kenapa kamu mau sampai repot-repot ke Crowa untuk membantu mencariku?"

Apakah ini yang dinamakan skak-mat? Oh, tidak. Banila memiliki amunisi tambahan yang mencegah lidahnya berubah menjadi kelu dengan rona pipi malu.

"Apalagi kalau bukan karna balas budi."

"Balas budi?"

Mata Banila berubah sendu ketika menatap ke kejauhan pemandangan ketika dia diharuskan untuk kembali mengingat masa-masa kelamnya dulu. Segenggam memori sendu nan menyakitkan namun dalam waktu bersamaan, dapat menghangatkan hatinya, hanya karena andil Gage seorang.

"Ya, balas budi. Atas bantuan dan keberadaanmu saat aku hampir bunuh diri dulu." Banila akhirnya mengalihkan pandangannya dari luar jendela dan menoleh ke arah Gage yang sedang menyetir, "Keberadaanmu saat itu membantuku untuk tetap hidup hingga saat ini. Untuk itu, aku sangat berterima kasih."

Alis mata Gage merenggut, "Hanya karna itu?"

Banila terdiam sebentar. Benarkah hanya karna itu? Hanya Banila yang tahu.

"Ya, hanya karna itu," jawab Banila tegas. "Aku terus berpikir keras harus dengan bagaimanan aku membalas kebaikanmu saat itu. Kemudian kabar hilangnya dirimu pecah dan aku tahu itulah saatnya aku membalas budiku untukmu."

Lama, Gage tidak merespon kalimat Banila.

"Ouch." Hanya itu yang Gage keluarkan setelah pria itu diam cukup lama.

Suasana mobil kembali menjadi hening. Banila mengeluarkan ponselnya untuk memberitahu Leila bahwa dia akan lama berada bersama dengan Gage jadi mereka tidak perlu menungguinya lagi.

Setelah beberapa menit kemudian, Gage membelokkan mobilnya pada sebuah gang kecil yang ramai. Gang tersebut mengorek kembali kefamiliaran Banila. Saat Gage akhirnya berhenti di sebuah kedai makan dengan papan nama bertuliskan Gingham Grilled, Banila akhirnya mengenali tempat tersebut.

"Kamu ingin aku menraktirmu makan siang di kedai sandwich milik ibumu sendiri?" tanya Banila tidak percaya ketika mereka sudah turun dari mobil.

Gage tersenyum. "Ada yang salah memangnya? Sandwich ibuku adalah yang terbaik di seluruh penjuru Galen. Lagipula, bukankah kalian para Crowning sering memesan sandwich ibuku setiap seminggu sekali?"

Picture Perfect Match (On Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang